SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

January 30, 2013

Sebaik-baik wanita penghuni Surga!

Di dalam kitab ash-Shahihain telah ditegaskan sebuah hadits dari Syu'bah, dari 'Mar bin Murrah al-Hamdani, dari Abu Musa al-Asy'ari, dari Nabi shallallahu alaihiwassalam bersabda :

"Yang sempurna dari kaum laki-laki itu cukup banyak, sedangkan yang sempurna dari kalangan wanita itu hanya Asiyah-isteri Fir'aun; Maryam binti Imran;  Khadijah binti Khuwailid, dan sesungguhnya keutamaan Aisyah atas wanita lainnya adalah seperti keutamaan makanan bubur daging atas makanan lainnya."

Imam Ahmad pula meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata: "Rasulullah shallallahu alaihiwassalam pernah membuat empat gais di atas tanah dan Kemudian bertanya: 'Tahukah kalian apakah garis ini?'  Mereka menjawab: 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.'

Beliau pun bersabda;

"Sebaik-baik wanita penghuni Surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim, isteri Fir'aun."

Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah semata

Sila lihat tafsir Ibnu Katsir, surah At-Tahrim ayat 12,

Wallahu a'alam

Tiga golongan yang tidak akan dilihat oleh Allah pada hari Kiamat !


Ada tiga golongan yang tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat nanti, yaitu orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-dayyuts . . . “ (HR. an-Nasa’i dan lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani).
Makna ad-dayyuts adalah seorang suami atau ayah yang membiarkan kemaksiatan terjadi dalam keluarganya. Yaitu ketika dia melihat kemungkaran oleh anggota keluarganya, dia hanya diam saja dan tidak merubahnya.
Lawannya adalah al-ghayyur, yaitu orang yang memiliki kecemburuan besar terhadap keluarganya sehingga dia tidak membiarkan mereka berbuat maksiat.
Ancaman keras dalam hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar yang dimurkai Allah. Karena perbuatan tersebut diancam akan mendapatkan balasan di akhirat berupa ancaman tidak akan masuk surga.
Imam Ad-Dzahabi dalam kitabnya, Al Kabair (kumpulan dosa-dosa besar) menempatkan perilaku diyatsah/ dayyuts dalam urutan dosa besar ketiga puluh empat.
Beliau mengatakan dalam bab liwath, "jika dia mengetahui istrinya telah berselingkuh (berzina) dan dia hanya diam saja (membiarkannya), maka Allah telah haramkan surga atasnya karena Allah telah menulis di pintu surga: 'Kamu haram dimasuki seorang dayyuts'. Yaitu orang yang mengetahui perbuatan buruk (zina) pada istrinya, tapi dia diam saja dan tidak cemburu."
Seorang suami yang dayyuts akan menyebabkan rusaknya agama dan akhlak anggota keluarga, sehingga layaklah suami dayyuts ini mendapatkan ancaman keras sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menjelaskan dampak buruk perbuatan maksiat di antaranya perbuatan ad-diyatsah/ad-dayyuts (membiarkan perbuatan buruk dalam keluarga) yang timbul karena lemah atau hilangnya sifat ghiirah (cemburu dan marah ketika syariat Allah dilanggar) dalam hati pelakunya. Beliau berkata, “. . . . oleh karena itulah, ad-dayyuts adalah makhluk Allah yang paling buruk dan diharamkan masuk surga. Demikian juga orang yang membolehkan dan menganggap baik perbuatan dzalim  dan melampaui batas bagi orang lain. Maka perhatikanlah akibat yang ditimbulkan karena lemahnya sifat ghiirah (dalam diri seseorang)."
Beliau melanjutkan, "Ini semua menunjukkan bahwa asal pokok agama seseorang adalah sifat ghiirah (kecemburuan). Barangsiapa yang tidak memiliki sifat ghiirah maka berarti dia tidak memiliki agama (iman). Karena sifat ghiirah inilah yang akan menghidupkan hati (manusia) yang kemudian akan menghidupkan anggota tubuhnya, sehingga anggota tubuhnya akan menolak perbuatan buruk dan keji. Sebaliknya, hilangnya sifat ghiirah akan mematikan hatinya, yang kemudian akan mematikan kebaikan anggota tubuhnya, sehingga sama sekali tak ada penolakan terhadap keburukan dalam dirinya. . . “ (kitab Ad-Da-u wad Dawaa’, hal. 84).
Ad-Dayuts akan membiarkan keburukan pada agama istri dan anak-anaknya. Yaitu dengan membiarkan atau menuruti kemauan mereka dalam perkara yang bertentangan dengan syari’at. Ini berarti menjerumuskan mereka ke dalam jurang kehancuran.
Seorang istri, bagaimanapun baik sifat asalnya, tetap saja dia seorang perempuan yang lemah dan susah untuk diluruskan. Maka seseorang yang keadaannya sedemikian ini tentu sangat membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari seorang laki-laki yang memiliki akal, kekuatan, kesabaran, dan kasih sayang. Karena itu, jangan pernah bosan menasihati istrimu. “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka . . .” (QS. At-Tahrim: 6)
Wahai para suami janganlah kalian menjadi ad-Dayyuts!   (purWd/voa-islam.com

January 27, 2013

Kenapa Pengikut Sunnah Berbeda dengan Ahlu Bid'ah


Ketika terjadi perpecahan dan perselisihan di kalangan umat Islam, ahlu bid'ah terpecah menjadi beberapa golongan. Pada hakikatnya sandaran mereka bukan al-Qur'an dan iman, tetapi prinsip-prinsip yang diciptakan oleh tokoh-tokoh mereka. Inilah pijakan mereka dalam masa'alah tauhid, sifat sifat Allah, takdir, iman kepada Rasul dan lain lain. Ayat ayat al-Quran yang sesuai dengan prinsip mereka, dijadikan sebagai pijakan. Adapun yang menyalahinya, mereka takwilkan pengertiannya. 

