SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

May 31, 2015

Wanita Pertama yang membuat ikat pinggang.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radiyallahanhu, ia menuturkan:
Wanita pertama yang membuat ikat pinggang adalah ibu Isma'il, hal itu ia lakukan agar dapat menutupi jejak kakinya dari (madunya) Sarah. Kemudian Nabi Ibrahim alaihissalam membawa istri dan puteranya, Ismail, yang maseh disusuinya, hingga akhirnya dia menempatkan keduanya dekat Baitullah di sisi sebuah pohon besar diatas sumur Zamzam, dibagian atas Masjidil Haram.
[Sila lihat selanjutnya Tafsir Ibnu Katsir 1/ 262]

May 30, 2015

Hadith Palsu berkenaan malam Nishfu Sya'ban.

"Jika malam Nishfu Sya'ban tiba, maka beribadahlah pada malam harinya dan berpuasa lah pada waktu siang harinya. Sesungguhnya Allah akan turun pada malam itu ke langit dunia, sejak tenggelamnya matahari, lalu Dia berfirman: 'Ketahuilah, siapa saja yang meminta ampunan niscaya Aku akan mengampuninya. Ketahuilah, siapa yang meminta rizki niscaya Aku akan memberikan rizki kepadanya. Ketahuilah, siapa saja ditimpa penyakit niscaya Aku Akan menyembuhkannya. Ketahuilah ini, Ketahuilah itu,....' sampai terbit matahari."

(HR. Ibnu Majah dalam Sunannya {I/444, Kitab 'Iqaamatish Shalaah,' no. 1388.}. Al-Bushiri berkata dalam Zawaa-id Ibni Majah {II/10}: 'Pada sanad ini terdapat Ibnu Abi Sabrah. Nama aslinya Abu Bakar bin Abdullah bin Muhammad bin Abi Sabrah. Ahmad bin Hambal dan Ibnu Ma'in berkata: 'Ia membuat hadith palsu.' Ibnu Hajar didalam at-Taqriib {II/397} berkata : 'Mereka menuduhnya membuat hadith palsu.' Al-'Uqaili menyebutkan pernyataan serupa dalam adh-Dhu'afaa-ul Kabiir {II/271}, yaitu dari Ibnu Hajar.")

Adapun mengenai kemuliaan Bulan Sya'ban dan shalat didalamnya, terdapat sejumlah hadith yang menjelaskan hal ini, namun para hafizh (pakar hadith) menetapkan bahwa hadith-hadith itu berstatus maudhu', antara lain sebagai berikut;

"Siapa saja yang shalat dua belas rakaat pada malam Nishfu Sya'ban, yang dia membaca Qul huwallaahu ahad (Al-Ikhlaash) 30 kali setiap rakaat, maka tidaklah orang itu keluar (yakni Selesai Shalat) melainkan seolah-olah telah melihat tempatnya di Shurga.." Wallahu 'alam.
(Hadith ini dicantumkan oleh Ibnu, Jauzi dalam al-Maudhu'aat (II/129) beliau berkata hadith ini juga Maudhu. Di dalam sanadnya terdapat orang-orang yang tidak diketahui identitasnya. Asy-Syuyuthi menetapkan bahwa hadith ini maudhu.) allahul mustaan ...

Dipetik dari : 'Menyoal Rutinas Perayaan Bid'ah sepanjang tahun.' Oleh Abdullah bin Abdul Aziz at-Tuwaijiri.'

May 28, 2015

Siapa kata wahyu tidak lagi turun?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan ; "Wahyu atau ilham itu ada dua, yakni dari Ar-Rahman dan wahyu dari syaitan." Allah Ta'ala berfirman;
"Sesungguhnya syaitan itu mewahyukan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu." [QS. Al-An'am:121]

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, iaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka mewahyukan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan indah untuk menipu (manusia.). "   [QS. Al-An'am: 112]
"Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? " [QS. Asy-Syu'aro; 221] 
Dari itu jika ada orang-orang yang mengaku dia terima wahyu, itu benar kerana wahyu ada dua..."Wahyu atau ilham itu ada dua, yakni dari Ar-Rahman dan wahyu dari syaitan." 
Wallahul 'alam waAllahul mustaan..
Dinukil dari; "Membedah Firqoh Sesat" oleh Ibnu Taimiyyah.

May 27, 2015

Nabi dinasehatkan tidak usah cari kerela'an kaum kafir..bagaimana kita?

"Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, kerana dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran."  [QS. Al-Baqarah :109].

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka."    [QS. Al-Baqarah :120].

