SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

June 30, 2014

Tangisan 'Aisyah bila membaca al-Quran

 Ada dua mata yang tidak disentuh api neraka: Mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata semalaman berjaga di jalan Allah “ (HR. Tirmidzi)
“ Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al Qur’an ) dibacakan kepada mereka , mereka menyungkurkan wajah, bersujud dan mereka berkata “Maha suci Rabb kami; sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi,” Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereke bertambah khusyuk” (Al Isra 107-109)
'Aisyah binti Abu Bakar Ash shiddiq Al Qurasyiyah At tamimiyah al Makiyyah , Istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan wanita yang paling memahami urusan agama secara mutlak.
Abu Dhuha meriwayatkan dari seseorang yang mendengar dari Aisyah Radiyallahu anha saat dia membaca ayat :
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu…(QS; AL Ahzab : 33)
“Dia menangis sampai kerudungnya basah. Aisyah menangis karena menyesal telah pergi ke Basrah, dan keluar rumah saat perang Jamal. Qasim berkata,” Saat aku berkeliling di pagi hari, aku biasa memulainya dengan rumah Aisyah; kuucapkan salam kepadanya. Suatu pagi aku ke sana kudapati ia asedang bertasbih (mengerjakan shalat) dan membaca :
“ Maka Alah memberi karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka (QS; Ath Thur; 27)
Dia berdoa sambil menangis. Dia mengulang-ulangnya .Aku berdiri menunggu sampai bosan.  Karenanya aku pergi ke pasar berbelanja dan kemudian kembali ker rumah Aisyah. Ternyata dia masih berdiri seperti saat kutinggalkan. Dia shalat sambil menangis…(Muhammad Syauman Ar Ramli , Aqwam 2007).
Air Mata pembaca alQur'an , rahsia kejujuran tangis para salaf oleh Muhammad Syauman Ar Ramli

June 28, 2014

Zakat Hati

Definisi zakat
Secara bahasa, zakat artinya “berkembang dan bertambah dalam kebaikan dan kesempurnaan.” Dikatakan, sesuatu itu zakat, jika sesuatu itu berkembang baik menuju kesempurnaan.
Sesuatu bisa berkembang dengan baik apabila keadaan sesuatu itu bersih dari kotoran dan penyakit. Seperti halnya badan kita, hewan dan tumbuhan bisa berkembang dengan baik jika keadaannya baik dan bersih dari kotoran dan segala penyakit. Demikian pula hati manusia bisa berkembang dengan baik dan sempurna manakala hati itu baik serta bersih dari kotoran dan segala penyakit.
 Zakat Hati
Dosa dan kemaksiatan yang dilakukan manusia laksana hama pada tumbuhan. Ibarat pasir pada emas dan perak. Demikian pula penyakit hati seperti hasud, sombong, congkak, merendahkan manusia, bodoh, besar kepala, keras hati menjadi penghambat berkembangnya hati. Bahkan terkadang sampai mematikan hati seperti halnya hama yang menghambat pertumbuhan tanaman dan bahkan mematikannya.
Maka, agar hati itu menjadi baik dan agar hati berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan maka hati itu harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala penyakit dan kotorannya. Caranya ialah dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan Allah, menjauhi kemaksiatan dan yang dilarang Allah dan banyak bertaubat kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ(30)
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaknya mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (An-Nur: 30)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam ayat ini bahwa sucinya hati itu terjadi setelah menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan, yaitu menundukkan pandangan dari yang diharamkan Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala telah menguji kita dengan memberikan nafsu senang melihat sesuatu yang indah-indah, senang melihat wanita berwajah cantik, tetapi harus diketahui bahwa yang disenangi oleh nafsu itu ada yang diharamkan dan ada yang dihalalkan. Apabila seseorang sanggup menahan nafsunya dari yang diharamkan Allah, maka Allah akan mengganti dengan yang lebih baik seperti sejuknya hati, tenangnya hati, senang dan gembiranya hati.
Dalam hadits disebutkan,
َمْن تَرَكَ شَيْئًا ِللهِ عَوْضُهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا مِنْهُ (رواه أحمد بسند صحيح)
Barangsiapa meninggalkan sesuatu (yang haram) karena Allah niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.” (HR Ahmad dengan sanad shahih)
Mengingat hati itu selalu terikat dengan sesuatu yang dicintainya, maka ketika hatinya bersih, hanya Allah yang dicintainya maka dia hanya menghamba dan tunduk kepada Allah saja. Sedangkan jika di hati itu sudah bercabang kecintaannya pada selain Allah, maka dia akan tunduk kepada apa yang dia cintai. Perbuatan manusia ikut pada kemauan dan keadaan hatinya.
Dalam ayat lain Allah berfirman,
وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ
Apabila dikatakan kepadamu kembalilah maka kembalilah karena ini lebih suci bagi kalian.” (Ath-Thur: 28)
Ayat ini menerangkan orang yang meminta izin atau bertamu tetapi pemilik rumah belum berkenan menerimanya sehingga dia memohon agar sang tamu kembali kemudian tamu ini mengikuti permohonannya maka itu lebih suci bagi yang bertamu.
Jadi supaya hati bisa berkembang dengan baik menuju kebaikan dan kesempurnaan adalah dengan membersihkan terlebih dahulu dari dosa dan maksiat dan membersihkannya dari penyakit-penyakitnya.
Adapun perkara yang dapat menjadikan hati berkembang dan yang dapat menjadikan hati baik, sempurna, dan suci adalah “tauhid,” yaitu persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah (لا إله إلاالله)
Tauhid bukan hanya sebagai pengembang hati tetapi juga berfungsi sebagai pembersih hati yaitu membersihkan keyakinan-keyakinan (aqidah) yang batil, membersihkan hati dari keinginan-keinginan yang tidak benar dan tauhid (لا إله إلاالله) merupakan bahan dasar yang menjadikan hati tumbuh dan berkembang dengan baik, yaitu ketika tidak ada lagi di hatinya tuhan-tuhan selain Allah, tidak ada lagi kemauan dan keinginan kecuali karena Allah. Di hatinya hanya ada Allah dan kebenaran yang bisa berbuah menjadi amalan ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah.
Maka dari itu, tidak ada pelajaran yang melebihi ketinggian dan kemuliaan tauhid karena faidahnya yang fundamental karena yang dipelajari adalah Dzat Yang Maha Agung dan Maha Mulia dan aqidah merupakan dasar bangunan Islam setiap muslim yang menjadi penentu kekokohan dan rapuhnya ke-Islaman seseorang.
Allah Ta’ala berfirman:
وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ(6)الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
Celakalah orang-orang musyrik yang mereka itu tidak menunaikan zakat.” (Fush-shilat: 5-6)
Kebanyakan ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kata “zakat” di ayat ini adalah “tauhid.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Di samping tauhid, amalan ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah juga berfungsi sebagai pembersih dan mensucikan hati. Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا(9)
Sungguh beruntung orang yang mensucikan hatinya.” (Asy-Syams:9)
Juga firman-Nya:
فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى(18)
Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri?” (An –Naazi’at: 18)
Zakkaa pada ayat ini adalah amalan ketaatan kepada Allah. Namun demikian bagi orang yang telah dikaruniai taufiq dan hidayah oleh Allah mampu menjalankan ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah tidak diperbolehkan untuk merasa dan menganggap dirinya sudah bersih dan suci. Allah Ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mengganggap dirinya bersih.” (an-Nisa’: 49)
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ
Maka, janganlah kalian mengatakan dirimu suci.” (an-Najm: 32)
Pada hakikatnya hanya Allah yang menjadikan seseorang itu bersih dan suci dan hanya Allah Ta’ala yang mengabarkan kebersihan dan kesucian seseroang.
Allah Ta’ala berfirman:
بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ
tetapi Allah yang membersihkan/mensucikan siapa yang Dia kehendaki.” (An-Nisa”49)
Maka manfaat hati yang sudah dizakati (dibersihkan) akan dapat memudahkan seseorang untuk menerima kebenaran, senang dalam menerima hidayah/petunjuk dari Allah. Lapang dada menerima Islam, senang dan gembira dalam menjalankan ketaqwaan kepada-Nya. Sedangkan jika hati kotor maka yang terjadi adalah sebaliknya, yakni sulit menerima kebenaran dan petunjuk, sempit dan sesak dadanya terhadap syariat Islam dan berat untuk menjalankan ketaqwaan kepada Allah. Wallahul 'alam
Sumber: cerbisan dari;  Qurandansunnah.wordpress

