Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah;
"Bab ibadah-ibadah, urusan-urusan agama dan pendekatan-pendekatan diri adalah bersumber daripada Allah dan Rasul-Nya. Tidaklah seseorang menjadikan suatu ibadah atau qurbah (pendekatan diri) kecuali berdasarkan dalil syara'." (Majmu' al-Fatawa, Jilid 31,pg.35)
Kenyataan ini telahpun dilakukan oleh generasi salafus-soleh daripada kalangan para sahabat dan Tabi'in.
"Daripada Nafi' bahwa seorang lelaki bersin disisi Ibnu Umar radiyallahuanhu, lalu lelaki itu mengatakan: "Puji-pujian bagi Allah dan salam sejahtera ke atas Rasul-Nya! (Mendengar ucapan lelaki tersebut) berkata lah Ibnu Umar: '(Adakah) saya mengucapkan: "Puji-pujian bagi Allah dan salam sejahtera ke atas Rasul-Nya?! Bukanlah ucapan seperti ini! (Tetapi) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kami ucapan ini: " Puji-pujian bagi Allah pada semua keadaan." (HR. Al-Tirmidzi dan al-Hakim).
Bukankah tambahan "dan salam sejahtera ke atas Rasul-Nya" itu baik, salam untuk Rasul-Nya, namun di tolak, disanggahi oleh Ibnu Umar hanya ia menyelisihi apa yang Nabi-Nya telah ajarkan, praktikkan... Mereka cepat menutup celah-celah yang dapat membuka pintu-pintu bid'ah.... Kalau didiamkan, mungkin ada yang menambah lagi salam sejahtera ke atas Rasul-Nya dan keluarganya.....
Begitulah cara para sahabat dan Tabi'in menjaga agama, risalah yang di bawa oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam... Tetapi sangat disedihkan hari ini ramai orang yang meng-inovasi, cara beragama sewenang-wenangnya atas alasan 'niat baik' atau 'apa salahnya' ...
Allahul Musta'an ...
Dari buku, "Membela Sunnah Nabawiyyah." Oleh Abdul Wahab bin Bustami.
No comments:
Post a Comment