Oleh kerana itu, Anda akan dapati mereka tidak memperhatikan dalalah (apa yang di kehendaki) al-Quran dan hadits saat berhujah dengan keduanya. Mereka tidak memperdulikan makna-makna yang ditunjukkan al-Quran.  MENGAPA?

Kerana sebenarnya pijakan mereka saat itu bukan al-Quran. Mereka berusaha seboleh-boleh menakwilkan ayat ayat yang menyeselisihi paham mereka, tak ubah orang yang bermaksud menolak al-Quran. Mereka tidak ingin memahami apa yang di maksudkan oleh sabda Rasul, melainkan justru hendak menolak berhujah dengannya. Mereka beranggapan mungkin Allah menurunkan suatu ayat dan mengkehendaki suatu makna darinya yang tidak di fahami oleh para sahabat dan Tabi'in. 

Banyak orang belakangan yang menyelisihi para salaf dalam beragama, yang tidak berpegang pada al-Quran dan keimanan kepada berita berita yang dibawa oleh Rasul. Kerana itu, ilmu dan keimanan kaum salaf lebih sempurna, kesalahan mereka lebih ringan dan kebenaran mereka lebih banyak. Mereka berpegang erat pada suatu prinsip yang diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya.

"Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."  QS al Hujurat /49:1

Ini perintah kepada orang orang beriman dengan apa yang telah disifatkan kepada para malaikat. Dalam surah al- Anbiya' ayat 26-29, Allah azzawajalla menyifati para malaikat sebagai hamba hamba yang tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan sentiasa mengerjakan perintah-perintah-Nya. Mereka (para malaikat) tidak mengkabarkan tentang sesuatu kecuali setelah Allah sendiri mengkabarkannya, sehingga kabar dan ucapan yang mereka sampaikan mengikuti informasi dan firman Allah. Seperti firman- Nya, " mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan." 

Allah telah memerintahkan orang orang beriman agar mengikuti Allah dan Rasul-Nya pula. Kerana manusia tidak mendengar firman Allah langsung dari- Nya, tetapi antara mereka dengan Allah terdapat perantara seorang Rasul dari kalangan manusia. Kerana itu hendaklah mereka tidak mengucapkan suatu perkataan sehingga Rasul mengucapkan apa yang disampaikannya kepada ,mereka dari Allah dan hendaklah mereka TIDAK MELAKUKAN AMAL KECUALI YANG DIPERINTAHKAN kepada mereka.... Sebagaima firman-Nya dalam surah al Hujurat di atas. 

Kerana itu, tidak ada seorang pun sahabat, Tabi'in dan imam umat Islam menolak nash dengan penalarannya atau mendasarkan agama kecuali dengan apa yang dibawa oleh Rasul. Jika ingin mengetahui atau berbicara tentang satu persoalan agama, ia melihat kepada firman Allah dan sabda Rasul . 

Sedangkan Ahlul Bid'ah, secara batin tidak mendasarkan persoalan agama pada apa yang mereka terima dari Rasul, melainkan pada pandangan dan perasaan mereka sendiri. Kemudian jika mereka menemukan sunnah itu cocok dengan pandangan dan perasaan tersebut, mereka memakainya dan jika tidak demikian, maka mereka tidak meperdulikannya. Jika mereka menemukannya tidak cocok, mereka berpaling darinya dengan melakukan tafwidh, tahrif (penyimpangan) atau ta'wil. 

Ini lah Furqan yang membezakan antara orang orang beriman pengikut Sunnah dengan orang orang munafik pencipta bid'ah.

Ringkasan dari kitab " Membedah Firqoh Sesat" oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

January 26, 2013

The ignorance of the Muslims - Shaikh Albanee

Kata kata hikmah dari seorang ulama muktabar kurun ini; 

Shaykh al-Albaanee: " It is not a problem that some of the Muslims today are ignorant about their religion, because this [condition] can be treated (rectified) with knowledge; The problem however, is that they are of the opinion that the ignorance they are upon is [actually] knowledge."

Kejahilan sebagian kaum Muslim tentang agamanya, pada hari ini bukanlah satu masa'alah, sebab keadaan ini boleh di perbaiki dengan menuntut ilmu (shari'i) tetapi yang menjadi masa'alah ialah mereka berpendapat kejahilan mereka itu lah kebenaran (ilmu).
Wallahu a'lam

