SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

April 29, 2014

Allah tidak suka orang yang berlebih-lebihan.

"Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." 
[QS. Al-A'raf (7): 31]

Islam berada ditengah-tengah antara yang ekstrim (melampaui batas) dan yang terlalu longgar. Manusia yang baik ialah golongan pertengahan (sederhana), yakni mereka yang bebas daripada kesalahan orang-orang yang mengambil mudah dan orang-orang yang berlebih-lebihan. Allah Ta'ala telah menjadikan umat ini sebagai umat yang sederhana (pertengahan), suatu gelaran yang baik dan adil. Maka sebaik-baiknya mereka yang berada di tengah-tengah antara dua perkara yang tercela. 

Maka tidaklah benar jika dikaitkan pengganasan atau ekstrimis kepada golongan yang berada diatas manhaj Nabi shallallahu alaihi wa sallam yakni manhaj Salaf, sebab manhaj inilah yang sebenarnya berada diatas jalan pertengahan antara golongan yang berlebih-lebihan dalam peribadahan mereka (wirid be ribuan) dan golongan yang mengambil mudah dan ringan dalam perkara hukum hakam. 
Allahul Musta'an
Petikan ringkas dari buku 'Bahaya Penyakit Waswas' oleh Ibnu Qayyim. Terbitan Pustaka Azhar.

Waspada, penyakit waswas!

Ibnu Qayyim mengatakan, termasuk godaan ataupun tipu daya syaitan yang dilancarkan terhadap orang-orang yang bodoh adalah waswas, terutama ketika berniat untuk berwudhu ataupun shalat. Syaitan berusaha menggoda orang-orang itu supaya mereka tidak mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alai wa sallam.

Mereka dihasut bahwa apa yang dijelaskan oleh sunnah Rasulullah itu belum memadai, tetapi harus ditambah dengan sesuatu yang lain, akibatnya, timbul perasaan dan sangkaan yang berbelah bagi.

Abu al-Farj al-Jauzi rahimahullah menceritakan pengalaman Abu Wafa' bin Uqail seperti berikut;
"Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Abu Wafa' dan bertanya, 'Berkali-kali aku menyelam dalam air dan aku bimbang adakah wudhu ku sah? Bagaimana pendapat kamu tentang masa'alah ini? "
Abu Wafa' berkata, "Pergilah! Kamu sudah tidak diwajibkan shalat lagi." Lelaki itu pun bertanya kehairanan, "Mengapa?"
Abu Wafa' menjawab, "Kerana Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,
"Pena diangkat daripada tiga orang, iaitu; orang gila sampai dia sembuh, orang tidur sampai dia bangun, dan kanak-kanak sampai dia akil baligh."
"Jadi sesiapa yang menyelam berkali-kali tetapi maseh ragu adakah dia sudah terkena air atau belum, jelaslah dia itu orang gila."

Selanjutnya Ibnu Qayyim menceritakan, pernah ada orang yang melafazkan niat shalat (usalli) berulang kali padahal niat adalah tekad hendak melakukan sesuatu dan niat terletak dalam hati. Jadi tidak ada kaitan dengan lidah sama sekali. Dari itu tidak ada riwayat dari Nabi mahupun para sahabat yang menyatakan niat harus di lafaskan. Itulah syaitan 'menabuh gendang' untuk melancarkan penyakit waswas.

Barangsiapa yang ingin selamat daripada penyakit waswas ini, hendaklah sentiasa merasa bahwa yang betul ialah dengan mengikuti sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam perbuatan dan ucapannya serta yakin bahwa inilah jalan yang lurus.  
Allahul Musta'an.
Petikan ringkas dari buku 'Bahaya Penyakit Waswas' oleh Ibnu Qayyim. Terbitan Pustaka Azhar.

