SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

January 30, 2014

Efek al-Quran pada orang yang durhaka.

"Demikianlah Kami masukkan al-Qur'an kedalam hati orang-orang yang durhaka". [QS. Asy-Syu'araa; 26:200]
Allah Ta'ala berfirman: Demikianlah Kami masukkan kedustaan, kekufuran, pembangkangan dan penentangan kedalam hati orang-orang yang durhaka sebab mereka tidak beriman kepada kebenaran.  Mereka mendustakan dan meremehkan ayat-ayat Allah Subhanahu Wata'ala.
"Mereka tidak beriman kepadanya sehingga mereka melihat azab yang pedih" 
[QS. Asy-Syu'araa; 26:201]
Ref; Tafsir Ibnu Katsir

6 Perkara yang ditanyakan oleh Musa kepada Rabbnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda; "Musa bertanya kepada Rabbnya tentang enam perkara. Dia mengira keenam perkara itu khusus untuk dirinya. Sementara Musa tidak menyukai perkara yang ketujuh:
(1). Musa bertanya: 'Ya Rabb, siapakah hamba-Mu yang paling bertakwa?' Allah berfirman: 'Yang selalu ingat (kepada Allah) dan tidak pernah lupa.

(2). Musa bertanya lagi: 'Siapakah hamba-Mu yang paling banyak mendapat petunjuk?' Allah berfirman: 'Yaitu hamba yang mengikuti petunjuk.

(3) Musa bertanya lagi: 'Siapakah hamba-Mu yang paling adil?'  Allah berfirman: 'Yaitu orang yang mengadili orang lain sebagaimana ia mengadili dirinya sendiri.'

(4). Musa bertanya lagi: 'Siapakah hamba-Mu yang paling banyak ilmunya?  Allah berfirman: 'Yaitu seorang yang tidak pernah puas dengan ilmu, ia sentiasa tambah ilmunya dari orang lain.'

(5). Musa bertanya lagi: 'Siapakah hamba-Mu yang paling mulia?  Allah berfirman: 'Yaitu seseorang yang telah menetapkan hukuman (balasan atas kejahatan seseorang kepada dirinya), lalu ia memaafkannya.

(6). Musa bertanya lagi: 'Siapakah hamba-Mu yang paling kaya?'  Allah berfirman: 'Yaitu hamba yang redha terhadap apa-apa yang ia terima.'

(7). Musa bertanya lagi: 'Siapakah hamba-Mu yang paling fakir?'  Allah berfirman: 'Yaitu yang selalu kekurangan." (Berjiwa miskin) 

Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda; "Sesungguhnya kaya itu adalah kaya jiwa. Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang hamba, maka Allah akan memberikan kekayaan pada jiwanya dan ketakwaan pada hatinya. Dan jika Allah menghendaki keburukan atas seorang hamba maka Allah akan menampakkan kefakiran nya berada dipelupuk matanya (dihadapannya)" 
[HR. Abu Hurairah (3165) ; Hadith ini shahih sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Allamah Al-Muhaddits  Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Hadith Shahih Jilid 1 (115)

January 28, 2014

Kisah Turunnya Sepuluh Instruksi (Ten Commandments)

Setelah Allah menyelamatkan kaum Bani Israil daripada kekuasaan, kekejaman Fir'aun, Rabb 'Azza wa Jalla kemudian berbicara dengan Musa dan memerintahkan sepuluh kalimat padanya.

Menurut versi ahli kitab, Bani Israil mendengar kalam Allah, hanya saja mereka tidak faham hingga diberitahu oleh Nabi Musa alaihissalam. Musa pun menyampaikan (wahyu) 'The Ten Commandments' :-

1.  Perintah untuk beribadah hanya kepada Allah.
2.  Larangan menyekutukan Allah.
3.  Larangan bersumpah palsu atas nama Allah.
4.  Perintah untuk menjaga hari Sabtu, yang artinya satu hari dalam sepekan harus dijadikan 
 untuk beribadah secara penuh. Satu hari yang dimaksud adalah hari Juma'at (bagi kita kaum 
 Muslimin) sebagai pengganti hari Sabtu (bagi Bani Israil). 
5.  Hormati kedua orangtuamu agar usiamu panjang dibumi.
6.  Jangan membunuh anak yang Allah karuniakan kepadamu.
7.  Jangan berbuat zina.
8.  Jangan mencuri.
9.  Jangan bersaksi dengan kesaksian palsu kepada kawan mu.
10.Jangan menginginkan rumah orang lain, jangan berhasrat kepada isteri orang lain, budak 
  lelaki dan budak wanita orang lain, tidak juga lembu, keledai, ataupun apapun milik orang          
  lain. Maknanya adalah larangan bersikap dengki.