January 23, 2013

Kenapa Orang yang Mengamalkan Bid'ah Susah Nak Taubat


Penulis: Syaikhul Islam ibnu Taimiyah
Ahlul bid’ah tidak akan bertaubat selama ia menilai bahwa itu merupakan amalan yang baik.Karena taubat berpijak dari adanya kesadaran bahwa perbuatan yang dilakukan itu buruk. Sehingga dengan itu ia bisa bertaubat darinya. Jadi, selama perbuatan itu dianggap baik padahal pada hakikatnya jelek- maka ia tidak akan bertaubat dari perbuatan tersebut. Akan tetapi taubat adalah sesuatu yang mungkin (dilakukan) dan terjadi, yaitu jika Allah Subhanahu wata’ala memberikan hidayah dan bimbingan kepadanya hingga ia dapat mengetahui kebenaran.
Hal itu sebagaimana banyak diriwayatkan dalam kitab-kitab shahih dan lainnya dari hadits Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu dan Abu Said Al Khudri Radhiallahu’anhu dari nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwa beliau Shallallahu’alaihi wasallam pernah menjelaskan tentang kaum khawarij. Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
Sesungguhnya ia mempunyai para pengikut yang salah seorang dari kalian merasa shalatnya tidak ada apa-apanya dibandingkan shalat mereka, shaumnya tidak ada apa-apanya dibandingkan shaum mereka. Mereka (selalu) membaca Al Qur`an namun tidaklah melewati kerongkongan (tidak dihayati dan dipahami maknanya, pen). Mereka keluar dari (prinsip) agama sebagaimana keluarnya (menembusnya) anak panah dari tubuh hewan buruan.” (HR. Al-Bukhari no. 3610 dan Muslim no. 1064)
Dan mereka para shahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dan nabi Shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda tentang mereka dalam hadits shahih,
Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya tapi bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan manusia yang paling baik. Keimanan mereka tidak melewati tenggorokannya. Mereka keluar dari (prinsip) agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Di mana saja kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan pahala pada hari kiamat.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, para imam kaum Muslimin -seperti Sufyan Ats Tsauri Rahimahullahu Ta’ala- berkata, “sesungguhnya kebid’ahan itu lebih disukai iblis daripada kemasiatan. karena seseorang (sulit) bertaubat dari berbuat bid’ah. Sedangkan maksiat (lebih mudah) untuk berbuat darinya.”
Makna ucapan mereka: “(sulit) untuk bertaubat dari kebid’ahan“, karena orang yang berbuat bid’ah telah menjadikan apa yang tidak disyariatkan oleh Allah Tabaroka wata’ala dan rasul-Nya Shallallahu’alaihi wasallam sebagai ajaran agama. Amalan buruk telah dibuat indah dalam pandangannya. Seolah amalan itu baik, sehingga pelaku perbuatan tersebut tidak akan bertaubat selama ia menilai bahwa itu merupakan amalan yang baik. Karena taubat berpijak dari adanya kesadaran bahwa perbuatan yang dilakukan itu buruk. Sehingga dengan itu ia bisa bertaubat darinya. Atau orang tersebut meninggalkan amalan baik yang diperintahkan, baik yang diwajibkan atau disunnahkan agar ia bertaubat, kemudian mengerjakannya.
Jadi, selama perbuatan itu dianggap baik -padahal pada hakikatnya jelek- maka ia tidak akan bertaubat dari perbuatan tersebut. Akan tetapi taubat adalah sesuatu yang mungkin (dilakukan) dan terjadi, yaitu jika Allah Subhanahu wata’ala memberikan hidayah dan bimbingan kepadanya hingga ia dapat mengetahui kebenaran. Sebagaimana hidayah yang telah Allah Ta’ala berikan kepada orang- orang kafir, orang-orang munafik, dan sekte-sekte ahli bid’ah sesat lainnya. Ini terwujud dengan cara mengikuti kebenaran yang telah ia ketahui. Maka barangsiapa mengamalkan apa yang telah ia ketahui, niscaya Allah Ta’ala wariskan ilmu yang belum dia ketahui, sebagaimana firman Allah ta’ala,
Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (Muhammad: 17)
Dan firman-Nya,
“… Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (An Nisa: 66-68)
Dan firman-Nya,
Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Al Hadid: 28)
Dan firman-Nya,
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al Baqarah: 257)
Dan firman-Nya,
“… Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al Maidah: 15-16)
Hal-hal yang mendukung pernyataan di atas banyak sekali di dalam Al Quran dan As Sunnah. Sebaliknya orang yang berpaling dari mengikuti kebenaran yang telah dia ketahui, dikarenakan mengikuti hawa nafsunya, maka hal itu akan melahirkan kebodohan dan kesesatan. sehingga hatinya tidak akan melihat kebenaran yang demikian terang, sebagaimana firman Allah Tabaroka wata’ala,
“… Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (Ash Shaff: 5)
Dan firman-Nya,
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al Baqarah: 10)
Dan firman-Nya,
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu tanda-tanda pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: “Sesungguhnya tanda-tanda itu hanya berada di sisi Allah”. Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila tanda-tanda datang mereka tidak akan beriman. Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al An’am: 109-110)
Oleh karena itu, sebagian ulama salaf seperti Said ibnu Jubair Radhiallahu’anhu berkata. “sesungguhnya di antara pahala kebaikan adalah kebaikan sesudahnya, sesungguhnya di antara balasan dari kejelekan adalah kejelekan yang datang setelahnya.”
Sumber: chm sunniy-salafy Disalin dari kitab At Tuhfatul Iraqiyyah yang ditulis Syaikhul Islam ibnu Taimiyah, Edisi Indonesia Amalan-Amalan Hati, Penerjemah Abu Abdillah Salim Subaid, Penerbit Pustaka Ar Rayyan, halaman 14-18, Judul oleh Akibat Menganggap Baik Perbuatan Buruk (Bid’ah) dan Cara Bertaubat Darinya.

January 20, 2013

Makhluk pertama yang berdalil dengan qiyas ialah....

Ibnul Qayyim menegaskan, "Para Ulama telah menegaskan bahwa makhluk pertama yang berdalil dengan qiyas ialah Iblis. Tidaklah matahari dan bulan di sembah  melainkan kerana qiyas yang tidak kena pada tempatnya, qiyas semacam ini lah yang diakui oleh para penghuni Neraka setelah mereka masuk kedalamnya sebagai kesalahan.  Mereka berkata:

"Sungguh kami dahulu benar-benar dalam kesesatan yang nyata, kerana kami telah menyamakan kalian dengan  Rabb Penguasa semesta alam. (QS. As-Syu'ara :97-98)

Maksudnya mereka menganologikan Rabb dengan yg lain, menyamakan-Nya dengan yang lain dalam hal peribadahan ......." Tidaklah terjadi kerusakan dan kebinasaan dimuka bumi, melainkan akibat dari penggunaan qiyas (anologi) yg salah. Bahkan dosa pertama yang dilakukan kepada Allah hasil dari qiyas yang salah. " (I'ilamul Muwaqqi'in, 2/29).

Ibnu Katsir ra menjelaskan qiyas yang dilakukan Iblis ini dengan mengatakan, "aku lebih baik darinya(Adam)" adalah alasan yang lebih buruk dibanding kesalahannya.....Iblis terkutuk memandang asal usul penciptaan  dan melalaikan penghargaan besar yang diterima oleh Adam. Allah Azzawajalla telah menciptakan Adam langsung dengan tanganNya dan meniupkan ruh ke jasadnya. Iblis telah salah dalam menerapkan qiyas, kerana ia menggunakan qiyas guna menentang dalil."  (Tafsir Ibnu Katsir 2/248)

Iblis menganologikan dirinya dan asal usul ciptaannya, yaitu api, dengan Adam yang dari tanah, lalu dari qiyas ini Iblis menarik kesimpulan bahwa dirinya lebih mulia dibanding Adam alaihissalam. Iblis bersandarkan kepada qiyas padahal ia mendapatkan (mengetahui) dalil yang tegas yang memerintahkannya untuk sujud kepada Adam alaihissalam.