April 28, 2014

Hujjah

Hujjah adalah dalil ilmiah yang dapat diterima oleh hati dan di dengar oleh telinga. Ibnu Yazid mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengajarkan kepada Muhammad dengan firman-Nya, "Kemudian jika membantah engkau (Muhammad) katakanlah, "Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku...." [Ali Imran: 20]

Allah berfirman, "Dan orang-orang yang berbantah-bantah tentang (agama) Allah setelah  (agama itu) di terima, perbantahan mereka itu sia-sia disisi Tuhan mereka...." [Asy-Syura:16]

Dengan demikian, hujjah adalah sesuatu yang dipakai untuk berargumen, baik yang haq maupun yang batil. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "...Agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang oyang zalim di antara mereka...."  [Al-Baqarah:150]. Sesungguhnya mereka telah ber-hujjah kepadamu dengan hujjah yang batil. ".... Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku..." [Al-Baqarah: 150]

Hujjah yang hanya di sandarkan kepada Allah-lah yang haq. Hujjah kadang juga berarti saling berselisih. Kalau mereka mengetahui Al-Quran dengan benar, didalamnya penuh dengan argumentasi ilmiah, dalil, dan bukti-bukti dalam masa'alah tauhid, serta pembuktikan adanya pencipta, hari Kiamat, diutusnya para Rasul, dan penciptaan dunia. Inilah kerakteristik Al Quran yang mampu membuat seseorang menjadi alim dengan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan ketentraman hati, menghibur jiwa, membersihkan akal fikiran, menyinari pandangan, memperkuat hujjah, dan tidak satu pun orang di dunia ini yang mampu mengalahkannya. Dengan pertolongan Allah lah hati terbuka dan mahu mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Meskipun demikian orang yang diberi ilmu ini, di setiap masa hanyalah sedikit. Semoga kita dikalangan orang yang sedikit itu. Ameen ..
Petikan dari 'Kunci Shurga Mencari kebahgian dengan Ilmu' oleh Ibnu Qayyim.

April 23, 2014

Berlumba mengejar ibadah di saat terjadinya fitnah!

Dari Ma'qil bin Yasar -rahimahullah- berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Ibadah di saat terjadinya fitnah seperti hijrah kepadaku." Diriwayatkan oleh Muslim No. 2948.
 Fitnah itu membutakan dari kebenaran, membuat tuli dan memalingkan qolbu, menghilangkan akal dan menyibukkan pikiran. Maka obat yang paling manjur untuk hal itu adalah mengejar ibadah kepada Allah 'Azza wa Jalla yang di tangan-Nya semua perkara seluruhnya, di tangan-Nya perbaikan keadaan. Usaha mengejar ibadah ini perlu kesabaran yang besar. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membimbing kepada hal itu dengan bersabda,
"Orang yang paling bahagia adalah orang yang dijauhkan dari berbagai fitnah. Orang yang paling bahagia adalah orang yang dijauhkan dari berbagai fitnah. Orang yang paling bahagia adalah orang yang dijauhkan dari berbagai fitnah. Barangsiapa yang diuji dengan berbagai fitnah dan dia bersabar maka sungguh mengagumkan."
 Diriwayatkan oleh Abu Dawud No. 4263 dari hadits Miqdad bin Al-Aswad. Guru kami Al-Wadi'y berkata dalam Ash-Shahihul Musnad No. 1140: "Hadits ini hasan sesuai syarat Muslim". Dan Ucapan beliau ﻓﻮﺍﻫﺎ (fawaaHaa) maksudnya: "Dia sungguh mengagumkan, bagaimana dia bisa bersabar", karena banyak dari manusia ini yang terbanting ketika terjadi fitnah.
Sumber: salafy.or.id 
Wazhifatu Al-Abthali Al-Musabaqati ila Fadha-ili Al-A'mali: Mengharap Kecintaan Allah dengan Amalan yang Paling Mulia - Penerbit Cahaya Tauhid Press

Bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika menghadapi musibah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;
"(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." [QS. Al-Baqarah: 156-157]

Dari sini kita dapati terapi ketika menghadapi musibah ialah :-
PERTAMA, bahwa seorang hamba dan hartanya adalah milik Allah, Dia meminjam kannya pada hamba tersebut.
KEDUA, tempat kembali kita hanyalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pasti semua akan mati. 
Jika seseorang hamba memikirkan keduanya, maka itu  adalah sebaik-baik terapi ketika menghadapi musibah. Terapi yang lain ialah memahami hal-hal sebagai berikut.

1.  Seorang hamba harus percaya bahwa Allah pasti akan mengganti suatu musibah yang diterima dengan kenikmatan yang sama atau yang lebih baik dan menyimpannya sebagai tabungan untuknya. Jika dia sabar dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki, pasti balasannya akan lebih baik berlipat kali daripada musibah tersebut.

2.  Untuk menghilangkan rasa putus asa, hendaklah seseorang melihat orang-orang yang ada disekitarnya, serta menyadari bahwa kebahagian dunia adalah mimpi. Jika banyak tertawa, niscaya di akhirat nanti ia akan selalu menangis.