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepada umat Islam selamanya, kerana itu Allah Azza wa Jalla mengingatkan Nabi-Nya 'tak usah lagi kau cari hal yang dapat menjadikan mereka rela dan sejalan dengan mereka. Akan tetapi arahkan perhatian mu untuk mencapai ridha Allah dengan mengajak mereka kepada kebenaran yang kamu diutus dengannya.' 
[Sila lihat Tafsir Ibnu Katsir ; 2:109/120]

May 25, 2015

"..Maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir."

"..Maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir."  [QS. Al-Baqarah: 98]
Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menampakkan nama-Nya (ALLAH) dengan maksud  untuk menegaskan makna diatas, sekaligus untuk menjelaskan dan memberitahukan kepada mereka bahwa siapa saja yang memusuhi wali Allah, maka sesungguhnya Allah adalah musuhnya, dan barangsiapa menjadi musuh-Nya, maka ia akan merugi didunia dan diakhirat. {Sila lihat Tafsir Ibnu Katsir 2:98}.

Namun hari ini ramai manusia yang lebih memusuhi pewaris Nabi shallallahu alaihi wa sallam daripada musuh Allah. Mereka lebih takut dengan mitos (myth) Wahabi daripada kumpulan Syiah, isis, pencetus terorisme terhadap masyarakat Rohingya...dan banyak lagi sumber keganasan...

Mereka lebih berbasa-basi dengan kaum kafirin sementara mereka memusuhi penegak Sunnah... Mungkin mereka lupa firman-Nya....

"..Maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir."
Allahul Musta'an ...

May 24, 2015

Di antara tanda kefaqihan seseorang ...

Barangsiapa merenungi keadaan kaum Salaf serta merenungi perjalanan hidup mereka, niscaya ia akan mengetahui dan menyaksikan bagaimana mereka sangat hati-hati agar tidak bergaul  dengan teman-teman yang buruk dari kalangan orang-orang fasik, ahli bid'ah dan lainnya.

Abud Darda' radiyallahanhu berkata, "Di antara tanda kefaqihan (pemahaman terhadap agama) seseorang adalah mengetahui di mana tempat berjalannya, kemana tempat masuknya, dan kemana tempat keluarnya."

Tabi'at manusia sama ada dia mempengaruhi atau dia di pengaruhi. Semoga kita termasuk yang menjadi pintu-pintu kebaikan.
Dari: 'Ringkasan al-I'tisham' Imam Asy-Syatibi..

May 23, 2015

Teman antara penentu jalan Anda

Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr mengatakan:
'Larangan agar tidak bergaul dan berkumpul dengan teman yang jelek (akhlaknya) kerana tabi'at manusia cenderung untuk mengikuti dan menyerupai orang yang bersahabat dengannya. Berteman dengan para pencari ilmu, akan menggerakkan jiwa untuk mencari ilmu. Berteman dengan orang yang zuhud akan menimbulkan sikap zuhud terhadap dunia. Berteman dengan orang yang selalu melakukan bid'ah dan orang-orang yang selalu mengumbar hawa nafsu-nya, akan menjatuhkannya kedalam jurang bid'ah, dan berteman dengan orang yang tamak terhadap dunia akan menggerakkan hatinya untuk tamak terhadap dunia..Demikianlah seterusnya.

Petikan dari: 'Pasang Surut Keimanan' oleh Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr

Mengapa orang yang memulai kejelekan mendapat bagian dosa pengikutnya..

Abu Sulaiman al-Khaththabi berkata, "Ungkapan, 'Seseorang sesuai dengan agama sahabatnya,' maknanya adalah janganlah engkau bersahabat dengan seseorang kecuali orang yang engkau redha'i agama dan keamanahannya. Jika engkau bersahabat dengannya, maka ia akan membawamu kepada agama dan kepercayaannya. Janganlah engkau memperdaya kan agamamu dan mempertaruhkan dirimu dengan bergaul bersama orang yang tidak diredhai agama dan kepercayaannya."

"Manusia bagaikan beberapa kelompok burung Qutha didalam tabi'at nya. Salah satu dari mereka menyerupai sebagian yang lainnya, dan sebagian dari mereka meniru perbuatan yang lainnya. Kerana itulah orang yang memulai didalam melakukan kebaikan dan kejelekan,(kebid'ahan) mendapatkan bagian pahala atau dosa dari orang yang mengikutinya." (Al-Istiqaamah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah {II/255}).
Re: 'Pasang Surut Keimanan' oleh Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr

Iman, ibarat tanaman...

Iman, ibarat tanaman, perlu dijaga dan dirawat, juga disiram dan di pupuk agar tumbuh subuh dan berkembang. Iman harus disirami dengan keta'atan dan di pupuk dengan amal shaleh, juga membersihkannya dari berbagai hama kemaksiatan dan dosa yang dapat merusakkan bahkan membuatnya mati.
Iman bertambah kerana keta'atan dan berkurang kerana kemaksiatan.
Dari: 'Pasang Surut Keimanan' oleh Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr

May 22, 2015

Orang yang pertama kali kafir pada Nabi-Nya.