Menurut ulama ahli usul fiqh, qiyas semacam ini di sebut dengan  qiyas fasid i'itibar (tidak pada tempatnya) . ( Adhwa'ul Bayan, 1/33)

Dari itu hari ini kita lihat ramai orang yang menggunakan akal fikirannya untuk mencampur adukkan kebaikan dengan keburukan serta mencampur adukkan sesuatu yang berguna dengan  yang merbahaya. Mereka dengan sengaja dan penuh sedar menyamakan antara yang hina dengan yang mulia dan kebenaran dengan kebatilan. Sehingga perkara perkara yang munkar yang jauh dari keagamaan di buat anologi di dalam rumah Allah.

Waspada lah hai orang orang yang mengedepankan akalnya akan firman Allah Subhanahuwataala;   

"Sungguh telah Kami campakkan ke dalam Neraka kebanyakkan dari Jin dan manusia. Mereka memiliki hati tetapi mereka tidak berfikir dengannya, mereka memiliki mata, akan tetapi mereka tidak melihat dengannya, dan mereka memiliki pendengaran, sedangkan mereka tidak mendengarkan dengannya. Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang yang lalai. " (QS al-A'raf : 179)

Ringkasan dari majalah As-Sunnah no. 08/Dec2010, oleh Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri, MA
dgn sedikit penambahan.

January 17, 2013

Sedikit dan sesuai Sunnah lebih baik daripada banyak tetapi Bid'ah

Kata mutiara tersebut tidak hanya terucap dari seorang shahabat, dan diantara yang mengucapkannya ialah Abu Darda’ dan Abdullah bin Mas’ud –Radhiallahu anhuma- seperti yang disebutkan dalam Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah (nomor114 dan 115), Assunnah karya Ibnu Nashr (hal 27-28), Al Ibanah (I/320) karya Ibnu Baththah,dan lain-lain.

Juga terdapat riwayat dari Ubay bin Ka’ab Radhiallahu anhu seperti disebutkan dalam Al Hujjah fi Bayan Al Mahajjah (I/111) dengan redaksi:

“Sesungguhnya sederhana dalam jalan hidup dan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa sallam adalah lebih baik daripada banyak tetapi menyalahi jalan hidup dan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Maka lihatlah amal kamu, baik banyak maupun sedikit, agar yang demikian itu sesuai dengan jalan hidup dan sunnah nabi Shalallahu alaihi wa sallam” [1]

Itulah kata mutiara yang memberikan metode yang agung bagi seorang Muslim yang ingin mengikuti kebenaran dalam amal dan ucapannya agar sesuai dengan aturan syari’at. Kata mutiara tersebut disadur dari beberapa hadits shahih, diantaranya:

[1]. Sabda Nabi Shalallahu alaihi wa sallam,

“Artinya : Hindarilah olehmu melampaui batas dalam agama”. [Hadits Riwayat Nasa’i :V/268, Ibnu Majah:3029, dan Ahmad : I/215&347, dengan sanad hasan]

[2]. Sabda Nabi Shalallahu alaihi wa sallam,

“Artinya : Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang berkesinambungan, meskipun sedikit.” [Hadits Riwayat Bukhary : I/109 dan Muslim no.782 dari Aiysah]

[3]. Sabda Nabi Shalallahu alaihi wa sallam :

“Artinya : Sesungguhnya setiap amal terdapat masa giat, dan disana ada masa jeda. Maka siapa yang jedanya kepada bid’ah sesungguhnya dia sesat, dan siapa yang jedanya kepada sunnah maka dia terbimbing.” [2]

Dan hadits-hadits lain.

Sunnguh para shahabat -Radhiallahu anhum- dan tabi’in Rahimahumllahu ta’ala, benar-benar mengaplikasikan kaidah tersebut dengan sangat cermat. Mereka sangat antusias untuk mengikuti sunnah walau hanya dengan sedikit amal.Tidak hanya itu,tetapi mereka juga sangat jauh dari bid’ah, meskipun ada orang yang menyangka bahwa bid’ah itu terdapat tambahan kebaikan.

Abu Ahwash [3] berkata kepada dirinya sendiri ,”Wahai Sallam,tidurlah kamu menurut sunnah.Itu lebih baik daripada kamu bangun malam untuk melakukan bid’ah.” [4]

Dan Ibrahim An-Nalkha’i berkata, ”Seandainya para shahabat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam mengusap kuku, niscaya aku tidak membasuhnya karena mencari keutamaan dalam mengikuti mereka.” [5]

Betapa indahnya firman Allah dalam menetapkan kaidah tersebut :

“Artinya : Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” [ Al Mulk : 2]

Allah tidak mengatakan,” Yang banyak amalnya” sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsier dalam tafsirnya (IV/619).

Dan barangsiapa merasa sempit pada jalan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan jalan orang-orang mukmin terdahulu maka Allah tidak memberi kelapangan kepadanya.[6]

Diantara yang penting untuk diingatkan disini adalah cara menyimpulkan dalil yang salah oleh sebagian orang yang ditegur ketika melakukan bid’ah, seperti shalat yang tidak ada contohnya dalam Sunnah. Mereka menggunakan dalil, "Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang shalat kepada seorang hamba?" [Al-Alaq : 9-10]

Sungguh demikian ini cara menyimpulkan dalil yang batil dan pendapat yang salah tentang ayat Al Qur’an!!

