SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

March 27, 2020

Menjaga Tauhid

Semua orang pasti mati..
Cuma cara nya yang berbeda beda.. 
Jangan sampai takutnya kita pada virus ini melebehi
takut nya kita pada Neraka-Nya.

March 26, 2020

Sya'ban Bulan yang Dilalaikan


Nabi ﷺ mengingatkan:

ذلك شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم 

“Itulah bulan Sya'ban yang sering dilalaikan oleh banyak orang, bulan antara Rojab dan Romadhon. Pada bulan itu amalan-amalan diangkat kepada Robb semesta alam dan aku senang bila amalku diangkat sedangkan aku berpuasa.” (HR. Ahmad 2175 Syaikh Al-Albani berkata sanadnya hasan dalam "Irwa'ul Gholil" 4/103)

Bulan Sya'ban adalah muqoddimah bagi bulan Romadhon. Maka persiapkanlah diri kita masing-masing di bulan yang mulia ini dengan amalan-amalan ketaatan seperti puasa, berdzikir, beristighfar dan membaca Al-Qur'an. 


http://t.me/manhajulhaq

Keutamaan seorang mukmin yang punya.....

 KEUTAMAAN SEORANG MUKMIN YANG PUNYA SIFAT TENANG, LEMBUT, AKRAB DAN BANTU ORANG DAN TUNDUK TERHADAP SYARIAT ALLAH 


Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :

"Tidakkah aku akan kabarkan kepada kalian tentang orang yang diharamkan atas Api Neraka untuk menyentuhnya esok ?

Diharamkan Neraka untuk menyentuh atas setiap orang yang bersifat hayyin ( tenang dan tentram ) dan layyin ( lembut dan tidak kasar) qorib ( akrab dan dekat dengan manusia) dan sahl ( mudah untuk membantu memenuhi hajatnya dan tunduk pada syariat )".

 Shoheh Al jami lil Al Albany 2609 dan syarahnya Faudhul Qodir 

Teks arab 


>>~`•
‏قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :

" ألا أخبركم بمن تُحرَم عليه النار غدًا ؟
*على كُلِّ : هَيِّنٍ ، لَيِّنٍ ، قَرِيبٍ ، سَهْلٍ " .*

[ صحيح الجامع للألباني ٢٦٠٩ ]

*هين :* من الوقار والسكينة 
*لين :* ضد الخشونة 
*قريب :* إلى الناس 
*سهل :* يقضي حوائجهم وينقاد إلى الشرع 


✒️[ فيض ٣/ ١ج٥ ]



فوائد فقهيه منتقاة وموثقة من كتب أهل العل

رابط القناة :

https://t.me/AlFiiqh


 Di alih bahasakan oleh Ustad Abu Khuzaimah Abdussalam 
-----------------------------------------
: https://t.me/InginKenalSunnah

TANGISILAH DIRIMU SEBELUM ENGKAU DITANGISI

 Ibnul Jauzi - semoga Allah merahmatinya - :

أبكِ على نفسك قبل أن يُبكى عليك ، وتفكَّر في سهم قد صُوِّب إليك ، وإذا رأيتَ جنازة فَاحسبها أنت ، وإذا عاينتَ قَبْرًا فتَوهمهُ قَبْرك ، وعُدَّ باقي الحياة ربحاً

Tangisilah dirimu sebelum engkau ditangisi, dan fikirkanlah pada anak panah yang diarahkan kepadamu, apabila engkau melihat jenazah maka anggaplah itu adalah engkau, apabila engkau melihat kuburan maka kirakanlah itu adalah kuburanmu, dan anggaplah sisa kehidupan adalah keuntungan.

Al-mudhisy, Ibnul Jauzi (298)

https://t.me/InginKenalSunnah

March 25, 2020

Taqwa, Tauhid, Tawakkal

Taqwa, Tauhid,Tawakkal.
———————————-
Apakah ada penyakit menular dalam pandangan akidah Islam? Terdapat beberapa hadits yang menafikan adanya penyakit menular. 

▶️Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
Tidak ada penyakit menular, tidak ada dampak dari thiyarah (anggapan sial), tidak ada kesialan karena burung hammah, tidak ada kesialan para bulan Shafar” (HR. Bukhari no. 5757, Muslim no.2220).

▶️Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Orang yang sakit tidak bisa menularkan penyakit pada orang yang sehat” (HR. Bukhari no. 5771, Muslim no. 2221).

▶️Dari Ibnu Umar, secara marfu’ :
“Tidak ada ‘adwa (penyakit yang berjangkit dan menular dengan sendirinya), tidak ada thiyarah . Sesungghnya, tanda sial (jika memang ada) hanya terdapat pada 3 hal: isteri, hewan tunggangan, dan rumah.” [788]
Sisilah Hadith Shahih oleh Syaikh al-Albani no.1138.