Orang Yahudi Madinah merupakan Bani Israil yang pertama kali menjadi sasaran Allah di dalam al-Qur'an. Maka kekafiran mereka kepada Nabi-Nya menunjukkan bahwa mereka adalah yang pertama kali kafir kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam dari bangsa mereka. Allah berfirman:

"Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (al-Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan jangan kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan jangan kamu menukarkan ayat-ayatKu dengan harga yang murah, dan hanya kepada Aku-lah kamu harus bertakwa."  [QS. Al-Baqarah: 41]

Hasan al-Bashri mengatakan 'harga yang murah adalah dunia dan segala isinya.'
Dipetik dari Tafsir Ibnu Katsir 2:41.

May 19, 2015

Keimanan sesuai dengan kadar keilmuan.

Ibnu Qayyim rahimahumullah berkata; "Sesungguhnya rusaknya tujuan berasal dari rusaknya ilmu. Seandainya ia mengetahui dengan benar bahaya dari sesuatu berikut segala macam konsekuensinya niscaya ia tidak akan melakukannya. Barangsiapa mengetahui ada racun dalam makanan yang enak, ia tidak akan berani memakannya. 

Kelemahan ilmu tentang berbagai bahaya merupakan sebagian dari hal-hal yang membahayakan. Jika ilmu lemah, lemah pula tekad untuk meninggalkan segala hal yang dapat menjerumus kannya kedalam kemaksiatan, (kebid'ahan). Oleh kerana itu, keimanan sesuai dengan kadar keilmuan.
Sesungguhnya seorang mukmin yang benar menyakini adanya api Neraka sehingga seakan-akan melihatnya, ia tidak akan menempuh jalan yang menghantarkan kepadanya, apalagi berusaha keras untuk mendapatkannya. Seorang Mukmin yang benar menyakini adanya Surga dengan keimanan hakiki, ia tidak rela diam diri tidak mencarinya. Inilah perkara yang didapatkan oleh seorang manusia didalam dirinya dari segala macam usaha yang dilakukan untuk mendapatkan kemanfaatan di dunia, atau melepaskan diri dari segala bahaya yang akan menimpanya."
Re: 'Pasang Surut Keimanan' oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr.

Dua Kematian dan Dua Kehidupan

Allah Ta'ala berfirman;
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan."   [QS. Al-Baqarah : 28]

Mengenai ayat ini, ad-Dhahkak mengatakan: "Dulu, sebelum Dia menciptakan kamu, kamu adalah tanah, dan inilah kematian. Kemudian Dia menghidupkan kamu sehingga terciptalah kamu, dan inilah kehidupan. Setelah itu Dia mematikan kamu kembali, sehingga kamu kembali ke alam kubur, dan itulah kematian yang kedua. Pada hari Kiamat kelak, kamu akan dibangkitkan, inilah kehidupan yang kedua." Demikian itulah dua kematian dan dua kehidupan.
Re: Tafsir Ibnu Katsir 1/2/28

May 18, 2015

Inilah sebabnya pecinta musik benci pada tafsir salaf.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;
"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan."  [QS. Luqman: 6]

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata ayat ini diturunkan sehubungan dengan nyanyian dan sejenisnya. Beliau juga sebutkan dari ahli tafsir al-Qur'an, Ibnu Abbas radiyallahanhu, ia mengungkap, "Ayat tersebut diturunkan sehubungan dengan nyanyian dan sejenisnya." {Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (1265), Ibnu Abi Syaibah (VI:310), Ibnu Jarir dalam Tafsirnya (21:40), Ibnu Abi ad-Dunya dalam Dzamm al-Malahi serta al-Baihaqi dalam Sunannya (X:221 & 223) melalui berbagai jalur riwayat darinya.}

Dari Abdullah bin Mas'ud radiyallahanhu, bahwa ia pernah ditanya tentang ayat ini. Ia berkata, "Yang dimaksudkan adalah nyanyian. Demi Allah yang tidak ada yang berhak di ibadahi secara benar selain Dia." Demikian beliau ulang hingga tiga kali.
Ikrimah radiyallahanhu juga pernah di tanya tentang ayat..."perkataan yang tidak berguna.....(lahwal hadits).." Beliau mengatakan "Maksudnya adalah nyanyian...."
Sementara dalam riwayat Ibnu Jarir melalui jalur Ibnu Juraij, dari Mujahid, diriwayatkan beliau berkata, "al-Lahwu (yang sia-sia) artinya adalah gendang."