3.   Seorang hamba menyadari bahwa kesusahan itu tidak dapat di tolak, bahkan akan dilipatgandakan pahalanya kelak bila kita bersabar.

4.   Selalu menghibur hatinya dengan mengharapkan ganti dari musibah itu. 

5.   Seorang hamba juga menyadari bahwa pahalanya sesuai dengan apa yang menimpanya. Barangsiapa yang redha dengan musibah, maka dia akan mendapatkan keredha'an Allah. Namun, barangsiapa yang murka maka dia akan mendapatkan murka Allah.

6.   Mengetahui bahwa Zat yang memberikan cobaan ialah Zat yang paling Bijaksana, Maha Penyayang diantara orang-orang yang penyayang. Sehingga, hamba tersebut sedar bahwa Allah mengujinya, bukan untuk membinasakan nya tetapi untuk menguji keimanannya.

7.   Mengetahui kepahitan dunia dan kenikmatan akhirat, serta sebaliknya.

Dikutip dari kitab Mukhtasar Zadul Ma'ad karya Ibnu Qayyim. Sumber: Al-Fawa'id Ibnu Qayyim.

April 19, 2014

"Jika kamu telah menghilangkan agamamu maka cari lah."

Al-Hasan (Al-Basri) rahimahullah berkata kepada seseorang yang mendebatnya;
"Adapun aku, maka aku telah mengetahui agamaku. Maka jika kamu telah menghilangkan agamamu, maka carilah." 
[Hasan lighairihi, lihat Asy-Syarii'ah (atsar:241)]

Ahmad bin Abi al-Hawari berkata, 'telah mengatakan kepadaku Abdullah bin al-Busri (ia tergolong orang-orang yang khusyu), "Sunnah menurut kami bukanlah sebatas kamu membantah pengekor hawa nafsu dan bid'ah, akan tetapi sunnah menurut kami adalah kamu tidak mengajak bicara siapapun dari mereka." 
[Lihat Al-Ibanah (2/471)]
Allahul Musta'an.
Dipetik dari Syarah Ushulus Sunnah oleh Imam Ahmad bin Hanbal.

Mutiara Salaf

Fudhail Ibn 'Iyaadh Rahimahullah berkata;

"Tanda Zuhud dari dunia dan manusia, adalah engkau tidak mengharapkan pujian dari manusia. Dan engkau tidak perduli jika dicemuh. Lebih baik jika engkau tidak dikenali, kerana tidak penting untuk mengetahui siapa kamu.. Jika manusia tidak menyanjungmu ataupun mereka menghinaamu itu tidak akan membekas padamu asalkan engkau diredhai Allah!" 

(Hilyatul Awliyaa: 8/90)

April 15, 2014

Tiga perkara yang diredhai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Imam Ahmad dan Imam Muslim rahimahullah  meriwayatkan dengan lafadz yang semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bahwa beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala meridhai untuk kalian tiga hal dan membenci dari kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu wata’ala meridhai kalian agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat dengan agama AllahSubhanahu wata’ala semuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta agar menasihati orang yang Allah telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah) membenci kalian dari mengatakan (setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan membuang-buang harta.” [HR. Ahmad dan Muslim]
Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan bahwa Allah Subhanahu wata’ala meridhai kita untuk memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: 
PERTAMA :-  agar kita memperbaiki akidah dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wata’ala dan berlepas dari berbagai jenis kesyirikan. Inilah perkara pertama yang harus diperhatikan. Sebab, akidah merupakan fondasi yang dibangun di atasnya amalan seseorang. Apabila baik akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat amal salehnya. Adapun jika rusak akidahnya, amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai di sisi Allah Subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, seluruh rasul diperintah untuk mengajak pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya. Setiap rasul mengatakan,
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya.” (al-A’raf: 59)
KEDUA :-  yang Allah Subhanahu wata’ala ridha terhadap hamba-Nya adalah agar kaum muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallamdan para sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri bahwa berbeda dan berselisih adalah tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti diperbolehkan. Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan jalan keluar ketika terjadi perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
“Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya  jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa: 59)
Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan ibadah yang berbeda-beda. Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari dirinya sendiri tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan ulama.
Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita dilarang untuk  mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu wata’ala,
“Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan al-kitab kepada mereka (Yahudi dan Nasrani) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.” (al-Bayyinah: 4)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali-Imran: 105)
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat, justru azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan, dan mencegah untuk saling menolong dalam kebaikan.
Perlu diingat, Islam adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah. Masing-masing taksub dengan guru-guru mereka. 