▶️Dari Abu Hurairah, secara marfu’ :
“Tidak ada ‘adwa dan tidak ada thiyarah. Sedangkan ‘ain hal itu benar adanya.” [781]
Sisilah Hadith Shahih oleh Syaikh al-Albani no.1139.

▶️Dari Jabir secara marfu’:
“Tidak ada ‘adwa, tidak ada thiyarah , dan tidak ada ghul (hantu padang pasir).” [784]
Sisilah Hadith Shahih oleh Syaikh al-Albani no.1141.

Sedangkan dalam hadits yang lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada penyakit menular, tidak ada dampak dari thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hammah, tidak ada kesialan para bulan Shafar. Dan larilah dari penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa” (HR. Bukhari no.5707).

Penafian adanya penyakit menular dimaknai secara umum dan mutlak. Artinya tidak ada penularan penyakit sama sekali. Adapun perintah untuk lari dari penyakit kusta, ini sebagai bentuk sadd adz dzari’ah (menutup celah keburukan). Karena bisa jadi ketika tidak menjauh dari penyakit menular, kemudian qaddarallah terkena penyakit yang sama, lalu timbul keyakinan bahwa ada penyakit menular, Sehingga untuk mencegah timbulnya keyakinan ini, diperintahkan untuk menjauh dari penyakit menular. Sehingga tidak boleh mengatakan, “si Fulan tertular penyakit dari si Fulan”. Ini pendapat yang dikuatkan Ibnu Hajar Al Asqalani (lihat Fathul Bari, 10/159)

Dalam sabda lain beliau katakan:
لَا يُورِدُ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ (رواه مسلم)
Jangan campurkan onta yang sakit ke dalam onta yang sehat. [HR Muslim].

Sebagian ulama seperti Ibnu Qayyim, berpendapat, dua konteks hadits tidak saling bertentangan. Konteks pertama ditujukan pada orang yang kuat iman dan tawakalnya kepada Allah, terutama bila ada maslahah yang lebih besar, seperti petugas kesehatan dan regu penyelamat. Maka hendaklah ia memantapkan keimanan dan tawakalnya kepada Allah jika situasi mengharuskannya untuk berkorban. Konteks hadits kedua ialah bagi orang yang kurang iman dan tawakalnya kepada Allah. Wallahu a’lam.
[Taisîr al-‘Azîz, 371-374. Lihat pula Ma’ârijul-Qabûl, 1/985.]

Kesimpulannya, ’sosial distancing’ bukan kerana virus nya menjangkit.
Tetapi mengelakkan berkeyakinan bahwa suatu penyakit dapat berpindah kepada orang lain dengan sendirinya tanpa ada takdir dari Allah. 
Hal ini dapat mengurangi atau membatalkan kemurnian tauhid seseorang kepada Allah. Karena yang dapat menimpakan penyakit dan musibah hanya Allah semata.

Namun bukan berarti kita tidak boleh menghindari sebab-sebab yang dapat mencelakan ataupun yang membahayakan. Karena dalam melakukan sebab-sebab itu kita tidak boleh meyakini bahwa sebab itu sendiri yang dapat menyelamat kita. Jika Allah berkendak, bisa saja Allah berbuat sesuatu pada kita tanpa ada sebab. Sebagian ulama mengatakan, meninggalkan sebab adalah menyalahi akal sehat, dan bergantung kepada sebab adalah kesyirikan.

Sebagai contoh, untuk menjauhi penyakit kita membersihkan diri atau tempat, namun tidak berarti membersihkan diri atau bersihkan tempat pasti tidak terkena penyakit. Wallahu ‘alam.

March 24, 2020

PENYAKIT BERBAHAYA (KRONIS) YANG SESUNGGUHNYA

Fadhilatus Syaikh Shalih Al Fauzan Hafizhahulloh: 

Lemah dalam Aqidah, itulah penyakit yang sebenarnya.

 Wajib untuk segera diobati dengan mengetahui (mempelajari. pent) tauhid dan aqidah yang benar.
—————

قالالعلامةصالحالفوزان-حفظهالله-:

"ضعفالعقيدةهوالمرضالحقيقيالذييجبعـلاجهبمعرفةالتوحيدوالعقيدةالصحيحة"

عقيدةالتوحيدص٩٩

—————
Aqidah Tauhid 99|| @fawzaan

|| https://www.fawaidsolo.com/penyakit-berbahaya-kronis-yang-sesungguhnya/
|| https://t.me/fawaidsolo

March 20, 2020

Pembersih sebenarnya..

Andai masjid masjid juga di bersihkan daripada ritual-ritual kebid’ahan sepertimana di bersihkan dengan pembasmi kuman...
MashaaAllah!