Syaikh al-Albani mengatakan seluruh perawinya tsiqah dan riwayatnya shahih. Juga diriwayatkan dari Hassan al-Bashri, beliau berkata ayat ini diturunkan berkenaan dengan lagu dan seruling (alat musik). Para Salaful Ummah sepakat akan hukum musik dan nyanyian. 
Semoga Allah membalas semua mereka dengan kebaikan. 
Re: 'Siapa Bilang Musik Haram?' Oleh Syaikh al-Albani. Edisi Indonesia.

Nabi Musa tidak punya pilihan kecuali mengikuti Rasulullah,apakah kalian ada pilihan?

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
"Demi Dzat yang jiwa ku berada di TanganNya, seandainya Nabi Musa masih hidup, niscaya tidak ada pilihan baginya kecuali mengikutiku."
(Hadith hasan, disebutkan takhrijnya dalam al-Irwa' no. 1589, juga ash-Shahihah, no. 3207)

Syaikh al-Albani berkata; Apabila orang semacam Nabi Musa yang digelari oleh Allah sebagai Kalimullah saja tidak punya pilihan selain mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apakah selain beliau memiliki pilihan lain?
Ini salah satu di antara dalil yang tegas yang mewajibkan menunggalkan ittiba' hanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kerana itu termasuk konsekuensi syahadat (persaksian) bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah.
Ref: 'Siapa Bilang Musik Haram?' Judul asli Tahrim Alat ath-Tharb oleh Syaikh al-Albani.

May 17, 2015

Orang-orang kafir, munafik, mukmin terbagi dua macam.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir Rahimahullah, dikatakan, Allah Tabaraka wa Ta'ala membagi orang-orang kafir menjadi dua macam, yaitu 1) yang menyerukan (kepada kekafiran) dan 2) yang hanya ikut-ikutan (muqallid), sebagaimana disebutkan-Nya;
"Di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat."  [QS. Al-Hajj: 3]

Orang-orang Mukmin menjadi dua bagian; 1) as-Sabiqun, yaitu mereka yang didekatkan kepada Allah wa Ta'ala,(terdapat diawal surah al-Waqi'ah dan surah al-Insan). 2) Ashabul Yamin, yaitu orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dan orang-orang munafik juga terbagi dua yaitu; 1) Munafik murni (tulen) dan 2) orang munafik yang dalam dirinya masih ada iman dan masih ada juga kemunafikan, yakni terdapat dalam dirinya salah satu dari ciri-ciri kemunafikan.
Ref: Tafsir Ibnu Katsir 1/2/19-20.

Perniagaan yang sangat merugikan!

Allah Subhanahu wa Taala berfirman;
"Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk."   [QS. Al-Baqarah ;16]

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jarir, Ibnu Hatim, mengatakan, mereka itu adalah orang-orang yang telah keluar dari petunjuk menuju kepada kesesatan, dari persatuan menuju kepada perpecahan, dari rasa aman menuju kepada ketakutan, dari sunnah menuju bid'ah.

Allah Ta'ala menyerupakan tindakan mereka membeli kesesatan dengan petunjuk dan perubahan mereka dari melihat menjadi buta, dengan orang yang menyalakan api. Apabila api menerangi sekitarnya, ia dapat melihat disekeliling nya, tiba-tiba api itu padam sehingga ia benar-benar berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat, dan tidak pula memperoleh petunjuk. Keadaan seperti itu ditambah lagi dengan keadaan dirinya yang tuli sehingga tidak dapat mendengar, Bisu hingga tidak dapat bicara, dan buta sehingga tidak dapat melihat. Oleh kerana itu, ia tidak akan dapat kembali ketempat semula.
"Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (kejalan yang benar),".  [QS. Al-Baqarah: 17-18].

Demikian pula keadaan orang-orang munafik yang menukar kesesatan dengan petunjuk, Dan mencintai kebatilan dari kelurusan. Dalam perumpamaan ini terdapat bukti bahwa orang-orang munafik itu pertama kali beriman kemudian kafir. Allahul mustaan. 
Ref: Tafsir Ibnu Katsir 1/2/16-18

May 15, 2015

Kesalahan besar apabila menganggap orang fajir sebagai orang baik.

Banyak ayat-ayat dalam alQur'an, Allah Taala mengingatkan akan sifat-sifat orang-orang munafik agar orang-orang Mukmin tidak tertipu oleh lahiriyah (penampilan) mereka, kerana sikap lengah tersebut akan menimbulkan kerusakkan yang luas. Disebabkan tidak ada sikap kehati-hatian terhadap mereka dan menganggap mereka beriman, padahal hakikatnya mereka itu adalah kafir.

Demikianlah halnya merupakan kesalahan besar jika menganggap orang-orang fajir (durhaka) pendosa itu sebagai orang-orang baik. Mengenai hal tersebut Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman; 
'Dan di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. "' [QS. Al-Baqarah :8]
(Sila Lihat tafsir Ibnu Katsir)

Mufti Perak menyuarakan kebimbangannya 'trend' dakwah semasa...