KETIGA :-  yang Allah Subhanahu wata’ala ridha untuk kita menjalankannya adalah menegakkan nasihat terhadap penguasa dengan menaatinya, ataupun membantunya untuk kebaikannya dan kebaikan masyarakatnya. Penguasa yang dimaksud adalah penguasa muslim yang sah yang memimpin suatu negeri dan memiliki wilayah serta kekuatan, baik dengan cara dipilih maupun cara lainnya. Mentaati pemerintah dalam perkara yang ma’ruf selama tidak bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wata’ala.
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanat atau tugas dari penguasa, seperti para pegawai pemerintahan, wajib bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidakboleh baginya untuk memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum atau menggunakan pejabatnya untuk membuat kezaliman atau penindasan. Demikianlah yang disebutkan dalam hadits yang mulia ini. Kandungannya akan mendatangkan kebaikan yang besar jika kaum muslimin mengamalkannya dalam kehidupannya. Allahul Musta'an.
Sumber: diringkaskan dari  asysyariah.com dengan tidak merubah isinya.

April 14, 2014

Peringatan untuk penegak sunnah; bersedia menghadapi musuhnya.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata; 
Apabila orang Mukmin yang telah dilimpahi oleh Allah Ta'ala berupa pandangan yang benar akan agama-Nya, pemahaman yang jelas akan sunnah Rasul dan kitab suci-Nya serta diperlihatkan kepadanya potensi negatif pada diri manusia, semisal hawa nafsu, perkara-perkara  bid'ah dan kesesatan yang dapat menyimpangkannya dari jalan yang benar, jalan yang telah di lalui oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat yang telah mendapatkan petunjuk beliau, maka hendaknya mempersiapkan dirinya untuk menghadapi cercaan, fitnah, hinaan, ejekan dan pernyataan boikot dari orang-orang bodoh dari persoalan agama yang benar dan para ahli bid'ah. 

Jika ia mengajak mereka ke jalan yang benar dan mencela apa yang telah mereka perbuat, maka sama saja artinya dengan membuat bencana bagi kelompok ini. Mereka akan bertindak lalim dengan segala tipu dayanya, memasang jerat baginya. 

Dan orang-orang Mukmin yang hidup pada zaman dimana manusia begitu patuh pada ketamakan, hawa nafsu dan segala bentuk kehidupan duniawi maka:-
 *   Ia akan menjadi asing dalam kehidupan beragamanya sebab agama yang ada di sekeliling 
     mereka telah rusak.
 *   Ia akan menjadi asing dengan keteguhannya kepada sunnah Rasul, kerana mereka 
     berpegang pada bid'ah yang mereka yakini atas kebenarannya.
 *   Ia akan menjadi asing pada keyakinannya, sebab keyakinan mereka telah rusak.
 *   Ia akan menjadi asing dengan shalat yang didirikannya, kerana shalat mereka telah rusak.
 *   Ia akan menjadi asing dengan jalannya yang benar, kerana jalan mereka telah sesat.
 *   Ia akan menjadi asing dengan sandarannya, kerana mereka telah keliru akan sandaran 
     mereka.
 *   Ia akan menjadi asing dalam bersosialisasi bersama mereka, kerana ia tidak bersosialisasi  
     menurut apa yang di kehendaki oleh kejahatan nafsu mereka.