March 17, 2020

Takut dalam Perspektif Tauhid


Syaikh Al-'Allamah Abdurrohman bin Hasan berkata, "Al-Khouf (takut) pada hakikatnya terbagi menjadi tiga macam:

(1). "Khoufus Sirr" (takut yang tersembunyi dalam hati dan takut inilah yang dikhususkan kepada Allah).

Yaitu takut kepada selain Allah berupa berhala atau thoghut yang diyakini kuasa menimpakan sesuatu yang tidak diinginkannya. Sebagaimana firman Allah tentang kaumnya Nabi Hud tatkala mereka berkata kepada Nabi-nya:

“Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Hud menjawab, “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dengan selain-Nya, sebab itu jalankanlah semua tipu daya kalian terhadapku dan janganlah kalian tunda-tunda lagi.” (Hud 54-55)

"Khoufus Sirr" ini yang dialami para penyembah kubur atau berhala-berhala yang dikhawatirkan kemurkaannya. Mereka takut kepada berhala-berhala tersebut dan menjadikannya untuk menakut-nakuti ahli tauhid ketika mengingkari kemusyrikan mereka dan memerintahkan mereka agar menghambakan diri hanya kepada Allah semata. Takut seperti ini yang menggugurkan ketauhidan secara total.

(2). Takut yang mengakibatkan seseorang meninggalkan kewajibannya karena takutnya dia kepada manusia. 

Takut seperti ini hukumnya harom dan termasuk perbuatan syirik yang merusak kesempurnaan tauhidnya kepada Allah. Inilah yang menjadi sebab turunnya ayat:

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rosul-Nya) dimana ketika ada orang-orang yang berkata kepada mereka, “Orang-orang (Quroisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata ucapan itu justru menambah kuat keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhoan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka hanyalah syaithon yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Ali-‘Imron: 173-175)

Rosulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah berkata kepada hamba-Nya pada hari kiamat, “Apa yang menghalangimu jika engkau melihat kemungkaran engkau tidak mengubahnya?” Hamba itu menjawab, “Wahai Tuhanku, aku takut kepada manusia.” Allah berkata, “Aku-lah yang lebih berhak engkau takuti.” (Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Nashir dalam "Silsilah Ash-Shohihah" 929)

(3). "Al-Khoufut Thobi’i’ (takut yang manusiawi) yaitu seseorang takut dari serangan musuh atau ancaman binatang buas atau selainnya. 

Takut yang seperti ini tidaklah tercela sebagaimana Allah berfirman tentang Nabi Musa, “Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut lagi waspada (jika ada yang menyusul atau menangkapnya).” (Al-Qoshosh: 21)." (Fat-hul Majid hal. 362)


https://t.me/manhajulhaq

March 15, 2020

Yang Lebih BahayaDari Coronavirus

Ingatlah,
Musibah yang paling Besar
adalah
musibah yang menimpa agama kita, 
bukan musibah dunia...

Cukuplah Allah bagi kita....

Kemungkinan kita mati disebabkan coronavirus (dengan izin Allah) adalah 1%
Tetapi kemungkinan kita mati bila bila masa saja adalah 100%..

Dari itu perbaruilah keimanan kita, yakin pada Nya..dan sesiapa yang tawakkal padaNya.... 
Cukuplah Allah bagi kita....

Andai kerisauan....

Andai kerisauan, ketakutan kita terhadap coronavirus 
sama seperti kerisauan, ketakutan terhadap keimanan kita....
MashaaAllah..TabarokAllah

March 11, 2020

MELIHAT KEDUDUKAN KITA DI SISI ALLAH


 Berkata Al-Allamah Al-Utsaimin - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :

»| Sepatutnya bagi kita untuk tidak melihat kepada kedudukan kita di sisi manusia, akan tetapi kita hanya melihat kepada kedudukan kita di sisi Allah - Azza wa Jalla - dan apabila kita telah membenarkan hal tersebut maka Allah yang akan mencukupi kita dari hajat manusia. |«

 Tafsir Surat An-Nisa juz. 2 hal. 91.
-------------

‏📚 قال العلامة العثيمين رحمه الله:

ينبغي لنا أن لا ننظر إلى منزلتنا عند الناس وإنما ننظر إلى منزلتنا عند الله عز وجل وإذا صححنا ذلك كفانا الله مؤونة الناس.

📝(تفسير سورة النساء ج2ص91)


 https://t.me/InginKenalSunnah

March 9, 2020

Doa Nabi ﷺ Ketika Sujud


Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu 'anhu bahwa Nabi ﷺ berdoa ketika sujud dalam sholatnya:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ ، دِقَّهُ وَجِلَّهُ ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ ، وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ 

"Alloohummaghfirli dzanbi kullah, diqqohu wa jillah, wa awwalahu wa aakhiroh, wa 'alaaniyatahu wa sirroh."