Jika Mufti Perak, telah menyuarakan kebimbangannya mengenai 'trend' dakwah masa kini yang lebih menjurus kepada menjadi penglipur lara dan begitu mudah mengeluarkan 'hukum' atau 'fatwa' yang kadang kala tidak memenuhi kehendak syarak, seharusnya Mufti kita lebih  memantau dai'-dai' yang di jemput berceramah disini. Supaya wabah ini tidak menjangkiti kita.

Walaupun penceramah itu dai' "sejuta umat," namun jika dakwahnya lebih berkonsep hiburan, gelak ketawa, nyanyian, nasheed, cerita dongeng, ia jauh daripada ilmu yang syar'i, ini akan membawa masyarakat kita lebh jauh dari Keislamannya. 
Takwa, pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, kerana kata takwa berasal dari kata الؤ قاية (penjagaan).

Wabah ini ternyata sudah menular pada ramai masyarakat kita, kerana mereka sudah dibius dengan cerita-cerita yang tidak masuk akal, sehingga mereka tidak dapat membezakan Antara yang haq dan yang batil. 
Sila baca Selanjutnya di : http://www.bharian.com.my/node/40349

May 14, 2015

Berjudi dengan Umur

Apabila akal masuk ke dalam rumah nafsu, berarti seseorang berjudi dengan umurnya.
Perjudian tidak mendatangkan kebaikan, malah menyeret kepada kehancuran.
Allahul mustaan..

Benarkah manusia boleh mendapatkan ilmu batin?

Benarkah Islam belum komplit,  maseh ada lagi 'ilmu' yang diturunkan langsung dari Allah Ta'ala sehingga Hari Kiamat?
"Hari Ini telah Aku SEMPURNAKAN agamamu, dan Aku SEMPURNAKAN nikmat-Ku bagimu, dan Aku redha'i Islam sebagai agamamu...."  [QS. Al-Maaidah: 3]

Bolehkah seseorang keluar dari syariat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana dibolehkan bagi Khidir keluar dari syariat Musa alaihissalam?
"Katakanlah: 'Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian SEMUA.'"
[QS. Al-A'raaf : 158]
"Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia SELURUHnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan."  [QS. Saba' : 28].

Adapun keluarnya Khidir dari keta'atan kepada Nabi Musa kerana Nabi Musa tidak diutus kepada Khidir, juga kerana risalah Nabi Musa khusus untuk Bani Israil;
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, mengapa kalian menyakitiku sedangkan kalian mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada KALIAN." [QS. Ash-Shaff: 5]

Benarkah ada manusia yang boleh mendapatkan 'ilmu batin' yang mana semua perkara-perkara batin, spiritual, perkara ghraib di 'singkapkan' darinya.
Allah Azza wa Jalla berfirman; 
"Katakanlah, 'Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat.'"  [QS. Al-An'am : 50]
Ilmu ghaib adalah khusus milik Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
"Kunci-kunci GHAIB ada lima, TIDAK ADA yang MENGETAHUI nya SELAIN ALLAH. Sesungguhnya disisi Allah terdapat ilmu tentang Kiamat, Dia menurunkan hujan, dan Dia mengetahui apa yang ada didalam rahim. Tidak ada jiwa yang mengetahui dinegeri mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui dan Maha Teliti." 
(HR. Bukhari dan Ahmad dari Ibnu Umar, lafazhnya Ahmad.)

Syaikh Salih bin Fawzan Al-Fawzan dalam syarah Nawaaqidhul Islam mengatakan; 
Ini adalah keadaan Sufi ekstrim, (mereka menganggap) bahwa mereka sampai pada suatu keadaan yang tidak membutuhkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sehingga mereka keluar dari syariat beliau, oleh kerana itu mereka tidak mengikuti risalah yang dibawa beliau. 
[Nawaaqidhul Islam oleh Syaikh Fawzan]

May 12, 2015

Jangan menjadi yang kelima!

"Jadilah kamu seorang alim atau penuntut ilmu atau pendengar, atau orang yang mencintai mereka, dan janganlah kamu menjadi yang kelima (yang membenci mereka), nanti kamu celaka."
(Al-Haitsami berkata,'Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu'jamnya dan Al-Bazzar, rawi-rawi nya adalah orang-orang tsiqah.' Lihat Majma' az-Zawa'id 1/122).

Sebagian salaf berkata, " Allah telah meletakkan jalan keluar bagi mereka, yakni tidak keluar dari empat yang terpuji ini kecuali orang kelima yang celaka, Yaitu yang bukan alim, bukan penuntut ilmu, bukan pendengar dan bukan orang yang mencintai ilmu. Dialah yang celaka kerana orang yang membenci ulama, dia menyukai kematian mereka. Barangsiapa menyukai kematian mereka, maka dia menyukai padamnya cahaya Allah di bumi, dengan diganti oleh kerusakan dan  kemaksiatan maka ditakutkan amalnya tidak diangkat bersama itu."