June 27, 2014

Menyambut bulan Ramadhan yang di berkati.

Wahai hamba-hamba Allah!
Sungguh, bulan yang agung dan musim telah datang kepada Anda, di dalamnya pahala amal kebaikan dilipatgandakan, dan dosa kejahatan pun dibesar-besarkan. Itulah bulan Ramadhan, yang pada bulan itu Al-Quran diturunkan. Itulah bulan dilaksanakannya shiyam (puasa), qiyam (Tarawih), sedekah, dan amal kebajikan.

Pada bulan tersebut Allah mengaruniakan lima hal kepada umat ini, yang tidak pernah di karuniakan-Nya kepada umat lainnya:-
PERTAMA;  bau mulut orang puasa itu disisi Allah lebih harum daripada aroma kesturi.
KEDUA ; para malaikat terus memohonkan ampun untuk orang-orang yang berpuasa hingga mereka berbuka.
KETIGA ; setiap hari dibulan itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menghiasi Surga-Nya, sembari berfirman, "Hamba-hamba-Ku yang shalih tak lama lagi dibebaskan dari beban dan gangguan serta akan menuju kepadaKu."
KEEMPAT ; syaitan-syaitan durhaka pada bulan itu di belenggu, sehingga mereka tidak bisa leluasa melakukan apa yang biasa mereka lakukan dengan leluasa dibulan lain.
KELIMA ; Allah mengampuni umat ini disetiap akhir malam bulan Ramadhan.

Ramadhan adalah bulan yang barangsiapa berpuasa didalamnya dengan landasan iman dan mengharap pahala Allah, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melaksanakan Tarawih juga mendapat ganjaran yang sama. Bulan saat pintu-pintu shurga dibuka dan pintu-pintu Neraka ditutup. Dalam Ash-Shahihain diriwayatkan sebuah hadith dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda;

"Setiap amal anak Adam adalah miliknya, kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat." Allah Ta'ala berfirman ; "Kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya. Ia telah meninggalkan shahwat, makan, dan minum demi Aku. Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan. Satu kegembiraan ketika berbuka dan satu kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya." 
Wabillahitaufik wahidayah...
Petikan dari 'Kumpulan Khutbah Pilihan' oleh Syaikh Utsaimin.

June 24, 2014

Apakah yang dimaksudkan dengan barakahnya makan sahur?

Soal: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Makan sahurlah kalian, kerana sesungguhnya didalam makan sahur ada barakahnya."

Jawab: Yang dimaksudkan dengan barakahnya makan sahur ada dua macam; yakni barakah secara syar'i  dan barakah secara jasmani. Adapun secara syar'i diantaranya adalah bahwa dengan makan sahur berarti mengikuti (menjalankan) perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan barakah secara jasmani diantaranya adalah bahwa dengan makan sahur tubuh akan mendapatkan nutrisi makanan dan akan menjadikan kuat bagi orang yang shiyam. 
Kutipan dari 'Bekal Di bulan Ramadhan'; fatwa Syaikh Utsaimin.

Negara yang Terbenamnya Matahari Terlambat.