Banyak ulama salaf menyatakan bahwa inti sepuluh kalimat tersebut tertera dalam firman Allah Subhanahu Wata'ala dalam surah Al-An'am ayat 151-153. Setelah menyebut sepuluh kalimat ini, mereka (ahli kitab) menyebutkan sejumlah wasiat dan hukum yang banyak. Semuanya ada dan berlaku, namun setelah itu lenyap. Perintah-perintah ini diamalkan selang beberapa lama, namun kemudian dilanggar. Mereka merubah dan mengganti perintah-perintah itu, setelah itu mereka membuangnya sehingga perintah tersebut dihapus dan diganti, setelah sebelumnya disyariatkan secara utuh. Wallahul a'lam.
Dinukil dari 'Kisah Para Nabi' terbitan Ummul Qura; hal 574, karya Ibnu Katsir.

January 27, 2014

Penjagaan Allah terhadap penurunan Al Quran dan syariat-Nya

"Dan al-Qur'an itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan-syaitan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun al-Qur'an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar al-Qur'an itu."
[QS. Asy-Syu'araa'; 26:210-212]

Ibnu Katsir,dalam tafsirnya mengatakan, Allah Subhanahu Wata'ala mengkhabarkan bahwa Kitab-Nya yang mulia tidak layak dibawa turun oleh syaitan-syaitan, dan hal itu tercegah kerana tiga alasan:-
1.).   Kerana karakter syaitan adalah merusak dan menyesatkan para hamba. Sedangkan dalam al-Qur'an terkandung amar ma'ruf dan nahi munkar, cahaya, hidayah dan bukti nyata yang jelas.
Maka diantara syaitan dan al-Qur'an sangat bertolak belakang.

2,).   Sekali pun patut bagi mereka, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya.

3.).   Sekalipun mereka patut dan mereka mampu membawa dan menyampaikannya, niscaya mereka tidak akan mampu menjangkaunya, kerana mereka akan tersingkir dari pendengaran al-Qur'an pada waktu turunnya, kerana langit dipenuhi oleh penjagaan yang ketat dan bola bola api pada saat di turunkannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, maka tidak ada satu syaitan pun yang lulus untuk mendengarkan satu huruf pun agar tidak terjadi percampuradukkan.

Hal ini merupakan rahmat Allah kepada hamba-Nya, penjagaan Allah terhadap syari'at-Nya dan dukungan Allah terhadap Kitab dan Rasul-Nya. 

Dari itu patutkah manusia mempertikaikan kemaslahatan hukum Allah akan implikasinya terhadap masyarakat jika diterapkan?
Wallaahu a'alam.
Ref; Tafsir Ibnu Katsir. 

January 26, 2014

Dari dulu Ahlu Sunnah difitnah, dimusuhi.

Bukanlah suatu hal yang asing bagi kita apa yang telah dicatat oleh sejarah tentang cobaan yang dialami oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnu Qayyim, Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahab dan Ahlul Haq seluruhnya pada setiap tempat dan zaman.

Mereka telah difitnah, dizalimi dan di penjara kerana menegakkan al-Haq, mempertahankan as-Sunnah dan membenteras bid'ah. Abu Nashr al-Faqih berkata, "Tiada sesuatu yang lebih berat dan lebih dibenci oleh orang-orang yang mulhid (berpaling dari agama Allah Azzawajal) daripada mendengarkan hadith dan meriwayatkannya dengan sanadnya."  [Aqidah Ash-haabil Hadith, hal.104].

Imam Asy-Syathibi berkata," Tidakkah kamu lihat ahwal (keadaan-keadaan) ahli bid'ah dizaman Tabi'in dan setelahnya? Mereka bercampur dengan para penguasa dan berlindung kepada orang-orang berharta. Sedangkan diantara mereka yang tidak mampu melakukan hal itu bersembunyi dengan bid'ahnya dan melarikan diri dari bercampur dengan orang-orang sekitarnya serta melaksanakan perbuatannya dengan cara taqiyyah (melindung diri dengan kedustaan)."