Secara umum dirinya menjadi asing dalam segala perkara kehidupan dunia dan amalan-amalan yang berorientasikan akhirat, kerana tidak memperoleh dukungan dan bantuan dari orang-orang di sekitarnya. Dan ia laksana;
  *   Orang yang alim, diantara orang-orang bodoh.
  *   Orang yang istiqomah terhadap sunnah Rasul, diantara para ahli bid'ah.
  *   Orang yang mengajak kejalan Allah dan Rasul-Nya, diantara mereka yang mengajak untuk  
       memperturutkan hawa nafsu dan bid'ah. 
  *   Orang yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, diantara kaum yang 
      menganggap baik sesuatu yang munkar dan menganggap munkar sesuatu yang sebenarnya baik.
Pada saat itu, ia seakan berada sendirian diantara makhluk hidup yang ada disekitarnya. 
Terasa jauh, walau sebenarnya tempatnya begitu dekat. Merasa kesepian (tanpa teman) walau banyak haiwan yang berada di sekelilingnya dan terasing (isolated) dari kehidupan orang-orang yang mendengarkannya. Ia juga dipaksa mendengarkan apa apa yang sebenarnya tidak ia sukai. Sendiri dalam pencarian jalannya, secara fisik ia bersama mereka akan tetapi tujuannya sangat berbeda. Mereka mencelanya dengan pandangan yang keliru dan mengejeknya dengan kebodohan serta nafsu mereka. Mereka berburok sangka kepadanya. 
Allahul Musta'an..
Cerbisan dari 'Risalah Tabukiyyah' karya Ibnu Qayyim ...

April 12, 2014

Kebenaran itu hanya dari Allah

Meniti jalan salaf itu panjang.  Tujuannya bukanlah bila sampai ke hujung jalan, tetapi tujuannya ialah dengan kita mati diatas jalan tersebut, jalan yang satu yang selamat. 
Hidup diakhir zaman ini, saat fitnah kian deras menerpa hamba yang ingin beriltizam, angin syubhat dan syahwat sentiasa berkobar kencang pada mereka yang berada diatas al haq. 
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengurniakan taufiq untuk kita sentiasa dapat kefahaman yang jitu dengan jelas dan berdiri di atas prinsip salaf. Kita mengikuti kebenaran kerana yang benar itu hanya dari Allah, kita tidak mengikuti para individu, golongan, puak atau organisasi kerana itu semua boleh berubah. Yang di inginkan agar kita senantiasa berada dalam satu golongan yang selamat yang di jamin oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam....
Dalam usaha kita menuntut ilmu, kita berlindung kepada Allah dari fitnah syubhat dan syahwat.  Kita tidak tahu melainkan jiwa yang dirahmati Allah dan semoga kita termasuk jiwa-jiwa yang Allah Rahmati... selamat dari berbagai fitnah syubhat dan syahwat... Allahumma ameen .

April 11, 2014

Bagaimana ulama salaf menasihati para penguasa

Ketika Ar-Rasyid menunaikan haji, ada seseorang yang melaporkan kepadanya, "Wahai Amirul Mukminin, saat ini Syaiban juga sedang menunaikan haji." 
"Cari dia dan bawa kemari !" kata Ar-Rasyid.
Maka pegawainya mencari Syaiban, dan setelah bertemu membawanya kehadapan Ar-Rasyid, lalu beliau berkata, " Wahai Syaiban, berilah aku nasihat."

Syaiban berkata, "Wahai Amirul Mukminin, aku adalah orang yang suka bicara gagap dan tidak fasih bahasa Arab. Maka carilah orang yang dapat memahami perkataan ku, setelah itu akan ku beri nasehat."
Maka mereka pun mencari orang yang dapat memahami perkataan Syaiban bernama An-Nabthiyah. Setelah itu Syaiban pun berkata; "Katakan kepadanya, 'Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya orang yang membuat Tuan takut sebelum tibanya ditempat yang aman, justru orang yang nasehatnya lebih bermanfaat bagi Tuan, daripada orang yang membuat Tuan aman sebelum Tuan merasa takut." 

Ar-Rasyid bertanya, "Bagaimana penafsirannya? "

"Orang yang berkata kepada Tuan, 'bertakwalah kepada Allah kerana Tuan adalah orang yang bertanggung jawab terhadap umat ini. Allah telah menjadikan Tuan sebagai pemimpin umat, menjadikan Tuan sebagai panutan dalam segala urusannya dan Tuan bertanggung jawab terhadapnya. Kerana itu berbuatlah adil dalam urusan yang Tuan pimpin dan bagi lah harta secara merata. Bertakwa lah kepada Allah dengan urusan diri Tuan. Inilah yang akan membuat Tuan merasa takut . Jika Tuan sudah tiba ditempat yang aman, maka Tuan pun merasa aman. Nasihat ini lebih bermanfaat bagi Tuan daripada orang yang berkata, 'Kalian adalah anggota-anggota keluarga yang dosanya pasti diampuni! kalian adalah kaum kerabat Nabi dan berada dalam syafa'at beliau.' Orang itu akan membuat Tuan merasa aman, hingga ketika Tuan merasakan suatu ketakutan, maka Tuan akan mencaci-maki." 