Fatwa Syaikh Utsaimin pasal berbuka shiyam negeri yang lambat terbenamnya matahari.
Soal: Kami tinggal di daerah dimana matahari tidak pernah tenggelam kecuali pada jam 9.30 atau 10 malam. Bila kami berbuka shiyam?

Jawab: Kalian berbuka shiyam apabila matahari telah terbenam. Dan selama kalian masih memiliki malam dan siang selama 24 jam maka kalian tetap diwajibkan shiyam meskipun siangnya lebih panjang. 
Dari 'Bekal Di bulan Ramadhan; fatwa Syaikh Utsaimin.

Tidak pernah takut orang yang terpuji akhlaknya

Diceritakan orang yang sangat terpuji akhlaknya tidak pernah takut berhadapan dengan siapa pun. Pada suatu ketika ada seorang menteri lewat dan mengucapkan salam kepadanya, namun ia tidak pula berdiri untuk menjawab salam sang menteri. 

Berkatalah menteri itu kepada salah seorang pembantunya, "Beritahu orang itu bahwa aku telah membicarakan persoalannya dengan khalifah. Khalifah menyuruh agar dia diberi seratus ribu keping uang, suruh lah ia datang keistana mengambilnya." 

Apabila di khabarkan kepada orang yang cerdik tadi, dia pun berkata; "Jika khalifah menginginkan sesuatu, hendaknya ia datang sendiri kesini. Aku tahu, ia melakukan itu hanya agar aku sering datang kepadanya." 

*Peristiwa itu mengajarkan kita agar berhati-hati dan sebagai orang cerdik kita harus dapat 'mencuri' maksudnya dengan sederet alasan supaya tidak terjerat oleh perangkap orang-orang yang membenci sunnah.
Allahul Musta'an 
Dari Shaidul Khathir oleh Imam Ibnu al-Jauzi 

June 19, 2014

Apabila emas sepenuh bumi, tidak berguna lagi..jika ajaran Nabi tidak diikuti.

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun ia menebus dirinya dengan emas (yang sebanyak itu)" [QS. Ali 'Imran: 91]

Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa jika mereka tidak beriman kepada Rasul-Nya dan tidak mengikuti ajaran yang dibawanya serta tidak memenuhi kewajiban yang telah dibebankan kepada mereka, maka pada hari Kiamat kelak kedekatan kaum kerabat dan syafa'at seorang yang terhormat (berkedudukan) tiada akan bermanfaat bagi mereka. Dan tidak akan diterima pula tebusan dari mereka meski berupa tumpuan emas sepenuh bumi ini.

Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa'at." [QS. Al-Baqarah: 254]
"Maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak pula seorang penolong."  [QS. Ath-Thaariq: 10]

Artinya, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan menerima tebusan dan syafa'at dari orang-orang yang kafir kepada-Nya, serta tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan dan menghindarkan mereka dari adzab-Nya. 

Ini adalah peringatan keras terhadap orang-orang yang tidak beriman dan tidak mengikuti ajaran  (sunnah) yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu bagaimana pula mereka yang menyelisihi ajaran beliau, membuat bid'ah bid'ah dan meninggalkan sunnah-Sunnahnya, dan membuat kesyirikan-kesyirikan, lalu memohon syafa'atnya... 
Wallahu 'alam waAllahul Musta'an.
Ref:  tafsir Ibnu Katsir rahimahullah...

June 18, 2014

Sumber Perselisihan

Yahya bin Mu'adz ar-Razi rahimahullah mengatakan, "Perselisihan manusia itu semuanya kembali kepada 3 sumber utama. Masing-masing memiliki lawan. Barangsiapa yang jatuh dari satu urusan niscaya dia akan terperosok kepada lawannya.
Tauhid lawannya syirik.
Sunnah lawannya bid'ah.
Ta'at lawannya adalah maksiat. 
(Ilmu Ushul Bid'ah, hal39)


Larangan Nabi dalam berlebih-lebihan

"Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nashara telah berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku ini hanyalah seorang hamba, maka ucapkanlah oleh kamu, 'Hamba Allah dan Rasul-Nya.'" 
[Shahih Al-Bukhari, No. 3445.]
Meskipun manhaj ini demikian terang dan jelas, namun para pengikut hawa nafsu tidak mau kecuali menyelisihi perintahnya dan melanggar larangannya, mereka menentangnya dengan sebesar-besar penentangan. Mereka mengira jika mensifati Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai 'hamba Allah dan Rasul-Nya,' tidak berdoa pada beliau, tidak meminta pertolongannya, tidak bernazar untuknya, tidak tawaf disekitar kuburnya, atau yang sepertinya, maka hal itu merupakan sikap meremehkan kedudukan beliau dan merendahkan kedudukannya, serta mengurangi kehormatan beliau. Mereka itu tidak tahu pengagungan terhadap Rasul yang mulia shallallahu alaihi wa sallam hanya terjadi dengan mengikutinya dalam petunjuknya, komitmen dalam manhajnya, dan menapaki langkah-langkahnya. Bukan dengan hawa nafsu, kesesatan, bid'ah bid'ah dan kemungkaran-kemungkaran. 
Dari: Fiqih Do'a dan Dzikir oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr

June 17, 2014

Fasa-Fasa Perjalanan.

Setiap manusia yang menjejakkan kakinya dibumi ini adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju Rabbnya. Umurnya merupakan jangka waktu perjalanannya menuju kepada Allah. Siang dan malam merupakan fasa-fasa perjalanannya. Jadi setiap hari dan malam merupakan satu fasa perjalanan. Dia akan melalui fasa demi fasa hingga perjalanannya berakhir.