"Ahli bid'ah apabila dakwahnya tidak berhasil disambut oleh manusia, mereka berusaha (dengan kekerasan, demonstrasi, mengusung orang orang awam) bangkit dengan para pemimpin agar lebih memungkinkan untuk diterima. Maka dari itu, banyak orang yang masuk ke dalam dakwah ini kerana kebanyakkan mereka jiwanya lemah." [Lihat Al-I'tisham karya Imam Asy-Syathibi (1/220)].

Sebagian orang tertipu dengan ahli bid'ah dikeranakan kezuhudan dan kekhusyu'an serta tangisan atau selainnya dari banyaknya ibadah yang mereka lihat pada mereka. Akan tetapi hal ini bukanlah barometer yang benar dalam mengetahui kebenaran. Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menyebutkan sebagian dari sifat mereka;
"Salah seorang di antara kamu merasa hina shalatnya dibanding shalat mereka (ahli bid'ah/Khawarij) dan puasanya dibanding puasa mereka....."
Allahul Musta'an
Dari Syarah Ushulus Sunnah oleh Imam Ahmad.

Ancaman keras bagi mereka yang menentang kebenaran dengan kebathilan.

Allah Ta'ala berfirman; Apakah engkau tidak merasa heran, hai Muhammad, terhadap orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah serta menentang kebenaran  dengan kebathilan, bagaimana  mungkin akal-akal mereka dapat dipalingkan dari hidayah kepada kesesatan?
"Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah, bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?"
[QS. Al-Mu'min:69]


Yaitu, berupa petunjuk dan penjelasan, wahyu yang di bawa oleh para Rasul-rasul Nya.
'Kelak mereka akan mengetahui' Ini adalah merupakan ancaman yang sangat mengerikan dan keras dari Allah Subhanahu Wata'ala kepada orang-orang yang mendustakan dan menentang kebenaran dengan kebathilan. "Ketika belenggu-belenggu dan rantai-rantai dipasang dileher mereka," [QS. Al-Mu'min: 71] yang bersambung dengan belenggu-belenggu di tangan para malaikat Zabaniyah, merek pun diseret diatas wajah-wajah mereka terkadang ke Hamim dan terkadang ke Jahim. Untuk itu Allah Ta'ala berfirman; "Seraya mereka diseret kedalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api." [QS. Al-Mu'min:72]
Tafsir Ibnu Katsir 

January 24, 2014

Doa orang yang bersedih

Orang-orang Mukmin yang sering ditimpa musibah terus menerus berdoa, namun apa yang diharapkannya dari Allah Subhanahu Wata'ala belum dikabulkan. Tatkala putus asa hadir menggoda hati, mereka menjengok hatinya. Jika hati redha dengan takdir dan tak kecewa dengan karunia-Nya, maka biasanya pada saat-saat seperti itulah datang jawaban doa-doa itu.

Saat itulah mereka telah memenangkan imannya atas godaan syaitan. Kesejatian diri mereka pun tampak sebagai buah dari iman. Dalam hal ini Allah telah memberikan isyarat ....."Hingga Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya berkata, "Kapankah datangnya pertolongan Allah?"  [QS. Al-Baqarah: 214]

Kejadian serupa dialami oleh Nabi Ya'qub, tatkala kehilangan anaknya, Yusuf, dia tidak berputus asa dari kemungkinan akan dibuka pintu pertolongan dari Allah. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman tentang keteguhan hati Ya'qub, Allah akan menghadirkan mereka semuanya kepadaku. [Yusuf: 83]. Nabi Zakaria juga berkata tanpa berputus asa, Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, wahai Tuhanku. [QS. Maryam: 4]

Hendaklah kita jangan beranggapan bahwa jawapan dari Tuhan begitu lama datang kepada kita. Akan tetapi, hendaklah kita sedar bahwa Dialah Maharaja, Yang Mahabijaksana dalam mengatur semua urusan, Dialah Yang Mahatahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. 

Ketahuilah, dengan diulurkannya waktu pengabulan doa, Dia sedang menguji Anda, agar tampak sampai mana ketabahan Anda. Dia juga ingin melihat sampai dimana rasa rendah diri Anda dihadapan Nya dan Dia menganugerahkan kebaikan yang sebesar-besarnya atas kesabaran Anda.

