SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

October 14, 2013

Apabila bacaan dzikir menjadi makhruh.

Para ulama berpendapat bahawa dzikir dengan suara keras hukumnya makhruh apabila hal tersebut mengakibatkan gangguan bagi orang lain yang sedang shalat di masjid.

Imam Ibnu al-Hajj dalam bukunya al-Madkhal berpendapat bahwa hendaklah jemaah dimasjid menghentikan dzikirnya sesa'at sebelum shalat dan sesudahnya atau pada waktu lain kerana hal tersebut mengganggu. Dalam sebuah hadith disebutkan, "Tidak membahayakan dan tidak dibahayakan," maka apa saja yang merupakan gangguan tentu dilarang. Dari itu larangan mengangkat suara (berdzikir) di masjid yang didalamnya terdapat orang yang sedang melaksanakan shalat tidak dipertentangkan lagi oleh para ulama, kerana dzikir dengan suara keras seperti itu akan mengganggu orang lain yang sedang shalat.

Mereka yang tertinggal shalat jemaah satu raka'at atau lebih, pada shalat yang dijaharkan seperti shalat Subuh, Maghrib dan Ishak, maka orang yang masbuq tersebut berdiri untuk melengkapi raka'at yang tertinggal, tidak tidak lagi menguatkan suara, meskipun itu shalat jahr.

Ibnu Hajar, salah seorang pembesar aliran as-Shafi'i berkata, "Yang banyak disunatkan dalam berdoa, berdzikir adalah dengan cara perlahan kecuali kerana keperluan tertentu." Dalam al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah; juz 11, hal 251-252, beliau menyatakan bahwa menguatkan suara dzikir di hadapan orang shalat atau tidur makruh hukumnya, kerana dikhuatirkan suara dzikir yang kuat tersebut akan menyakiti dan mengganggu orang yang sedang shalat atau tidur.

Dalam al-Majmu' karya imam Nawawi disebutkan bahwa dalam hadith dan menurut perkataan para sahabat bahwa disunatkan adalah berdzikir dengan perlahan. Oleh kerana itu imam az-Zarkasyi menyatakan bahwa sunat dalam berdzikir dan berdoa adalah dengan cara perlahan kecuali dalam talbiyah, qunut dan takbir pada malam hari raya Idul Fitri dan Idhul Adha, dan ketika melihat bintang pada tanggal 10Zulhijjah.

Dalam kitab Hasyiyah karya at-Tahthawi, setelah beliau menghuraikan tentang disunnahkannya dzikir di dalam masjid, berkata: "...... perkara itu disebabkan bahwa dzikir dengan suara yang jelas tersebut akan mengganggu orang yang tidur, yang sedang melaksanakan shalat, atau sedang membaca al-Quran seperti yang disebutkan dalam kitab-kitab fiqh.

**Lalu bagaimanakah dengan kebiasaan hari ini di merata-rata masjid setempat, imam-imam, mengeraskan suara melalui microphone, selesai shalat, dengan dzikir dan doa yang tidak atas tuntunan assunnah?

Dari: 100 Faedah Dzikir dan Doa oleh Ibnu Qayyim.

No comments:

Post a Comment