Orang yang cerdik ialah yang menjadikan setiap fasa sebagai pusat perhatiannya. Dia dapat selamat dalam perjalanannya, kerana setiap langkah yang di lalui tidak luput dari perhatiannya. Selepas  satu fasa dilewati dengan selamat, maka perhatiannya tertumpu ke fasa berikutnya. Dia tidak mengulur-ngulur waktu, sehingga hatinya menjadi keras. Dia terus berjalan dengan penuh harapan, tidak mengurangi penundaan dan penangguhan. Dia selalu memperhitungkan umurnya dalam satu fasa yang sedang dilalui, lalu berusaha melewati dengan sebaik-baiknya. 

Jika dia yakin jarak yang akan ditempuh tidak terlalu lama dan dapat melewati dengan segera mungkin, maka pekerjaannya akan terasa ringan dan bekal yang dipersiapkan juga tidak berat. Tatkala menghadapi fasa berikutnya, digunakan cara yang sama, sehingga semua fasa umurnya dilewati dengan mulus, usahanya dipuji, dan dia tinggal meraih apa yang sudah dipersiapkan. 

Jika fajar akhirat sudah menyingsing dan kegelapan dunia sudah berlalu, maka jalannya terlihat terang dan terpuji. Hari itu merupakan hari yang cerah baginya dan keberuntungan sudah ada ditangan. Semoga hari itu juga hari keberuntungan untuk semua umat Islam. 
Cerbisan dari Thariqul-Istiqamah (Jalan Menuju Istiqamah) oleh Ibnu Qayyim al Jauziyyah 

June 14, 2014

Pembahagian orang-orang kafir, Mukmin, munafik menjadi 2 macam:-

Dalam tafsir Ibnu Katsir rahimahullah, dikatakan Allah telah membagi orang-orang kafir menjadi dua macam yaitu 1) yang menyerukan (kepada kekafiran) dan 2) yang hanya ikut-ikutan (muqallid), sebagaimana yang disebutkan-Nya pada awal surat al-Hajj: 
"Di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat." [QS. Al-Hajj:3]

Allah juga telah membagikan orang-orang Mukmin menjadi dua bagian, di awal surat al-Waqi'ah dan di akhirnya, surat al-Insan ; 1) as-Sabiqun, yaitu mereka yang didekatkan kepada Allah Azza wa Jal dan 2) ; adalah Ashabul Yamin, yaitu orang-orang yang berbuat kebajikan. 

Manakala orang-orang munafik juga terbagi dua:- yaitu 1) "Orang munafik murni (tulen)" dan kedua  2) "Orang-orang munafik yang dalam dirinya masih ada iman dan masih ada juga kemunafikan." Sebagaimana dalam sebuah hadith shahih;-

"Ada tiga hal, yang jika ketiganya ada pada seseorang, maka ia seorang munafik murni (tulen). Dan barangsiapa yang pada dirinya terdapat salah satu dari ketiganya, maka pada dirinya itu terdapat satu sifat kemunafikan sehingga ia meninggalkannya. Yaitu: orang yang apabila berbicara berdusta, apabila berjanji tidak menepati, dan apabila diberi kepercayaan berkhianat." [Muttafaq 'alaih].

Para ulama menjadikan hadith ini sebagai dalil bahwa dalam diri manusia itu mungkin saja terdapat salah satu unsur kemunafikan, baik yang bersifat amali berdasarkan hadith ini maupun i'tiqadi sebagaimana yang telah dijelaskan oleh ayat al-Quran dan menjadi pendapat sekelompok ulama Salaf maupun Khalaf. Kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala supaya dijauhi kita daripada sifat-sifat yang keji serta jadikan kita termasuk orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Ameen ya Rabbal 'alamin.
Ref: Tafsir Ibnu Katsir; 2:19-20

Mengapa banyak ayat-ayat berkenaan kemunafikan turun di Madinah.

Dalam banyak ayat-ayat yang diturunkan di Madinah, Allah Azza wa Jalla menerangkan berbagai sifat orang-orang munafik, kerana di Makkah tidak terdapat kemunafikan. Kaum Muhajirin tidak ada seorang pun yang munafik, kerana tidak ada diantara mereka yang berhijrah secara terpaksa. Mereka rela meninggalkan harta, anak-anak dan kampung halaman mereka demi mengharapkan apa yang disisi Allah dinegeri akhirat.

Allah Azza wa Jalla mengingatkan akan sifat-sifat orang-orang munafik agar orang-orang Mukmin tidak tertipu oleh lahiriyah (penampilan) mereka, kerana sikap lengah tersebut akan menimbulkan kerusakan yang luas. Disebabkan tidak adanya sikap kehati-hatian terhadap mereka dan menganggap mereka beriman, padahal hakikatnya mereka itu adalah kafir.

Dari itu merupakan kesalahan besar jika menganggap orang-orang fajir (durhaka) pendosa itu sebagai orang-orang baik. Mengenai hal tersebut Allah berfirman; "Dan diantara manusia ada yang berkata: 'Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,' padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman." (QS. Al-Baqarah:8). 
Mereka menyatakan seperti itu dengan tidak dibarengi oleh kenyataan sebagaimana firman-Nya: "Jika orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: 'Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.' Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya."  (QS. Al-Munaafiquun:1)
"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqarah: 9) . Demikian halnya dengan orang munafik, disebutkan menipu Allah dan orang-orang yang beriman dengan cara menampakkan keimanan mereka kepada- Nya dan juga kepada orang-orang Mukmin melalui ucapan lisannya dengan tujuan agar dapat selamat dari pembunuhan, perampasan dan penyiksaan didunia. 

Abu Sa'id mengatakan: "Sifat orang munafik itu ada pada banyak hal; akhlaknya tercela, ia membenarkan dengan lisan dan mengingkari dengan hatinya serta berlawanan dengan perbuatannya. Pagi hari begini dan sore harinya berubah dan sore hari begini dan paginya berubah. Berubah-rubah seperti goyangnya kapal kerana terpaan angin."