"Ya Allah ampunilah dosaku seluruhnya yang sedikit dan yang banyak, yang awal dan yang akhir, yang nampak dan yang tersembunyi." (HR. Muslim 483)

Dari Aisyah rodhiyallahu 'anha berkata, "Di suatu malam aku kehilangan Rosulullah ﷺ dari tempat tidurku, maka aku raba mencari beliau maka tanganku menyentuh telapak kaki beliau yang sedang berada di mesjid, kedua telapak kaki beliau tegak dan beliau berdoa:

اللَّهُمَّ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

"Alloohumma a'uudzu biridhooka min sakhotik, wa bimu'aafatika min 'uquubatik, wa a'uudzubika minka laa uhshi tsanaa'an 'alaika anta kamaa atsnaita 'ala nafsik."

"Ya Allah, aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan pemaafan-Mu dari siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab-Mu dan aku tidak dapat menghitung pujian kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri." (HR. Muslim 486)


https://t.me/manhajulhaq

Tanda Faqihnya Seseorang

 Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

"Termasuk diantara tanda faqihnya seseorang dalam urusan ibadahnya, ia fokus terhadap kesibukannya lalu membereskannya. Kemudian (setelah itu) ia mengosongkan hatinya untuk shalat, ia pun mengerjakannya dalam kondisi hatinya telah tertuju kepada Allah Ta'ala dan menghadapkan wajahnya untuk-Dia, ia menghadap-Nya disertai konsentrasi penuh dengan seluruh jiwanya.

Maka dua rakaat dari shalat yang seperti ini menyebabkan diampuninya dosa yang telah lalu dan yang akan datang bagi orang yang mengerjakannya."

 [Al-Wabilus Shayyib: 1/14]


❀ قـــال الإمــــام ابــن القــــيم:


〽️  من فقه الرجل في عبادته أن يقبل على شغله فيعمله ، ثم يفرغ قلبه للصلاة فيقوم فيها وقد فرغ قلبه لله تعالىٰ ونصب وجهه له وأقبل بكليته عليه ، فركعتان من هذه الصلاة يغفر للمصلي بهما ما تقدم من ذنبه .

📔 الوابل الصيب  (١٤/١)

--------------------------------------------

https://t.me/InginKenalSunnah




March 7, 2020

Dua Kalimat Yang Dicintai Allah,

Dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ

“Dua kalimat yang dicintai lagi disukai oleh Ar-Rahman (Allah yang Maha Penyayang), ringan (untuk diucapkan) di lisan, tetapi berat di timbangan (mizan), (yakni):

Subhanallaahi wa bi hamdih (Maha Suci Allah segala puji hanya bagi-Nya), Subhanallaahil ‘azhiim (Maha Suci Allah yang Maha Agung).” [Shahih Al-Bukhari, no. 7563. Muslim, no. 2694]
_________

 t.me/ilmusunnah

Tanda kebaikan bagi seorang hamba,

Al-Imam Ibn Al-Qayyim rahimahullah (Wafat: 751H) berkata:

اذا أراد الله بعبد خيرا جعله معترفا بذنبه ممسكا عن ذنب غيره جوادا بما عنده زاهدا فيما عنده محتملا لأذى غيره وان أراد به شرا عكس ذلك عليه

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, dijadikanlah dia:

... mengenal dan mengakui dosa-dosanya, bukan mencari dosa orang lain,

... pemurah (banyak memberi) dengan apa-apa yang dimilikinya,

... zuhud (tidak ada keinginan) terhadap apa-apa yang bukan miliknya, dan

... tenang terhadap gangguan dari orang lain.

Sedang jika Allah menghendaki keburukan baginya, nescaya dijadikanlah dia lawan dari semua itu.” [Al-Fawaa’id oleh Ibn Al-Qayyim, m/s. 99]
_________
 t.me/ilmusunnah

Ucapan Terima Kaseh

 Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah (Wafat: 1421H) berkata:

الذي ينبغي لمن صنع إليه معروف ألا يقتصر على قوله: "شكرا"، وإنما يقول: "جزاك الله خيرا".

“Yang sepatutnya diucapkan bagi siapa yang diberlakukan dengan kebaikan oleh orang lain hendaklah tidak hanya sekadar ucapan, “Syukran.” (Terima kasih). Akan tetapi hendaklah dia mengucapkan, “Jazakallaahu khairan.” (Semoga Allah membalas engkau dengan kebaikan).” [Fatawa Nuur ‘ala Ad-Darb, 12/490]
_________

 t.me/ilmusunnah