SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

May 6, 2013

Bermulanya orang orang munafik di zaman Nabi

Bermulanya orang orang munafik di zaman Nabi shallallahu alaihi wassalam setelah terjadi perang Badar.

Ibnu Juraij berkata bahwa orang munafik itu senantiasa tidak sejalan antara ucapan dan perbuatannya, antara yang tersembunyi dan yang nyata serta antara zhahir dan batinnya.

Sesungguhnya, berbagai sifat orang-orang munafik terdapat dalam surat-surat yang diturunkan di Madinah, kerana di Makkah tidak terdapat kemunafikan. Justru sebaliknya, diantara penduduk disana ada orang yang menampakkan kekafiran kerana terpaksa, padahal secara batin ia tetap beriman.

Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wassalam berhijrah ke Madinah, terdapat kaum Anshar yang terdiri dari kabilah Aus dan Khazraj yang ada pada masa jahiliyah mereka beribadah kepada berhala seperti yang dilakukan oleh kaum musyrik Arab. Terdapat juga tiga kabilah orang-orang Yahudi dari kalangan Ahlul Kitab, iaitu; Bani Qainuqa' merupakan sekutu kabilah Khazraj; Bani Nadhir dan Bani Quraidzah, sekutu kabilah Aus.

Ketika itu sedikit sekali dari orang-orang Yahudi yang masuk Islam, kecuali Abdullah bin Salam. Pada saat itu BELUM ada kemunafikan, kerana orang-orang mukmin belum mempunyai kekuatan yang ditakuti pihak lain, bahkan Nabi shallallahu alaihi wassalam berdamai dengan orang-orang Yahudi dan beberapa kabilah setempat yang ada disekitar Madinah.

Setelah terjadi peristiwa perang Badar dan Allah memperlihatkan kemuliaan Islam, barulah ada orang-orang yang masuk Islam, padahal hati mereka masih kafir. Di antaranya Abdullah bin Ubay bin Salul, berasal dai Madinah dan salah satu pemimpin kabilah  Aus dan Khazraj pada masa jahiliyah. Dahulu mereka berkeinginan keras agar dia menjadi raja mereka.

Kemudian bila kebaikan Islam datang kepada mereka, lalu mereka masuk Islam sehingga keinginan mereka mengangkatnya sebagai pemimpin terlupakan. Abdullah bin Ubay bin Salul pun menyimpan dendam terhadap Islam dan para pemeluknya. Dan setelah perang Badar selesai Abdullah bin Ubay menganggap itu tanda baik yang mengarahkan kepada kekuasaan.  Dia pun masuk Islam dan beberapa orang dari kalangan Ahlul Kitab pun mengikuti jejaknya. Semenjak kejadian itu, muncullah kemunafikan di tengah-tengah penduduk Madinah dan orang orang yang berada disekitarnya.

Sedangkan kaum Muhajirin tidak ada seorang pun yang munafik, kerana tidak ada diantara mereka yang berhijrah secara terpaksa. Mereka melakukan atas kemauan sendiri, dan rela meninggalkan harta, anak-anak dan kampung halaman demi mengharapkan apa yang disisi Allah di negeri akhirat.

"Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian,' padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman......"  QS. Al-Baqarah:8

Oleh kerana itu Allah azzawajalla mengingatkan akan sifat-sifat orang-orang munafik agar orang orang Mukmin tidak tertipu oleh lahiriah (penampilan) mereka, kerana sikap lengah tersebut akan menimbulkan kerusakan yang luas. Disebabkan tidak adanya sikap kehati-hatian terhadap mereka dan menganggap mereka beriman, padahal hakikatnya mereka itu adalah kafir.

Demikianlah halnya merupakan kesalahan besar jika menganggap orang-orang fajir (durhaka) pendosa itu sebagai orang- orang baik.

"Dan sesungguhnya Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar benar berdusta." Padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman.

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka itu."  QS. An-Nisaa' : 142.

Qatadah Abu Sai'd mengatakan: "Sifat orang munafik itu ada banyak hal: akhlaknya tercela, ia membenarkan dengan lisan dan mengingkari dengan hatinya  serta berlawanan dengan perbuatannya. Pagi hari begini dan petang hati berubah. Petang hari begini dan esok pagi ya berubah pula. Berubah-rubah seperti goyangnya kapal kerana terpaan angin. Setiap kali angin bertiup, maka ia pun ikut bergoyang.

Oleh di keranakan orang-orang munafik itu secara lahiriah menunjukkan beriman, hal ini sangat membingungkan orang-orang Mukmin. Seolah-olah kerusakan itu adanya dari arah orang munafik itu berada, kerana ialah yang menipu orang-orang Mukmin melalui ucapannya yang sama sekali tidak benar serta menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin bagi orang-orang Mukmin. Kejahatan mereka lebih dari orang yang memang kafir sebab orang Mukmin tertipu dengan penampilan mereka. Mereka bak talam dua muka, "Dan bila dikatakan kepada mereka:'Janganlah kamu membuat kerosakkan dimuka bumi.' Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kami orang orang yang mengadakan perbaikan.'  QS. 2:11. Artinya, kami ingin mendekati kedua belah pihak kaum beriman maupun kaum kafir dan kami berdamai dengan keduanya.

Dan apabila dikatakan kepada orang-orang munafik 'Berimanlah kalian sebagaimana orang-orang beriman,' QS. 2:13. Mereka pun mengatakan, "Apakah kami harus beriman sebagaimana orang-orang yang bodoh telah beriman." Yang mereka maksudkan disini ialah para Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.

Orang-orang munafik itu mengatakan: "Apakah kami dan mereka harus berada dalam satu kedudukan, sementara mereka adalah orang-orang bodoh?" Dan kurang (lemah) pemikirannya serta sedikit pengetahuan tentang hal-hal yang bermaslahat dan bermudharat.

Perhatikan disini, fenomena ini berlaku dizaman kita bilamana ada orang bijak pandai menepis tafsiran para sahabat dengan berdaleh, zaman telah berubah, cara beragama juga kena disesuaikan dengan peredaran masa.

Sebab itu hukuman orang-orang munafik lebih berat. Allah berfirman;

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di tingkatan yang paling bawah dari Neraka. Dan kalian sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka."  QS. AnNisaa' :145.

Rujukan: Tafsir Ibnu Katsir juz 1.

No comments:

Post a Comment