Al-Hasan al-Bashri mengatakan: "Di antara bentuk kerusakan yang dilakukan dimuka bumi ini adalah mengangkat orang kafir sebagai wali-wali (pemimpin atau pelindung), sebagaimana Allah berfirman; "Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain. Jika kalian (wahai kaum Muslimin) tidak melaksakan apa yang diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan dimuka bumi dan kerusakan yang besar."  (QS. Al- Anfal:73).
Ref:- tafsir Ibnu Katsir, 2:8-9,11-12.

June 13, 2014

Sikap Imam Shafi'i terhadap Ahli Kalam dan kaum Sufi

Imam Shafi'i rahimahullah berkata tentang ciri orang Sufi, "Tidak menjadi Sufi sebelum pada diri seorang terdapat empat perkara: pemalas, banyak makan, pesimis, dan berlebihan diluar keperluan."  [Manaaqibul Baihaqi (II/207 )]

Beliau juga berkata ; "Aku tinggalkan di Iraq sesuatu yang diciptakan oleh kaum Zindiq, yaitu taghbir. Dan itu membuat orang mengesampingkan al-Quran."  Menurut Ibnul Jauzi  taghbir ialah sya'ir-sya'ir yang dilantunkan dengan suara merdu dan mereka merasa senang dan menari-nari. 
[Talbis Iblis (329)]
Imam Shafi'i berkata: 'Sama' mendengarkan nyanyian adalah hiburan yang makhruh dan menyerupai kebathilan. Siapa yang terlalu banyak melantunkannya, ia termasuk orang yang dungu dan tidak diterima kesaksiannya."
Beliau menerangkan dalam kitab Adab al-Qadha' :"Apabila seorang terus-menerus mendengarkan nyanyian, niscaya di tolak kesaksiannya dan menjadi batal pula kelulusan agamanya." 
Ibnul Jauzi berkata: "Saya tegaskan, ini adalah pendapat kalangan ulama Syafi'iyah dan para ahli agama diantara mereka. Hanya kalangan mutaakhkhir yang memberikan kemudahan tentang hal itu, yakni diantara orang yang minim ilmu dan di dominasi oleh hawa nafsunya.
Imam Shafi'i juga benci terhadap bid’ah ilmu kalam dan ahli kalam :
“Tidak ada sesuatu yang lebih aku benci daripada ilmu kalam dan ahli-kalam” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’,10-19-20].
“Hukumanku bagi ahli kalam adalah mereka dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan di atas unta, dan dibawa keliling ke tengah-tengah orang banyak, lalu diserukan atas mereka : ‘Inilah balasan bagi orang-orang yang meninggalkan Al-Kitaab dan As-Sunnah, dan malah memilih ilmu kalam” [idem,10/29]. Ilmu kalam ini banyak dianut oleh kalangan Asyaa’irah hari ini.
Disebut ilmu kalam karena ilmu ini hanyalah dibangun di atas ucapan, pendapat, dan logika semata, tidak berlandasan dalil al-Qur‘an dan Sunnah yang shahih. Ilmu kalam sangat banyak dipengaruhi oleh ilmu manthiq dan filsafat Yunani yang muncul berabad-abad sebelum datangnya Islam.
Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata: “Telah mutawatir bahwa beliau mencela ilmu kalam dan ahli kalam. Beliau adalah seorang yang semangat dalam mengikuti atsar (sunnah) baik dalam masalah aqidah atau hukum fiqih.”   [Mukhtashor al-Uluw hlm. 177]
Ucapan Imam Syafi’i begitu banyak, di antaranya:
“Mempelajari ilmu kalam adalah kejahilan (kebodohan).” [Hilyatul Auliya‘ 9/111]
“Inilah ucapan Imam Syafi’i tentang celaan ilmu kalam, Sufi, dan anjuran untuk mengikuti Sunnah. Dialah imam yang tidak diperdebatkan dan tidak terkalahkan.”  berkata Imam as-Sam'ani.  Wabillahi taufik
Ref: Manhaj Aqidah Imam Asy-Syafi'i oleh Dr. Muhammad bin A.W. Al-'Aqil. 
    

June 11, 2014

Tips bila menghadapi rasa takut.

(Allah Ta'ala berfirman kepada Musa yang artinya-pent) "....dan dekapkanlah kedua tanganmu bila ketakutan..” (QS Al Qashash :32) Yaitu letakkanlah kedua tanganmu atas dadamu jika dilanda rasa takut, niscaya ketakutanmu akan hilang. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang melakukannya dalam rangka meneladani (apa yang diperintahkan Allah kepada Musa alaihissalam -pent), niscaya akan hilang darinya rasa takut, dengan izin Allah”

@naseralomar - Prof. Dr. Nashir al Umar, Ketua Majelis Ulama Internasional untuk Tadabbur al Quran, pengasuh situs almoslim.net - Twit Ulama

"Jika engkau diam dan saya diam..."

Muhammad bin Bundar Al-Jurjany berkata kepada Imam Ahmad rahimahullah;
"Sesungguhnya berat bagiku untuk berkata si fulan begini dan si fulan begitu!"
Imam Ahmad menjawab;
"Jika engkau diam dan saya diam, maka bila orang yang jahil mengetahui yang shahih dari yang saqiim (lemah/salah)? "
[Majmu' Al-Fatwa 28/231, Syarh 'IIal at-Tirmidzi 1/350 -: Al-Ajwibah al-Mufidah hlm31, Dar al-Minhaj ft nt31]. 