Imam Abu Syamah dalam Al Baits (hal 114) berkata setelah menyebutkan beberapa hadits dan atsar yang melarang shalat yang tidak sesuai dengan Sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa sallam, ” Apakah boleh bagi seorang Muslim bila mendengar beberapa hadits dan atsar ini, dia mengatakan, bahwa Nabi Shalallahu alaihi wa sallam melarang shalat dan bahwa Umar dan Ibnu Abbas, dikategorikan sebagai orang yang telah disebutkan dalam firmanNya:

“Artinya : Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan salat” [Al-Alaq : 9-10] [7]

Demikian pula, setiap orang yang melarang sesuatu yang dilarang syari’at Islam tidak boleh dikatakan seperti ini. Sebab orang yang menggunakan dalil tersebut dengan menganggap baik setiap amalnya yang tidak sesuai dengan sunnah adalah orang bodoh yang merubah kitab Allah dan mengganti firmanNya. Sesungguhnya Allah telah mencabut kelezatan pemahaman akan maksud wahyu darinya tersebut".

Dan dalam halaman 214, beliau (yakni Imam Abu Syamah) berkata: "Maka sungguh nyata dan jelas –dengan pertolongan Allah- kebenaran orang yang mengingkari hal-hal yang bid’ah, meskipun bid’ahnya berupa shalat dan memakmurkan masjid. Dan janganlah dia memperdulikan kebencian orang bodoh yang mengatakan :

“Tidak mungkin Islam memerintahkan membatalkan shalat dan menghancurkan masjid?”

Sebab perumpamaan dia seperti orang yang mengatakan:

“Bagaimana diperintahkan menghancurkan masjdi?”

Padahal telah maklum bahwa Nabi Shalallahu alaihi wa sallam pernah menghancurkan masjid Dhirar!!! Atau seperti orang yang mengatakan :

"Bagaimana mungkin Islam melarang membaca Al Qur’an dalam ruku dan sujud?”

Padahal terdapat hadits shahih bahwa Ali Radhiallahu anhu berkata:”

“Artinya : Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam melarang aku membaca Al Qur’an dalam ruku dan sujud.” [Hadits Riwayat Muslim]

Jadi mengikuti Sunnah lebih utama daripada mempertahankan bid’ah, meskipun berupa shalat. Sebab mengikuti sunnah lebih banyak faidahnya dan lebih besar pahalanya, meskipun kita menganggap bahwa dalam bentuk shalat tersebut terdapat pahala.”

Dan Allah-lah yang memberi taufik kepada kebenaran.
Sumber: alsofwah.or.id

[Disalin dari kitab Al Ilmu Ushul Bida’ Dirasah Taklimiyyah Muhimmah Fi Ilmi Ushul Fiqh, Penulis Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, edisi Indonesia Membedah Akar Bid’ah, Penerjemah Asmuji Solihan Zamakhsyari, Penerbit Pustaka Al-Kautsar hal, 26-28]
_________
Foote Note
[1] Juga diriwayatkan oleh Al Laalikai no.11,Ibnul Mubarak dalam AzZuhd :II/21, dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah :I/252
[2] Hadits shahih dengan berbagai jalan, lihat Al Itmam no.23521 dan Attiba’ AsSunnah no.8]
[3] Namanya adalah Sallam bin Sulaim, Lihat Siyar An-Nubala VII/281 oleh Adz-Dzahabi.
[4] Al Ibanah no.251
[5] Hadits Riwayat Ad Darimi:I/72 dan Ibnu Baththah :254
[6] Naqd Al Qaumiyyah Al Arabiyyah : 48, Syaikh Abdul Aziz bin Baz
[7] Lihat Musaajalah Ilmiyyah:30-31 Al Izz bin Abdis Salam

January 13, 2013

Buat renungan.......

Wahai para dai, para penceramah
Kemana mahu di bawa kita?
Anda laungkan contohi Rasullullah 
Padahal Anda membuat Bid'ah
Ibadah yang tiada contoh nya 

Bagaimana sikap Anda terhadap ajarannya?
Sudah kah di contohi Sunnahnya ?
Memanjangkan jenggot dan mengangkat celana.
Berselawat dengan yang diajarkannya.
Bukan selawat yang di reka reka. 

Nabi berkata; Allah di langit atas
Tetapi kamu kata Dia di mana mana tiada terbatas
Ada di pasar,  di tandas!
Walhal banyak nas yang sudah jelas
Dapat di-imbau dengan akal yang waras.

Rasulullah mahu di contohi
Tetapi Sunnahnya tidak di realisasi
Dengan alasan syari'at sudah kuno dengan realiti
Di zaman moden ini
Dan realiti yang ada tidak dapat di pungkiri
Bahwa kebanyakkan kaum Muslimin membenci
Manhaj salaf di label wahabi.

Banyak amalan yang tiada tuntutan
Bulan Rabiulawal di agung agungkan
Dengan berbagai acara perayaan
Berjenis selawatan dan maulidan

Fikir kan lah....

Wallahu a'lam


January 9, 2013

Penyimpangan Dalam Mengamalkan Surat Al-Fatiha


Penyimpangan Dalam Mengamalkan Surat Al-Fatihah

Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda RasulillahShallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Tidak diragukan lsgi bahwa surat Al-Fatihah memiliki keistimewaan dibandingkan dengan surat-surat selainnya. Di antaranya, hanya surat al-Fatihah saja yang menjadi salah satu rukun shalat. Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca surat Al-Fatihah.

Surat Al-Fatihah adalah surat ruqyah, jika ia dibaca atas orang sakit -dengan izin Allah- ia akan sembuh. Ini karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada sebagian sahabatnya yang membacakannya atas orang yang disengat lalu ia sembuh, "Tidakkah engkau tahu bahwa ia adalah ruqyah. ."