Menghormati dan memuliakan ulama berarti memuliakan Allah Taala sebagaimana dalam hadith Abu Musa al-Asy'ari bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
"Di antara bentuk penghormatan kepada Allah adalah memuliakan Muslim yang beruban, pembawa alQur'an (ulama) yang tidak berlebih-lebihan padanya tapi tidak meremehkannya, serta memuliakan penguasa yang berlaku adil."
(HR. Abu Dawud, 4843, dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib, 1/44)
Nukilan dari: Pembatalan Keislaman oleh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali Al-Abdul Lathif.

Mengapa perlu juga tahu tentang keburukan....

"Tali simpul Islam akan pupus (gugur) simpul demi simpul, apabila dalam Islam tumbuh orang-orang yang tidak mengenal jahiliyah."

Inilah termasuk kesempurnaan ilmu Umar radiyallahanhu. Barangsiapa tidak mengetahui jalan orang-orang yang durjana, maka jalan tersebut tidak akan jelas baginya. Boleh jadi dia mengira sebagian dari jalan mereka adalah jalan orang-orang yang beriman sebagaimana hal tersebut terjadi pada umat ini dalam banyak perkara. (Al-Fawaid, 101-102. Lihat Majmu' al-Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 10/301).  
Hudzaifah bin al-Yaman radiyallahanhu berkata,
"Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan, kerana aku takut ia menimpaku....." 
(HR. Bukhari, Kitab al-Fitan, 13/35, no. 7085; dan Muslim kitab al-Imarah, no.1847).

Tema ini sangat penting supaya seorang mukmin beri perhatian kepadanya agar dia tidak terjerumus dalam satu diantaranya, tanpa dia sedari, agar Islam dan kekufuran menjadi jelas baginya dan dia berpijak diatas bashirah dalam agama Allah. Janganlah seseorang tertipu dengan pengikut kejahiliahan meskipun mereka berjumlah lebih banyak, kerana sebenarnya mereka adalah orang-orang yang paling rendah disisi Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman.
Dari: Pembatal Keislaman oleh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali al-Abdul Latif.

Kekeliruan orang alim, serupa perahu pecah!

Taklid merupakan kata yang mungkin tidak di mengerti oleh mereka yang menjalankannya. Akan tetapi, taklid merupakan polemik yang sampai hari ini masih menjadi 'masa'alah kontroversi'. 

Dari Ibn 'Umar radiyallahanhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
"Apa yang sangat aku takutkan atas umatku ada tiga hal, yakni; kekhilafan orang alim, perdebatan orang munafik dengan alQur'an dan dunia yang akan memotong leher kalian."
(HR. Ad Daraami, Sunan Daarami, Mukaddimah bab 33)

Ibnu Qayyim mengatakan di maklumi bahwa yang menakutkan dalam kekhilafan orang alim adalah sikap taklid seseorang terhadapnya dalam kekeliruan tersebut. Maka apabila telah diketahui pendapat ulama itu keliru, tidak diperbolehkan baginya untuk mengikutinya dengan dasar kesepakatan kaum Muslimin, kerana sesungguhnya ia mengikuti sesuatu yang salah dengan sengaja, namun bagi yang tidak mengetahuinya bahwa pendapatnya keliru, maka sikap taklid dimaafkan.

Abu 'Umar berkata: "Kekeliruan orang alim serupa dengan perahu yang pecah; kerana jika perahu itu tenggelam, akan banyak juga manusia yang tenggelam bersamanya. Apabila telah sah orang alim itu melakukan kekeliruan dan kesalahan, tidak boleh bagi seseorang untuk berfatwa dan beragama (menjalankannya) menurut pendapat yang tidak ia ketahui keshahihan pandangannya." 

Maka bagaimanakah keadaan hari ini kita dapati ramai 'para agamawan' menolak, meninggalkan (ketentuan) dari kitab Allah, sunnah Rasul-Nya (walaupun hadith shahih, dipertikaikan) dan perkataan para sahabat kepada ijma, pendapat, siFulan dan siFulan?
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
[Risalah Taklid oleh Ibnu Qayyim]

May 11, 2015

Ahli ibadah yang Bodoh, penyakitnya menentang ilmu dan hukum-hukumnya.

Ibnu Qayyim rahimahumullah berkata:
"Seorang ahli ibadah yang bodoh penyakitnya adalah menentang ilmu dan hukum-hukumnya, lebih mengutamakan khayalan, perasaan, kesukaan dan hawa nafsunya."
Maka dari itu Sufyan ibn 'Utaibah dan rakan-rakannya berkata;
"Jauhilah penyakit seorang alim yang sesat dan penyakit seorang ibadah yang bodoh, kerana penyakit dari keduanya merupakan penyakit yang menyesatkan; seorang ahli ibadah yang bodoh menolak ilmu dan implikasinya, ini merupakan kesesatan yang menyebabkan dusta.

