SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

May 1, 2014

Mengapa akal tidak dapat dijadikan timbangan kebenaran.

Mengapa kita tidak jadikan akal sebagai timbangan kebenaran?  Padahal setiap aktiviti memerlukan akal untuk berfikir. Namun selanjutnya yang terjadi ialah perselisihan. Bila terjadi perselisihan, perbezaan, kita kata akal siapa yang akan dijadikan patukan! Apakah akal saya (penceramah) ? Akal Anda, akal Zaid atau akal Ubaid?

Jika demikian akal itu berbeda-beda. Akal juga dapat di pengaruhi oleh syahwat, keinginan-keinginan, selera-selera nafsu. Setiap orang mempunyai akal yang berlainan, ada yang dapat dipengaruhi, ada yang mempengaruhi, ada  yang punya akal sehat, ada juga akal yang lemah. Mereka yang diberi hidayah akan dapat berfikir dengan akal yang sehat dan kuat.

Zaman sekarang, saluran TV ada di setiap tempat dapat dipancarkan, teknologi ini ingin mencuri akal orang-orang. Bagaimanakah mereka mencuri akal? Dengan memutar balikkan fakta, mereka ganti berita yang sesuai yang mereka inginkan dan sembunyikan fakta yang mereka tahu tentang sesuatu kejadian dan mereka memoles tokoh-tokoh yang mereka jadikan 'actor' dari opini yang mereka bangunkan. Dan terkadang orang-orang ini tidak ingin mengopinikan hal tersebut naskah berita itu sudah diberikan, mereka hanya tinggal mengucapkan dari text-text yang sudah disediakan. Script-script yang telah di doktrin kan.

Disini lah mereka mencuri akal orang-orang lalu kita merujuk pada akal yang disajikan, akal siapa yang jadi patukan? Metode siapa? Ini lah ujung-ujungnya yang akan menghantarkan kita pada perselisihan.  Kemudian dalam akal juga ada keinginan dan selera-selera dari nafsu yang menjadikan akalnya berat sebelah kepada yang di cenderungi oleh pemiliknya. Ini sudah terjadi, yang ini menuduh dengan akal, yang itu juga menuduh dengan akal. Yang demikian banyak sekali kejadian di tengah-tengah manusia. Setiap orang berpatokan pada akal maka yang terjadi adalah perselisihan, perseteruan, pertengkahan dan perpecahan. Dan ia juga tidak memiliki batas yang jelas (mendhabit).

Maka dari itu rujukan kita adalah Al Quran dan as Sunnah dan pemahaman para salafus soleh. Maka apa saja yang diperselisihkan hukumnya hanyalah pada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana firman-Nya
"Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah"
QS. Asy~Syuura :10.
Jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah pada Allah dan Rasul-Nya, penghujungnya pasti baik. Adapun jika permasalahan tidak dikembalikan selain dari Al Quran dan as sunnah, maka penghujungnya tidak tercapai kebaikan... 

Petikan dari ceramah Syaikh Sa'ad Asy-Syatsri ; sumber : Muslim.or.id
http://youtu.be/TFlI6h1VmlM

No comments:

Post a Comment