Setelah mendengarnya Ar-Rasyid menangis, hingga orang-orang yang ada disekitar nya merasa hiba kepadanya. Kemudia dia berkata, 'Berilah aku nasihat lagi."
Syaiban menjawab, "Sudah cukup itu saja. "
Allahul Musta'an 
Dipetik dari Minhajul Qashidin (jalan orang-orang yang mendapat petunjuk) oleh Ibnu Qudamah.
Didalam kitabnya beliau berkata cerita sepenuhnya boleh dibaca dari kitab Al-Mishabul-Mudhi.

April 8, 2014

Hadith maudhu' tentang ziarah kubur Nabi seperti menziarahinya semasa hidup

"Barangsiapa menunaikan ibadah haji kemudian menziarahi kubur-ku sepeninggalku, ia seperti menziarahiku ketika aku masih hidup." 

Hadith no. 47 ini satu daripada hadith maudhu' mengenai ziarah kubur Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Al-Albani mengatakan sangat lemahnya hadith ini sebab lemahnya Laits bin Abi Sulaim, kerana terbukti mencampur aduk hadith. Sementara Hafsh bin Sulaiman yang dinamakan juga al-Gadhri sangat lemah seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Tagrib, bahkan Ibnu Muin menyatakan sebagai pendusta dan pemalsu hadith.

Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa seluruh hadith yang berkenaan dengan ziarah ke makam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sangat lemah sehingga tidak dapat dijadikan hujjah. Kerana itu tidak ada satu pun pakar hadith yang meriwayatkannya. Lebih jauh Ibn Taimiyyah mengatakan bahwa kebohongan hadith ini sangat jelas. Sebab, siapa saja yang menziarahi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam semasa hidupnya dan dia seorang Mukmin, berarti ia sahabat beliau. Apalagi bila ia termasuk orang yang berhijrah bersama beliau atau berjihad bersamanya. 

Jadi siapapun orangnya setelah generasi sahabat tidaklah dapat menandingi apalagi melebihi derajat keutamaan sahabat, terutama dalam menjalankan ibadah yang bersifat wajib.

Peringatan dari Syaikh al-Albani:-
Banyak orang menyangka bahwa Ibnu Taimiyah dan umumnya kaum salafiyah melarang berziarah ke makam Rasul. Ini DUSTA dan merupakan tuduhan palsu. Orang yang menelurusi dan membaca karya atau kitab-kitab karangannya akan mengetahui dengan pasti bahwa ia sangat menganjurkan dan menyetujui ziarah kubur Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, selama tidak di barengi dengan amalan-amalan bid'ah. 

{Dari itu tidak dihairankan atas fitnah dan tuduhan batil yang ditujukan pada beliau dari kalangan ahli tasawuf, ahli kalam para pelaku bid'ah} 
Re:  Silsilah Hadith Dhaif dan Maudhu' oleh Syaikh Al-Albani. Hadith no.47, Jilid 1.

April 6, 2014

Hukum menundukkan badan dan kepala sebagai bentuk penghormatan.

Pertanyaan :
Kami menjadi anggota salah satu klub karate di negara Amerika, berkata pelatih di klub tersebut: kamu harus  membungkukkan badan sebagaimana lawan membungkukkan badannya kepadamu, kami menolak perintah tersebut dan kami jelaskan hukum membungkukkan badan kepada orang lain dalam agama kita, diapun memakluminya dan memberikan solusi: kalau begitu kamu anggukkan kepala saja karena dia telah memberikan penghormatan kepadamu dan kamu harus membalasnya. Apa pendapat Yang Mulai?
Jawaban :
Tidak boleh menundukkan badan sebagai bentuk penghormatan kepada muslim dan kafir baik dengan badan maupun dengan kepala, karena perbuatan tersebut adalah penghormatan yang sifatnya ibadah dan ibadah tidak boleh diserahkan kecuali hanya kepada Allah semata.
Allah Subhanahu wa Ta'ala-lah yang memberi taufiq semoga shalawat dan salam-Nya tercurah atas Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya, dan para sahabatnya.
Ditandatangani oleh Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Asy-Syaikh Abdurrazzaq Afifi, Asy-Syaikh Abdullah Ghudayyan, dan Asy-Syaikh Abdullah bin Quud.


(Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah, 5313)   Sumber: salafy.or.id

April 3, 2014

Larangan Nabi Jangan mencela orang yang sudah meninggal!

Siapa yang tidak pernah mendengar nama Ibnu Taimiyyah? Beliau ibarat sebuah madrasah ilmiah yang telah menghasilkan banyak ulama besar yang tersohor di seluruh penjuru dunia Islam dari berbagai madzhab, seperti Ibnu Qayyim, Ibn Katsir dan ramai lagi.

Dalam banyak permasalahan ujian hidup Ibnu Taimiyyah, yang selalu menjadi Qadhi (hakim) baginya adalah lawan-lawan beliau dari kalangan ahli fiqh, ahli tasawuf, ahli Sufi dan ahli kalam yang menganggap besar penyelisihan beliau terhadap berbagai fatwa dan pendapat mereka. Oleh kerana itu tidaklah menghairankan jika beliau sering dimasukkan dalam tahanan semasa hidupnya. 

Fenomena ini juga timbul pada umat zaman ini, setelah berputar 'roda reformasi' dimana pintu kebebasan telah terbuka selebar-lebarnya. Dengan kebebasan yang disalah artikan dan disalah gunakan, telah nampak kerancuan-kerancuan 'berfikir' telah di sebarkan dan racun kekufuran dikemas dengan slogan 'kebebasan berpendapat', 'tidak boleh memaksa orang lain menerima pendapat seseorang'  walaupun sesuata perkara itu jelas kebathilannya, hanya atas alasan  prinsip menghormati pendapat masing-masing. Kerana prinsip inilah, kesyirikan merajalela Kumungkaran menjamur, orang yang jahil di anggap alim dan orang yang alim dikatakan jahil. Orang yang jujur di bilang khianat dan orang yang khianat dikatakan jujur. Orang yang hendak menegakkan kebenaran di tindas, di dzalimi. 
Agama dipolitikkan jika mendatangkan keuntungan duniawi dan dipinggirkan bahkan dibuang jika merugikan keduniaan mereka...

Seandainya mereka yang mengeji mahu membaca dan mempelajari dengan ikhlas sejarah hidup dan perjuangan Ibnu Taimiyyah dari sumber yang dapat dipercaya, niscaya mereka akan dapat menemukan realiti yang berbalik 180 darjah dari apa yang mereka ketahui tentang beliau selama ini.
Ingatlah pesan Nabi shallallahu alaihi wa sallam;

"Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal, kerana sesungguhnya mereka itu telah mendapatkan hasil dari apa yang telah mereka kerjakan."  (HR. Bukhari, 1393)
Allahul Musta'an.

April 2, 2014

Mutiara kata Salaf..

Mu'adz radiyallahu 'anhu berkata;
"Ilmu adalah pemimpin bagi amal, maka amal adalah pengikutnya."
(al-Hisbah fi al-Islam, Ibnu Taimiyyah: 85).

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata;
"Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka sesuatu yang merusaknya lebih banyak daripada sesuatu yang memperbaikinya." 
(al-Hisbah fi al-Islam, Ibnu Taimiyyah: 84)

Imam Malik rahimahullah berkata;
"Sunnah adalah perahu Nabi Nuh, maka siapa yang menaikinya, niscaya dia akan selamat. Sebaliknya barangsiapa yang berpaling darinya, niscaya akan tenggelam."
(Miftah al-Jannah fi al-I'tisham ni as-Sunnah, as-Suyuthiy:162)

April 1, 2014

Mengapa air kencing bayi lelaki berbeza dengan bayi perempuan

Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan bahawasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda; '(Membersihkan) air kencing bayi laki-laki selama dia belum diberi makanan, dengan percikan air saja, sementara air kencing bayi perempuan dengan dicuci dengan air. 

Imam Shafi'e rahimahullah pernah ditanya perihal hadith ini, kenapa berbeza cara mencuci air kencing bayi lelaki dan perempuan, walaupun mereka belum diberi makanan dan masih menyusu badan, dan kedua-dua kencing bayi itu juga dari air. 

Beliau mengatakan bahwa Nabi Adam alaihissalam diciptakan dari air dan tanah liat, sementara Hawa diciptakan dari tulang rusuk (yang pendek) Nabi Adam. Dari itu air kencing bayi lelaki dari air dan tanah liat, sementara bayi perempuan dari daging dan darah. 
Inilah penerangan yang paling dekat dan rajih. Wallahu a'alam.