Dia menguji kita semua dengan ditundanya jawapan doa, agar kita mampu melawan bisikan dan godaan Iblis. Setiap hal yang saya (Ibnul Jauzi) sebutkan tadi, semoga, akan menguatkan prasangka baik Anda terhadap segala keutamaan-Nya. Dengan dikenai cobaan, orang akan segera menoleh untuk meminta dan berdoa kepada-Nya. Pada saat itulah, ia akan merasa miskin dan fakir di hadapan-Nya Yang Mahakaya! 
Dari: Shaidul Khathir karya Imam Ibnul al-Jauzy

Dakwah Nabi juga dikatakan "memecah belah umat!"

Pada suatu hari Utbah bin Rabi'ah, seorang pembesar kaum Quraisy, datang kemasjid berjumpa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang pada saat itu sedang duduk sendirian. 

Setibanya Utbah pun berkata; "Hai anak saudaraku, sesungguhnya engkau berasal dari golongan kami, dimana aku tahu keluarga dan kedudukan keturunanmu, yang dengannya engkau 'memecah belah' kesatuan mereka, engkau bodohkan akal pikiran mereka, engkau cela sembahan dan agama mereka serta engkau kafirkan nenek moyang mereka yang telah pergi. Dengarkanlah aku, aku hendak mengajukan beberapa hal yang perlu engkau tinjau kembali. Mudah-mudahan engkau menerima sebagiannya."

Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun menjawab; "Katakanlah hai Abu Walid, aku mendengarkan." Lalu Utbah pun menawarkan harta yang banyak, tampuk kepemimpinan, kekuasaan, perubatan, apa saja yang beliau inginkan, mereka sedia menyediakannya asalkan beliau sanggup meninggalkan dakwahnya. Selesai Utbah berbicara baginda pun membaca:

"Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakkan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan." 
[QS. Fushshilat: 3-4]. 
Beliau terus membaca sampai ayat Sajdah, lalu beliau pun sujud. Utbah diam, tersandar mendengarkannya dan keluar menemui kaumnya sambil berkata; "Aku telah mendengar satu perkataan yang demi Allah aku belum pernah mendengarkannya. Demi Allah itu bukanlah sihir, bukan pula sya'ir dan bukan ramalan." Pendek cerita Utbah menyarankan kaumnya membiarkan 'lelaki itu' dengan apa yang disampaikannya, dan jika dia menguasai bangsa Arab, berarti kerajaan dan kehormatan bangsa Quraisy juga. Namun kaumnya tidak mau mendengar dan berkata bahwa Utbah telah disihirkan oleh lisan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Beginilah keadaan saat ini,siapa yang mendakwahkan Islam sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyampaikannya dituduh 'memecah belah' umat, membawa ajaran sesat, di perangi. Islam menjadi asing kerana berbagai pesta bid'ah, lakonan, drama, pementasan, tarian, nyanyian, sudah dianggap sebagai sebagian dari agama lalu pupuslah sunnah....
Allahul Musta'an.
Ref: Tafsir Ibnu Katsir QS; 41:3-4

January 21, 2014

Surat-surat Utsman bin Affan radiyallahanhu, meninggalkan bid'ah !

Tiga hari setelah terbunuhnya Umar bin Khathab radiyallahanhu, Utsman bin Affan radiyallahanhu, dibai'at kan, pada 3 Muharram, tahun 24 Hijrah.
Setelah pembaiatan, beliau mengirimkan surat kepada gubenur di seluruh penjuru, pimpinan pasukan, pegawai zakat, seluruh masyarakat, orang-orang yang mengimani shalat, bendahara Baitul Mal dan seluruh penduduk yang isinya memerintahkan: 

"Berbuat ma'ruf dan melarang berbuat mungkar serta mendorong mereka untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam, mengikuti sunnah dan meninggalkan perbuatan bid'ah."
Dari; Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung oleh Ibnu Katsir.


January 20, 2014

Petunjuk yang paling sempurna.

Petunjuk yang paling sempurna adalah petunjuk Rasulullah, kerana beliau memenuhi hak Islam dan ihsan. Dengan kesempurnaan, cita-cita dan kebersamaan nya dengan Allah beliau menegakkannya hingga kakinya bengkak, berpuasa hingga dikatakan tidak pernah berbuka, berjihad dijalan Allah, bergaul dengan para sahabatnya tanpa menjaga jarak dengan mereka, tidak meninggalkan amalan sunnah dan keutamaan-keutamaan lain yang tidak kuasa dilakukan oleh manusia biasa.