Allah Taala memberi perumpamaan tentang mereka itu dengan FirmanNya;
"Seperti syaitan ketika dia berkata kepada manusia, 'Kafirlah kamu,' maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu kerana sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam.' Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) kedalam Neraka, mereka kekal didalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zalim".  [QS. Al-Hasyr: 16-17]

Kisah diatas sangat jelas bahwa seorang ahli ibadah yang bodoh itu membangun dasar-dasar ibadahnya dengan kebodohan, sehingga syaitan menyesatkan dan mengkafirkannya kerana kebodohannya. Syaitanlah pemimpin ahli ibadah yang bodoh sehingga menjadikan mereka kafir dan tidak tahu apa-apa. Syaitan juga imam orang-orang alim yang sesat, yang lebih memilih dunia dari akhirat.

Jika direnungkan perumpamaan keadaan manusia, akan kamu dapati bahwa ini banyak terjadi pada hampir semua manusia, dan mereka adalah pencari keduniaan. Hanya sedikit saja yang sebaliknya; bahkan dianggap orang aneh kerana memiliki tabiat, amalan, iradah, jalan dan tempat tersendiri. Allah Azza wa Jalla berfirman;
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan."   [QS. Yunus: 7-8]. 
Al-Fawa'id; 137, oleh Ibnu Qayyim 

Ilmu yang Melekat

Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata;
"Seseorang hamba akan mendapatkan kemuliaan didunia dan Akhirat adalah ilmu dan iman. Maka dari itu Allah menyatukan keduanya dalam firman-Nya,

"Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dan beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."  [QS. Al-Mujadilah: 11]

Mengapa kebanyakan orang tidak memiliki ilmu yang akan mengangkat derajat dan keimanannya serta menyelamatkan itu diri mereka? Tidak lain kerana mereka menyimpang dan  menutup sendiri jalan ilmu dan Iman yang dibawa Rasul dan diserukan kepada umat manusia, dan diikuti oleh para sahabat dan Tabi'in.

Malah apa yang ada pada mereka adalah perkataan, pendapat dan pemikiran. Ketika zaman telah berjalan jauh, banyak manusia yang menjadikan angan-angan yang ada dalam fikiran, hal-hal yang terbesit dalam hati dan pendapat-pendapat yang ada sebagai ilmu. Kemudian mereka menulis buku-buku yang menjadikan jiwa resah, zaman bergolak dan hati padam.
Bahkan banyak orang secara terang-terang mengatakan didalam alQur'an dan as-Sunnah tidak ada ilmu dan dalil-dalil yang dapat menghasilkan keyakinan dan ilmu. Syaitan telah membisikkan kata-kata itu dalam diri mereka sehingga hati mereka terlepas dari ilmu dan iman, seperti terlepas ular dari kulitnya dan baju dari pemakainya. Allahul Musta'an ..
[Al-Fawa'id :140, oleh Ibnu Qayyim]

May 9, 2015

Jika bertanya seorang hamba kepada selain tuannya merupakan ....


Ibnu Qayyim rahimahullah berkata;
"Janganlah kamu bertanya kepada selain tuanmu, kerana pertanyaan seseorang hamba kepada selain tuannya merupakan penghinaan baginya."
[Al-Fawa'id oleh Ibnu Qayyim]

Jika bertanya kepada selain tuannya merupakan satu penghinaan (terhadap majikannya) bagaimana pula jika seseorang berdoa, meminta-minta..kepada selain Allah Ta'ala?
Allahul Musta'an ..

Akar Kesalahan ada Tiga:-

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:

"Akar Kesalahan ada tiga: Pertama, takabur itulah yang menjerumuskan iblis kepada kedudukan yang hina. Kedua, tamak itulah yang mengeluarkan Adam dari shurga. Ketiga, dengki itulah yang menyembabkan salah satu anak Adam membunuh saudaranya sendiri.
[Al-Fawa'id; 83: oleh Ibnu Qayyim.]

Manusia yang paling merugi adalah orang yang terhapus amalannya, sedangkan mereka menyangka pahala amalnya banyak tetapi itu hanya satu fatamorgana....

Ayyub As-Sikhtiyani berkata: "Bagi seorang pelaku bid'ah, bertambahnya kesungguhan dia dalam beramal hanya akan semakin jauh dia dari Allah." 
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa Sallam tentang bid'ah Khawarij; 
"Akan keluar dari keturunan orang ini satu kaum yang kalian menganggap kecil shalat kalian dibanding shalat mereka,,dan puasa kalian dibanding puasa mereka. Lalu beliau mengatakan 'Mereka akan keluar dari agama Islam bagaikan anak panah melesat dari busurnya.'"
(HR. Muslim, no.8)
[Ringkasan Al-I'tisham oleh Imam Asy-Syatibi]

May 7, 2015

Orang yang paling berpengaruh dalam keburukan dan kebaikan..