Namun disayangkan, sebagian orang salah dalam mengamalkan surat Al-Fatihah. Mereka menciptakan praktek-praktek baru dalam beberapa moment sebagai pengagungan surat ini. Padahal mengamalkan surat ini adalah bagian dari ibadah yang pondasinya adalahTauqif  Wal Ittiba'. Yakni tidak boleh menetapkan kecuali berdasarkan dalil dan contoh dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Sesungguhnya kita diperintahkan untuk mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan menjauhi perkara-perkara baru atas nama agama. Karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
"Siapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam) yang bukan darinya, maka dia tertolak." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
"Hendaklah kamu menjauhi perkara yang diada-adakan. Karena sesungguhnya seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khulafa' rasyidin yang datang sesudahku. Gigitlah ia dengan gerahammu. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang muhdats (perkara baru dalam urusan dien), karena seburuk-buruk urusan dalam dien adalah yang muhdats. Dan setiap perkara baru dalam dien adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan." (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan al-Haakim) dan hadits-hadits yang semakna dengan ini sangat banyak.

Beberapa Penyimpangan
Di antara kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam berta'amul dan mengagungkan surat Al-Fatihah:
Membacakan surat Al-Fatihah atas mayit (ruh fulan). Perkara ini tidak pernah diperintahkan dan dicontohkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Padahal kita diperintahkan untuk ittiba' (ikut) dan tidak diperintahkan untuk ibtida' (menciptakan perkara ibadah baru). Sementara keterangan yang berasal dari beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam urusan ini adalah mendoakan dan memohonkan ampun untuk mayit.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda sesudah menguburkan mayat,
اِسْتَغْفِرُوا لِأَخِيْكُمْ, وَاسْأَلُوا لَهُ التَّثْبِيْتَ؛ فَإِنَّهُ الآن يُسْأَلُ
"Mintakan ampun untuk saudaramu dan mohonkan keteguhan untuknya, karena sekarang ia ditanya." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Hakim)
Begitu juga saat datang berita wafatnya raja Najasyi, maka beliau perintahkan para sahabatnya untuk memintakan ampun baginya dan tidak memerintahkan untuk membacakan al-Fatihah, "Mintakan ampun untuk saudara kalian." (HR. al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Saat melamar maka dibacakan surat Al-Fatihah yang diyakini sebagai separoh akad, ini tidak benar. Tidak ada satu riwayatpun dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam  menjelaskannya. Sesungguhnya lamaran hanya merupakan perjanjian atau kesepakatan untuk melangsungkan akad nikah. Karenanya, seorang wanita masih sebagai orang lain sehingga dilangsungkannya akad nikah sehingga ia menjadi istrinya sah.
Sebagian orang menutup shalat dan doa-doa mereka dengan meneriakkan "Al-Fatihah". Ini tidak pernah ada contohnya dari Nabi dan para sahabatnya. Jika ini baik dan termasuk ibadah yang disyariatkan pastinya Nabi dan para sahabatnya telah mengerjakannya. Karena tidak ada kebaikan kecuali beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah tunjukkan, maka jika ini adalah perkara yang benar-benar baik menurut syariat pasti beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah tunjukkan dengan qaul dan perbuatan.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Sebagian orang pada hari ini telah membuat beberapa perkara baru dalam (pengamalan) surat ini, mereka menutup doa dengan surat Al-Fatihah. Menjadikannya sebagai pembuka dalam khutbah dan membacanya dalam beberapa event. Ini adalah kesalahan. Misalnya, engkau temukan apabila seseorang berdoa lalu ia seru orang-orang disekitarnya, "Al-Fatihah". Yakni, bacalah Al-Fatihah. Sebagian orang memulai khutbahnya dengan membaca surat Al-Fatihah atau dalam semua acaranya. Ini adalah kesalahan. Karena ibadah dibangun di atas at-tauqif dan ittiba'." (Lihat: Tafsir al-'Allaamah Muhammad Al-'Utsaimin, dalam pembukaan surat al-Fatihah). Wallahub Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

January 8, 2013

Orang pertama yang mengadakan Maulid Nabi


Abad pertama, kedua, ketiga Hijriyah telah berlalu. Tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan bahwa salah seorang Sahabat, Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in maupun para ulama yg datang sesudah generasi mereka mengadakan perayaan maulid Nabi Shallallahu alaihiwassalam. Padahal, mereka sangat mencintai Nabi, paling tahu tentang Sunnahnya, dan paling komited mengikuti syari'atnya.

Orang yang pertama kali mengada-adakan bid'ah ini adalah Bani Ubaid al-Qaddah. Mereka menisbatkan diri kepada anak keturunan Ali bin Abi Thalib ra, padahal sebenarnya mereka adalah pendiri dakwah Bathiniyyah. Mereka juga menyebutkan diri mereka Fathimiyyin. Al-Qadhi al-Baqilani, wafat tahun 403 di Baghdad menulis sebuah buku , Kasyful Asrar wa Hatkul Astaar, membantah pemikiran kaum Ubaidiyun. Beliau menjelaskan kerusakan-kerusakan dan keburukan keburukan mereka. Al- Baqilani mengatakan : " Mereka adalah kaum yang menampakkan faham Rafidhah dan menyembunyikan kekafiran yang mutlak."

Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, " Sungguh mereka itu termasuk golongan manusia yg paling fasik dan paling kafir. Siapa saja yg bersaksi  tentang keimanan dan ketakwaan mereka, atau kebenaran nasab mereka sebagai Ahlul Bait, maka sesungguhnya ia telah bersaksi atas sesuatu yg tidak diketahui."

Para ulama umat ini, para imam dan jumhur kaum Muslimin telah bersaksi bahwa kaum Ubaidiyun adalah kaum munafik yang zindik. Mereka pura pura menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran. Sebenarnya mereka adalah keturunan Majusi dan Yahudi. Hal yg sama juga disebutkan al-Ghazzali dalam kitabnya yg berkumpul Fadhaa-ilul Mustazhhiriyah wa Fadhaa-ihil Baathiniyah. Dia mengatakan bahwa lahiriah madzab mereka adalah Rafidhah.

