SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

April 29, 2013

Sampai Kemana Batasan Akal Kita?

Allah subhanahuwataala telah menetapkan batas kemampuan akal manusia dalam mengetahui sesuatu, sehingga akal akan berhenti pada batasan tersebut dan tidak dapat melampauinya. Allah tidak memberikan kemampuan kepada akal untuk mengetahui setiap hal yang dicari.

Ilmu Allah itu tiada berbatas, sedangkan ilmu hamba terbatas. Para pemikir ulama/ilmuan sendiri menegaskan bahwa perkara yang bersifat teori tidak mungkin disepakati semua pihak. Hal itu disebabkan perbedaan sudut pandang dan cara berfikir.

Pengatahuan akal itu tidak komprehensif dan tidak menyeluruh. Atas dasar ini, tidak ada seorang pun yang boleh menjamin akal itu tidak keluar dari hukum syariat, hingga akal dianggap menyamai dengan wahyu.

Bukti kekurangan dan keterbasan akal jelas, sedangkan syariat tidaklah demikian. Sebab syariat ini berasal dari sisi Allah, Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui, Yang pengetahuannya meliputi segala sesuatu dan segala sesuatu telah ditetapkan ukurannya disisi-Nya.

Dari itu setiap perkara yang harus dikedepankan ialah syariat dan mengahirkan setiap perkara yang harus diakhirkan dengan akal. Sebab tidak boleh mengedepankan sesuatu yang kurang dan mengahirkan sesuatu yang sempurna.

Selalunya orang yang mendahulukan akalnya akan menggunakan logik dan analogi untuk menghalalkan pendapat mereka yang bertolak belakang syariat.

Imam Ahmad berkata; " Hampir tidak pernah anda jumpa seseorang yang mempelajari logika (lebih mengedepankannya daripada nas), melainkan didalam hatinya terdapat daghal. (penyimpangan)".  Lisaanul Arab (XI/244-245)

Beliau menolak cara Ahlul Bid'ah yang menafsirkan al-Qur'an dengan logika dan takwil mereka, tanpa merujuk kepada sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dan perkataan para Sahabat, serta Tabi'in yakni orang orang yang telah diajarkan tafsir al-Qur'an bahkan telah menyampaikan semua keterangan yang mereka terima dari Nabi shallallahu alaihiwassalam.

Dari itu dalam beragama tidak boleh menurut pendapat tanpa mendukung syariat terlebih dahulu. Tidak boleh mengetepikan nas nas walaupun bertentangan dengan pendapat dan akal manusia.

Mereka yang kedepankan akal sering berkata Allah lebih mengetahui, kita tidak boleh menghukum, biar lah Dia mengadili di akhirat kelak mana yang haram dan halal, di perbolehkan atau tidak, sunnah atau bid'ah dan seterusnya.

Jika semua perkara yang bersangkutan agama pengadilan hanya dapat diketahui di akhirat saja,  buat apa Allah subhanawataala turunkan al-Qur'an dan hadits hadits shahihnya......

Wallahu a'alam

No comments:

Post a Comment