Al-Fudhail berkata, "Tidak sepatutnya seorang Mukmin duduk bersama siapa saja yang ia inginkan." 
Sufyan berkata, "Tidak ada orang yang paling berpengaruh didalam keburukan dan kebaikan daripada sahabatnya." 
{Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah didalam al-Ibaanah (II/439,452)}

Zuhud yang paling utama dan paling berat.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata;
"Zuhud yang paling utama adalah menyembunyikan zuhud, sedangkan yang paling berat adalah zuhud dalam menerima nasib.
Perbedaan antara zuhud dan wara' adalah, bahwa zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat, sedangkan wara' adalah meninggalkan sesuatu yang membahayakan bagi kepentingan akhirat. Adapun hati yang tertambat dengan syahwat tidak akan bisa melakukan zuhud atau wara'."
[Al-Fawa'id 154; Ibnu Qayyim ]

May 4, 2015

Mengapa perlu belajar Tauhid dulu.

Sesungguhnya tauhid merupakan fondasi agama Islam dan tonggak semua ajaran para nabi dan rasul, bahkan semua ibadah, perintah dan larangan dalam Islam dibangun diatas akidah tauhid yang merupakan hakikat makna kalimat 'Laa ilaaha illallaah Muhammad Rasulullah.

Tauhid merupakan ilmu yang paling mulia dan tinggi kedudukannya, kerana kebutuhan hamba kepada-Nya melebihi segala kebutuhan, dan hati tidak akan dapat tenang kecuali apabila benar-benar mengenal penciptanya, sesembahannya, nama-nama dan sifat-Nya, serta perbuatan-Nya. Kerana segala urusan kembalinya hanya kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana FirmanNya:

"Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). [QS. An-Najm : 42]
Oleh kerananya, para ulama Islam sangat prihatin dengan pembahasan yang agung ini, sehingga kita juga harus memberikan perhatian yang sangat dengan mendalaminya dan menyebarkannya agar benar-benar mengakar dan mengikis kesyirikan hingga agama murni hanya untuk Allah.

**Saat ini kesyirikan telah kembali merajalela, taqlid buta, dan keyakinan pada budaya amalan tradisi yang banyak menyimpang. Ini disebabkan ramai para da'i' telah jauh dari cara dakwahnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.. Mereka lebih mengedepankan konsep menarik belia kemasjid lebih utama daripada menakuti mereka dengan hukum-hukum yang keras..*[pen] 
Allahul Musta'an..
Sumber: majalah al-islamiyyah edisi 93//70. Vol11 no.02 TH.1436H

May 3, 2015

Dalil manhaj salaf manhaj yang lurus..

Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari supaya;

"Tunjukilah kami jalan yang lurus."   [QS. Al-Faatiha: 6]

Yakni الصر طالمستقيم jalan lurus yang tidak berliku, sebagaimana...

"(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."  [QS. Al-Faatiha: 7].

Siapakah mereka yang telah di tunjuki jalan yang lurus dan diberi nikmat? 

"Dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang Shalih, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."  [QS. An-Nisaa': 68-69].

Bukankah dalam surah al-Faatiha ini kita telah meminta ditunjuki jalan yang benar, yang lurus sepertimana jalan (manhaj) orang-orang yang terdahulu, yakni para Salaf? 
Dari Itu mengapa ada sebagian yang enggan mentaati Allah dan RasulNya, memilih syari'at buatan sendiri (bid'ah). Malah mereka mengingkari mengikuti jalan para ash Salaful Ummah, bahkan menghalang-halang manusia dari jalan yang lurus ini....
Allahul Musta'an..
Ref: Tafsir Ath-Thabari.

May 2, 2015

Hilangnya iman, Jika hati tidak memiliki kebencian kepada kemungkaran....

Shaykh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
"Jika hati tidak memiliki kebencian kepada perkara-perkara mungkar yang dibenci Allah, maka ia kehilangan Iman. Benci dan cinta termasuk perbuatan hati."  {1}

"Terkadang hati mengetahui kebenaran dan membenarkannya, hanya saja kerana hasad dan kesombongan yang juga ada didalam hati membuatnya menolak berserah diri, tunduk dan cinta." {2}

{1} Majmu' al-Fatawa, 7/557,529,541,397
{2} Majmu' al-Fatawa, 7/535. Al-Muwaqat, asy-Syatibi, 1/166.
Dari; Pembatal Keislaman oleh Dr.Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali Al-Abdul Latif.