Kelompok Ubaidiyun masuk ke Mesir pada hari Kamis bulan Ramadhan tahun 362H. Inilah awal pemerintahan mereka di Mesir. Para khalifah yg memimpin Dinasti Fathimiyah memiliki beberapa  hari raya dan beberapa hari peringatan dalam setahun yaitu:
Perayaan Tahun baru dan awal tahun; perayaan hari Asyura; perayaan Maulid Nabi; maulid Ali bin Abi Thalib; maulid Hassan; maulid Hussain; maulid Fathimah az Zahra; maulid Khalifah yg sedang berkuasa; perayaan awal Rajab; malam Nisfu Sha'ban; perayaan awal,tengah dan akhir Ramadhan; perayaan Eidul Fitri dan Eidul Adhah; perayaan upacara kematian; menyambut musim hujan dan musim kemarau; Penaklukan Teluk Arab; perayaan hari raya Nairuz,(tahun baru Iran) perayaan hari Ghuthas (06Jan) perayaan hari ulang tahun dan seterusnya.

Tujuan mereka yg sebenarnya adalah untuk menyebarluaskan faham-faham Isma'iliyah Bathiniyah yg mereka anut dan menyerukan aqidah mereka yg rusak serta menjauhkan orang orang dari agama yg benar dan aqidah yg murni dgn mengadakan upacara upacara semacam itu, bukanlah kerana kecintaan mereka kepada Rasulullah shallallahu alaihiwassalam dan keluarga beliau seperti yg mereka ungkapkan.

Sila rujuk keterangan yg lebih detail dan terperinci oleh Abdullah bin Abdul Aziz at- Tuwaijiri, dalam tesis bidang aqidah, dengan predikat "Cum Laude". Buku rujukan : Menyoal Rutinas Perayaan Bid'ah sepanjang tahun. 

January 5, 2013

Kerugian dalam beragama

Ramai manusia mengharapkan ganjaran pahala dan keredha'an Allah dalam beramal, namun kadang kala merugikan. Mengapa?

Dalam surah Al Hujuraat ayat 1-2, Allah berfirman; " Jangan lah kamu mendahulukan Allah dan Rasul-Nya," jangan kamu mendahului memutuskan suatu perkara dalam peperangan atau agama sebelum Allah dan Rasul-Nya memutuskan. Sebab akibatnya, kamu memutuskan berbeda dengan perintah Allah dan perintah Rasul-Nya. (Tafsir Ath Thabari)

Ibnu Abbas dalam mentafsirkan ayat ini berkata,"Maksudnya iaitu jangan lah menyalahi kitab dan Sunnah." (Al Hilyah dari Ibnu Abbas)

Sementara Mujahid berkata ," Maksudnya adalah jangan memfatwakan sesuatu atas Rasullullah shallallahu alaihiwassalam hingga Allah memutuskan melalui lisannya."

Ayat selanjutnya dari surah Al Hujuraat, Allah menegur  supaya jangan meninggikan suara keatas suara Nabi yang mulia, "supaya tidak hapus (pahala) amalan mereka."

Para ulama mengatakan: "Dimakruhkan mengangkat suara di sisi makam Rasulullah shallallahu alaihiwassalam sebagaimana dimakhruhkan meninggikan suara semasa beliau maseh hidup, kerana beliau adalah seorang yg terhormat, baik ketika hidup atau setelah wafat." Tafsir Ibnu Katsir.

Jika meninggikan suara diatas suara beliau di larang, bagaimana pula fenomena sekarang yang atas nama creativiti dengan berbagai sarana berdakwah dan beribadah.

Atas nama kemajuan, kebudayaan persaudaraan sedarkah kita telah mengikuti musuh musuh Allah Ta'ala dengan fenomena merubah agama dan meninggalkan agama  Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam.

Wallahu a'alam.

Sebab sebab Bid'ah merebak seperti wabak

Fakta yang terbesar sebabnya merebak bid'ah ialah kerana kelemahan para penguasa dan ulama dalam membasmi bid'ah. Sementara orang orang awam, bila mereka melihat orang alim mendiamkan suata perkara, mereka akan menduga bahwa perkara itu tidak menyalahi syari'at.

Lebih parah lagi pabila ada sebagian para dai' yang lebih mementingkan kedunia'an dari kebaikan akhirat, justru mempromosikan bid'ah bid'ah itu dan menggambarkannya kepada kaum Muslimin sebagai perkara yang baik atas niat yang baik.

Masharakat awam mengikutinya kerana mereka percaya bahwa ia hanya akan melakukan yang benar. Walaupun kadang kala apa yang di ikuti bertentangan dengan syari'at namun orang orang yang awam mengira apa yang mereka kerjakan memang disharia'atkan-Nya.

Para penguasa pula membangun, menyokong dan mendukung dalam menyebarkan bid'ah kerana sesuatu yang baru dalam agama itu sesuai dengan hawa nafsunya.

Sejak dulu hingga sekarang, banyak sekali penguasa yang mengusung bid'ah dan menjauhkan manusia dari agamanya yang benar. Jika zaman dahulu ulama terkemuka seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim, Imam Ahmad disiksa kerana mengingkari bid'ah sekarang para pendakwah yang mengingkari bid'ah di ketepikan, di persulitkan dakwah mereka. Mereka ini di beri bermacam gelaran untuk menakut nakutkan masharakat dari mengambil ilmu dari mereka.

Sementara mereka yang kreatif dalam berdakwah di dukung dan di sokong kerana dapat menarik ramai pengikut, walaupun cara dakwah, ibadah mereka kadang kadang menyerupai atau meniru niru kaum kuffar.

Wallahu a'alam.

Mengapa Bid'ah lebih disukai oleh Iblis?