Imam Ahmad ditanya; "Seseorang yang melaksanakan puasa, shalat, l'tikaf, apakah lebih engkau sukai ataukah seseorang yang berbicara (membantah) ahli bid'ah?" 
Beliau menjawab :"Jika dia melaksanakan puasa, sholat, dan i'tikaf, maka itu untuk dirinya sendiri, sedangkan jika dia berbicara (membantah) ahli bid'ah maka itu untuk kaum muslimin, dan ini lebih utama." (Untuk menyelamatkan kaum Muslimin dari kerusakan:-pent)
[Majmu'  Al-Fatwa 28/231, Syarh 'IIal at-Tirmidzi 1/350 -: Al-Ajwibah al-Mufidah hlm31, Dar al-Minhaj ft note 22]

Teladan dari taubat Khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah

Umar bin Habib menceritakan:
“Saya menghadiri majelis Khalifah Harun Ar-Rasyid. Ketika itu ada masalah yang dibicarakan hingga hadirin saling berselisih sampai suara mereka meninggi. Maka sebagian mereka ada yang berdalil dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wassallam. Lalu sebagian mereka yang lain ada yang menolak hadits tersebut.
Akhirnya perselisihan dan perdebatan pun semakin panas sampai diantara mereka ada yang mengatakan:
“Tidak mungkin hadits ini berasal dari Rasulullah shallallahu alaihi was sallam, karena Abu Hurairah tertuduh riwayatnya.” Bahkan sebagian mereka ada yang terang-terang mendustakan Abu Hurairah, dan saya melihat Ar-Rasyid sependapat dengan mereka dan membela ucapan mereka.
Maka saya mengatakan: “Hadits ini shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi was sallam, dan Abu Hurairah adalah orang yang shahih riwayatnya dan jujur pada apa yang dia riwayatkan dari Nabi utusan Allah dan juga dari selain beliau.”
Maka Ar-Rasyid melihat saya dengan pandangan penuh kemarahan. Lalu saya pun meninggalkan majelis itu dan kembali ke rumah. Tidak berapa lama datanglah seorang utusan yang mengetuk pintu. Setelah masuk, dia mengatakan kepada saya:
“Penuhilah panggilan Amirul Mu’minin seperti orang yang akan dibunuh, bersiaplah menghadapi kematian, dan siapkan kain kafan!”
Maka saya pun berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku membela shahabat Nabi-Mu, dan aku memuliakan Nabi-Mu shallallahu alaihi was sallam jangan sampai beliau dicela melalui celaan terhadap para shahabat beliau, maka selamatkanlah diriku dari Harun Ar-Rasyid.”
Lalu saya pun dibawa masuk ke hadapan Ar-Rasyid yang sedang duduk di atas sebuah kursi dari emas. Beliau membuka kedua lengan bajunya sambil memegang pedang, dan di hadapan beliau terdapat hamparan yang terbuat dari kulit. Ketika melihat saya, beliau berkata kepada saya:
“Wahai Umar bin Habib, tidak ada seorang pun yang berani membantahku dan menolak ucapanku seperti yang engkau lakukan!”
Maka saya menjawab: “Wahai Amirul Mu’minin, sesungguhnya apa yang Anda katakan dan Anda bela, itu merupakan penghinaan terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi was sallam. Karena jika para shahabat beliau adalah para pendusta, maka syari’at ini bathil semuanya, demikian pula kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum dalam masalah puasa, shalat, perceraian, nikah, dan hukum hadd, semuanya akan tertolak dan tidak bisa diterima.”
Mendengar ucapan saya, beliau pun terdiam merenung. Kemudian beliau berkata: “Engkau telah menghidupkan (menyadarkan –pent) diriku wahai Umar bin Habib, semoga Allah memberimu umur panjang, Engkau telah menghidupkan diriku wahai Umar bin Habib, semoga Allah memberimu umur panjang.” Lalu beliau memerintahkan agar memberi saya uang sebanyak 10.000 dirham.”
Sumber artikel:
Taarikh Baghdad, 11/198.
Dikutip dalam kitab Naqhul Kalaamil Muqni’ Fii Shifati Taubatil Mubtadi’, karya Abu Sufyan Az-Zaila’iy Az-Zubairy, dengan pengantar Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah dan Asy-Syaikh Utsman As-Salimy hafizhahullah, hal. 49-50.; Alih bahasa: Abu Almass

  http://forumsalafy.net/?p=3673
Sumber: salafy.or.id

June 9, 2014

Penemuan saintis barat tentang puasa minimal 3hari

Seorang Profesor Biologikal Sains di University California, telah membuat penemuan bahwa berpuasa minimal 3 hari bisa menjana semula imun sistem, terutama mereka yang mengidapi penyakit kanker dan sedang menjalani kemoterapi. 

Walaupun pakar pemakan mengkritik bahwa berpuasa dapat menjejas kesehatan seseorang tetapi penemuan baru ini menunjukkan sebaliknya. Perut yang tidak menerima makanan (kerana berpuasa), akan memotivasikan badan menjana semula 'darah putih' atau "anti bodies". Ini sangat baik terutama untuk mereka yang lanjut usia yangmana kekuatan menahan atau melawan serangan penyakit lemah. [Sila baca lebih lanjut link dibawah.]

Bayangkan umat Islam berpuasa Ramadhan sebulan, belum lagi jika diamalkan puasa-puasa sunnahnya. Inilah kebesaran dan kesempurnaan agama Islam. Sesungguhnya puasa adalah sebuah amalan yang sangat utama. Ganjaran pahalanya juga tidak terbatas sebagaimana disebut dalam sebuah hadith; 
Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan di lipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi” (HR. Muslim no. 1151).
Penemuan ini tidak membuat kita kagum pada saintis-saintis barat. Menunjukkan hukum syariat Islam itu penuh hikmah, dengan kebaikkan hanya saja jika manusia hendak merenungkan nya.  Ini hanya satu daripada kebesaran-Nya yang tidak terhitung, walaupun maseh ramai orang yang mempertikaikan hukum hukum Allah Azza wa Jal.

http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/10878625/Fasting-for-three-days-can-regenerate-entire-immune-system-study-finds.html

June 7, 2014

Kemaksiatan Membuat Lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwa lah kalian kepada Allah dan setiap jiwa harus melihat apa yang telah ia lakukan untuk hari esok dan bertakwah lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang yang lupa akan Allah. Maka Allah akan membuat lupa akan diri mereka sendiri. Itulah orang-orang yang fasik."  [QS. Al-Hasyr: 18-19]
Ibnu Qayyim mengatakan Allah menyuruh mereka untuk bertakwa dan melarang mereka meniru orang-orang yang lupa kepada-Nya. Allah akan membuat orang yang meniru mereka menjadi lupa, melupakan diri sendiri, melupakan kemaslahatan yang dapat menyelamatkannya dari siksaan dan membawanya ke tempat yang abadi di akhirat dan melupakan hal lain yang mendatangkan kesempurnaan, kesenangan, dan kelapangan nikmat baginya.

Mereka di lupakan dari berbagai hal itu kerana mereka melupakan Allah; lupa mengagungkan-Nya, dan tidak takut kepada-Nya, dan tidak berpegang teguh pada perintah-Nya. Kerana itu dapat kita lihat orang yang melakukan maksiat biasa lalai berbuat sesuatu demi kebaikan dirinya sendiri. Kesempatan untuk itu ia hilangkan. Ia mengikuti hawa nafsunya. Keadaan serba kurang dan merosot. Kemaslahatan dunia dan akhiratnya juga tertinggal. Ia kehilangan kebahagian abadi, kerana ia tukar dengan kenikmatan yang lebih rendah. Ini semua tak lain ibarat awan musim kemarau dan fatamorgana. 

Dampak yang paling besar adalah seseorang akan lupa dirinya sendiri. Ia tidak memerhatikan dirinya, menghilangkan keberuntungannya sendiri dari Allah. Ia tertipu dan menjualkannya dengan harga rendah. Ia menghilangkan perkara yang sangat penting dan tidak berganti. Ia menukarnya dengan sesuatu yang tidak diperlukan. 

Kemaksiatan membuat seseorang melupakan Allah dan Dia pun akan melupakan dan membiarkan dirinya bersama syaitan. Saat itulah ia binasa dan tidak mungkin mengharapkan keselamatan.

Sebaliknya, bagi manusia yang mampu bertahan dari maksiat, Allah akan mengganti usahanya itu dengan balasan tiada tara. Allah memberi manfaat kepadanya, sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh selain-Nya. Allah menolong dan melindunginya. Maka, bagaimana seseorang merasa tidak perlu menaati-Nya walau hanya sekejap? Bagaimana manusia bisa mengabaikan perintah-Nya sehingga merugikan dan menzalimi dirinya sendiri? Allah tidak akan menzalimi seorang hamba, tetapi hamba tersebut lah yang menzalimi dirinya sendiri. 

Maka kami memohon kepada Allah Yang Mahaagung, Tuhan Pemilik Arsy Yang Mulia, semoga Dia menjadikan kita sebagai orang-orang yang tidak lalai dan lupa, yang mengutamakan cinta kepada-Nya daripada mengikuti hawa nafsu diri sendiri. 
Dari; 'Terapi Penyakit Hati' Ibnu Qayyim al-Jauzi.

Mutiara Ibnu Qayyim

Qatadah berkata, "Allah menciptakan malaikat dengan kelengkapan akal tanpa syahwat, menciptakan hewan dengan kelengkapan syahwat tanpa akal, dan menciptakan manusia berakal dan bersyahwat. Kerana itu siapa yang akalnya mengalahkan syahwatnya maka dia bersama malaikat dan siapa yang syahwat mengalahkan akalnya maka dia bagai hewan."
Dari ; Sabar dan Syukur oleh Ibnu Qayyim

June 3, 2014

Waspada Bisikan Hati!

Bisikan yang melintas di dalam hati harus dijaga, diwaspadai, tidak boleh diremehkan dan tidak boleh dibiarkan berkembang ke mana-mana. Sebab akar kerusakan bermuara dari bisikan hati, kerana memang itu merupakan benihnya syaitan dan nafsu yang ditebarkan di bumi hati. Apabila benihnya bagus, maka syaitan rajin mengairinya dari waktu ke waktu, sehingga benih itu tumbuh menjadi bermacam-macam keinginan. Syaitan terus mengguyurnya sehingga keinginan itu tumbuh menjadi bermacam-macam ambisi, sampai akhirnya seseorang sadar bahwa dirinya sudah menjadi orang lemah atau mendekati orang yang lemah, yang tidak mampu mengenyahkannya, setelah semuanya berubah menjadi keinginan yang bulat dan pasti. Dan, jika dia benar-benar tidak mampu mengenyahkannya, maka dia akan menjadi orang yang berbuat kelewat batas, meskipun awalnya hanya merupakan bisikan hati yang lemah.

Keadaan ini seperti orang yang meremehkan api yang menyentuh kayu yang kering. Tata kala api benar-benar membakarnya, dia tidak mampu memadamkannya.
Ringkasan dari: Thariqul-Istiqamah (judul asli) oleh Ibnu Qayyim.