Sebab, seseorang sangat sulit untuk bertaubat dari bid'ahnya, sedangkan tidaklah sulit baginya untuk bertaubat dari maksiat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memperingatkan umat Islam dari bahaya bid'ah dan Ahlul Bid'ah merupakan kewajipan. (Majmuu Fataawa (28/231). Perhatikan Rasulullah memerintahkan umatnya untuk memerangi kaum Khawarij, tetapi  beliau melarang mereka untuk memerangi para  penguasa yang zalim. Nabi shallallahu alaihiwassalam bersabda tentang Dzul Khuwaishirah;
Akan keluar dari tulang rusuk orang ini(dari keturunannya) sekelompok orang yang membaca al-Qur'an namun tidak melewati kerongkong mereka (tidak memahaminya). Mereka telah keluar dari agama- dalam riwayat lain-dari Islam; laksana anak panah yang menembus sasarannya. Salah seorang dari kalian akan merasa hina dengan shalatnya bila dibanding dengan shalat mereka, puasa kalian lebih sedikit jika dibandingkan dengan puasa mereka, dan tilawah kalian lebih sedikit dibanding dengan tilawah mereka. Dimana saja kalian menemui mereka, bunuhlah mereka. Kerana sesungguhnya, membunuh mereka mendapat pahala disisi Allah, iaitu bagi yang berhasil membunuh mereka, pada hari Kiamat kelak".

Mari kita berfikir sejenak, jika ibadah mereka nampak lebih banyak dari ibadah sahabat, namun Nabi shallallahu alaihiwassalam memerintahkan membunuh mereka, apalagi bid'ah yang berleluasa sekarang?

Wallahu a'alam

January 4, 2013

Mayat Hidup

Abdullah Ibn Mas'ud berkata 'mayat hidup'  adalah golongan yang tidak mengenal ma'ruf  dan tidak memungkiri yang mungkar.  ' Celakalah mereka yang tidak memiliki hati yang mengenal ma'ruf dan mungkar.

Mereka akhirnya menjadi hamba nafsu dan hamba akal fikirannya. Mereka hanya dapat bertaklid terhadap orang yang sebenarnya tidak memiliki ilmu  dan bashirah dari Allah Subhanahuwataala. Mereka menjadi tersesat, tidak lagi mengenal ma'ruf  kecuali yang sesuai dengan hawa nafsu mereka.

Bila permasalahannya menjadi semakin besar, iman pun terkelupas daripada hati, sementara siempunya hati tersebut tidak menyedarinya sama sekali.

Sesungguhnya hati manusia jika tidak selaras dgn hati para rasul dan para sahabatnya yang sentiasa diliputi tujuan yang lurus, ilmu yang luas, kecintaan terhadap kebaikan dan kebencian terhadap kemungkaran, niscaya hati mereka telah menyimpang...  seperti mayat hidup
Wallahu a'alam

January 3, 2013

Pentingnya Meninggalkan Kebiasaan Sesat

Menurut Ibnu Qayyim dalam kitabnya Al-Fawaid, seseorang haruslah menjauhkan diri dari amalan amalan sesat dan tidak menantang Allah jika hendak sampai ke destinasi yang selamat.

Yang dimaksud dengan kebiasaan sesat adalah merasa selesa dgn apa yg diciptakan manusia dan mengulang-ulanginya, sehingga menggantikan syari'at bahkan menganggapnya lebih utama.  Mereka mengingkari orang orang yang menantang kebiasaan mereka, namun tidak mengingkari orang yang menantang syaria'at yang benar.

Sebaliknya orang yg menegur atau menentang mereka di anggap menghukum niat baik mereka, sehingga mereka mematikan sunnah dan menjadi musuh Nabi . Yang baik menurut mereka adalah yang sesuai dengan kebiasaan mereka dan hawa nafsu mereka.

Ciptaan dan kreasi sebegini telah menguasai semua kelompok anak Adam, baik penguasa, wali, ahli fikir, sufi, orang orang khusus maupun orang awam. Berapa suatu yg kecil awalnya akhir nya menjadi besar dan menjadi kebiasaan, bahkan di jadikan lebih besar dari sunnah, sehingga orang yg ikut bersama terpenjara dan terputus dari syariat . Al-Quran dan as sunnah di singkirkan.

Hukum asal dari setiap perbuatan manusia itu terikat dengan hukum syariat.  Jika kita tidak mengikutinya kita akan jauh dari dimensi Islam.

Kita mohon kpd Allah azzawajalla membimbang kita semua menuju jalan yg lurus dan benar.

Wallahu a'lam...

January 1, 2013

Bid'ah yang Pertama Kali Muncul Dalam Islam

Perpecahan dan bid'ah pertama yang muncul dalam Islam bermula setelah terbunuhnya Utsman bin Affan ra.

Pada saat itulah, kaum Muslimin terpecah belah. Ketika Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah bin Abi Sufyan ra sepakat untuk melakukan tahkim (arbitrase) , kelompok Khawarij mengingkari hal itu, yakni dengan dalih: "Hukum hanyalah milik Allah".  Mereka pun lantas memisahkan diri dari jamaah kaum Muslimin, hingga akhirnya Ali mengutus Abdullah bin Abbas ra kepada mereka, untuk berdialok dan berdamai. Sebagian dari mereka kembali ke jalan yg benar, sedangkan sebagian lainnya menyerang hewan ternak dan menganggap halal darah kaum Muslimin. Mereka membunuh Ibnu Khabbab, sebab itulah Ali memerangi mereka. (ath-Thabaqaat karya Ibnu Sa'ad (III/52-84) dan Usdul Ghaabah (III/480-492)

Dasar madzab Khawarij adalah mengagungkan al-Qur'an namun melepaskan diri dari Sunnah Nabi shallallahu alaihi wassalam dan jamaah kaum Muslimin. Mereka menganggap tidak perlu mengikuti sunnah Nabi yang menurut mereka bertentangan dengan al-Qur'an. Mereka tidak sedar yang Qur'an dan hadits datang dari sumber yang sama, iaitu Allah azzawajalla . Mereka tidak mau tunduk kepada hukum yg diputuskan Nabi shallallahu alaihiwassalam dan para khalifah sepeninggal beliau.

Ramai ulama ternama seperti Ibnu Taimiyyah, muridnya Ibnu Qayyim, Imam Ahmad dan lain lain lagi mendapat ujian kerana mereka hendak menegakkan sunnah dan sya'riat Nya.
Wallahu a'alam.