Antara Manusia yang Mulia dan yang Hina

Manusia itu ada dua golongan:
1.  Manusia yang mulia, yaitu orang yang mengetahui Rabb-nya, lalu menitinya dan berusaha agar bisa sampai ke titik tujuan. Dialah orang yang mulia disisi-Nya. 
2. Manusia yang hina yaitu orang yang tidak mengetahui jalan menuju Rabb-nya dan tidak berusaha untuk mengetahuinya. Inilah orang yang hina sebagaimana yang difirmankan Allah: 
"Dan, barangsiapa yang di hinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya."  [QS.Hajj:18]

Pada hakikatnya jalan kepada Allah itu hanya satu, tidak bermacam-macam dan tidak pula bercabang-cabang yaitu shirathul-mustaqim. Barangsiapa mengikutinya, dia dijamin pasti akan sampai ke titik tujuan. Firman Allah:
"Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)."  [QS. Al-An'am:153].
Allah membuat jalan-Nya satu jalan yang pada dasarnya jalan itu memang satu, tidak bermacam-macam. Allah menjadikan berbagai jalan, kerana jalan-jalan itu beraneka macam dan berbeda-beda.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah membuat sebuah garis, lalu berkata, "Inilah (perumpamaan) jalan Allah." Kemudian beliau membuat garis-garis lain dikiri kanannya, kemudian berkata, "Ini adalah beberapa jalan, yang diatas masing-masing jalan terdapat syaitan yang menyeru kepadanya." 
[HR. Ahmad dan Al-Hakim. Shahih]
Ringkasan dari: Thariqul-Istiqamah (judul asli) oleh Ibnu Qayyim.

June 2, 2014

Hati adalah 'wadah'

Ketahuilah! Bahwa engkau tidak akan memperbuat bid'ah didalam agama Allah Subhanahu wa Ta'ala melainkan akan dilepaskan lah sunnah oleh Allah dari hati engkau, sesuatu yang bertentangan dengan bid'ah. Kerana hati adalah 'wadah', jika dipenuhi dengan kebaikan, maka tidak akan tersisa didalamnya suatu tempat keburukan. Dan jika dipenuhi dengan keburukan, maka tidak akan tersisa padanya suatu tempat untuk kebaikan. Jika dipenuhi dengan sunnah, maka tidak akan tersisa tempat untuk bid'ah. Dan jika dipenuhi dengan bid'ah, maka tidak akan tersisa tempat untuk sunnah..

Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyyah, "Engkau akan dapati pada mereka yang bersemangat dengan bid'ah pada mereka kekurangan dan kelemahan untuk mengikuti sunnah. Hampir-hampir mereka itu tidak melaksanakannya dengan cara yang diminta." 
Dari: Al-Bida' wa Al-Muhdatsat wa maa Laa Ashla Lahu; penyusun: Hammad bin Abdullah al-Mathr.

Dunia hanya Tempat Singgah

Manusia diciptakan sejak pertama kali tidak ubahnya adalah ibarat musafir yang berada dalam perjalanan, dan tidak ada tujuan dari perjalanan mereka itu, kecuali Surga atau Neraka. Orang yang cerdik tahu, bahwa setiap perjalanan itu berat dan berbahaya. Tidak mungkin dia dapat merasakan kenyamanan, kelezatan dan istiharat dalam perjalanan, kecuali setelah sampai di tujuan. Setiap langkah kaki atau detik dalam perjalanan, mereka tidak pernah berhenti. Orang yang diberi tugas tidak akan berhenti dulu dalam perjalanan, karenanya dia harus mempunyai bekal yang cukup agar bisa sampai pada tujuan perjalanan. Jika dia singgah, tidur atau istiharat, hal itu dia lakukan hanya sebagai persiapan perjalanan yang berikutnya.
Disari dari Al-Fawa'id oleh Ibnu Qayyim

Empat kelompok manusia di dunia.

Sesungguhnya pada perkara dunia itu ada empat kelompok manusia :  
1) Seorang hamba yang Allah berikan rezeki kepadanya berupa harta dan ilmu maka kemudian ia menggunakannya untuk ketaqwaan kepada Allah, dan menyambung silaturohim dengannya, dan ia mengetahui hak Allah atas harta tersebut maka hamba ini adalah pada seutama-utama kedudukan. 2) Seorang hamba yang Allah berikan kepadanya ilmu dan tidak diberikan kepadanya harta benda dan ia benar niatnya, ia mengatakan : kalaulah aku memiliki harta maka aku akan mengamalkan sebagaimana amalan si fulan, maka dengan niatnya tersebut pahala keduanya adalah sama. 3) Seorang hamba yang Allah Ta’aala berikan baginya harta benda dan tidak diberikan ilmu baginya, dan ia menyia-nyiakan harta bendanya tanpa ilmu, dan tidak dipergunakan untuk menjalankan ketaatan kepada Allah Ta’aala, dan tidak untuk menyambung rohimnya dan ia tidak mengetahui hak Allah atas harta benda tersebut, maka ini adalah sejelek-jelek kedudukan. 4) Seorang hamba  yang tidak Allah berikan kepada mereka harta dan ilmu dan ia mengatakan ; kalaulah aku memiliki harta benda tersebut maka aku akan melakukan sebagaimana amalan yang dikerjakan oleh si fulan.
[HR. Ahmad dan Tirmidzi dan Ibnu Majah.]
Mayoritas dari kalangan manusia di saat ini, dunia telah melalaikan mereka dari kehidupan akherat. Dari kalangan mereka ada yang sibuk mengumpulkan harta benda dan mengembangkannya dan menyia-nyiakan dari apa yang Allah wajibkan dari shalat lima waktu dan peribadatan-peribadatan yang lain. Di antara mereka ada orang-orang yang sibuk dengan bersenang-senang dengan perkara dunia tersebut dan memberikan kepada jiwanya seluruh apa yang ia inginkan dari kelezatan-kelezatan dunia, dan berbangga-bangga padanya, dan melupakan akherat, dan kemudian ia menjadi tidak suka untuk mengingat akherat dan berat untuk berbicara tentang akherat, maka mereka ini menganggap bahwa seorang yang zuhud terhadap perkara dunia dan takut terhadap akherat adalah termasuk dari melalaikan keberadaan dunia di hati-hati mereka dan melalaikan mereka dari akherat. Maka bertaqwalah kepada Allah Ta’aala dan bersiap-siaplah untuk menghadap bertemu dengan Allah Ta’aala.
Disarikan dari Kiab Khuthabul Mimbariyah asy-Syaikh Shalih Fauzan –hafizhahullah-. Sumber:  salafy.or.id