Allah Subhanahu Wata'ala memerintahkan para hamba-Nya untuk menegakkan syariat Islam dalam lahir mereka dan hakikat iman dalam batin mereka. Tidak diterima salah satu dari keduanya bila tidak saling melengkapi. Dari itu amalan mesti ikhlas dan mengikuti syariat yang telah di tetapkan.
Al-Fawa'id; Ibnu Qayyim.

Mutiara Ibnul Qayyim

"Hati tidak pernah lepas dari pikiran, baik dalam urusan akhirat, kemaslahatan dunia, maupun kehendak dan cita-cita masa depan."
(Dari itu) sibuk kan pikiranmu dalam bidang ilmu pengetahuan dan merenungkan ketauhidan, hak-hak Allah, tentang kematian dan sesudahnya hingga masuk kedalam shurga atau Neraka, tentang penyakit, amal dan cara perlaksanaannya. Tentang keinginan, maka hendaklah kamu menyibukkan dirimu dengan keinginan yang bermanfaat dan membuang keinginan yang membahayakan kamu.
Al-Fawa'id karya Ibnu Qayyim

January 19, 2014

Kapan terlepas dari tanggungan Allah dan tanggungan Rasul-Nya?

"Barangsiapa yang membantu kebathilan untuk melenyapkan kebenaran dengan kebathilan itu, berarti dia telah bebas dari tanggungan Allah dan tanggungan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam." Ibnu Abbas.

Peringatan pada penolak kebenaran dan penggujat tanpa dalil

"Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu. (Yaitu) orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) disisi Allah dan disisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. "
[QS. Al-Mukmin: 34-35]

Yaitu, mereka yang mendustakan Rasul-rasul Allah sepanjang zaman, seperti kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan umat-umat sesudah mereka.

Peringatan keras bagi orang-orang yang menolak kebenaran dengan kebathilan dan memperdebatkan hujjah tanpa dalil, padahal hujjah yang dijauhkan kepada mereka berasal dari Allah Ta'ala. Maka, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla sangat memurkai hal tersebut; "Amat besar kemurkaan (bagi mereka) disisi Allah dan disisi orang-orang beriman." Yaitu orang-orang beriman pun memurkai orang yang bersifat seperti ini. Kerana orang begini telah ditutupi hatinya oleh Allah, sehingga dia tidak mengetahui yang ma'ruf dan tidak mengingkari yang munkar.
Untuk itu Allah Tabaaraka wa Ta'ala berfirman: 
"Demikian Allah mengunci mata hati orang yang sombong." Yakni sombong untuk mengikuti kebenaran.
Allahul Musta'an
Tafsir Ibnu Katsir ;40:34-35.

January 18, 2014

Syafa'at hanya terlaksana dengan dua syarat.

'Katakanlah milik Allah syafa'at itu semuanya. Bagi-Nya kerajaan langit dan kerajaan bumi.'  
[QS. Az-Zumar:44]

Tidaklah ada syafa'at kecuali setelah diizinkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala;
'Siapakah yang dapat memberi syafa'at disisi Allah tanpa izin-Nya?" [QS. Al Baqarah:255-]

Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak akan dapat memberi syafa'at kepada seseorang kecuali setelah diberi izin oleh Allah, sebagaimana Allah Subhanahu Wata'ala firman kan; 
"Dan mereka tidak bisa memberi syafa'at kecuali kepada siapa yang Allah ridhai."[QS. Al-Anbiyaa: 28]

Dan Dia tidak akan ridha kecuali hanya kepada "tauhid", sebagaimana Allah firman kan;
"Barangsiapa mencari agama selain Islam maka sekali-kali tidak akan diterima (agamanya itu)".   [QS. Ali 'Imran: 85]

Dari itu syafa'at tidak terlaksana kecuali dengan dua syarat:- 

PERTAMA: Allah izinkan baginya memberi syafa'at;
"Tidaklah dapat memberi syafa'at disisi Allah tanpa izin-Nya."  [QS. Al Baqarah: 255]

KEDUA: Allah meridhai yang memberi syafa'at dan yang diberi syafa'at. Dalilnya firman Allah Subhanahu Wata'ala;
"Pada hari itu tidak guna syafa'at kecuali (syafa'at) orang yang diberi izin oleh Allah Maha Pemurah, dan Dia ridhai perkataannya."  [QS. Thalaq: 109]
Dan firman Allah Subhanahu Wata'ala; 
"Dan mereka tidak memberi syafa'at kecuali kepada orang-orang yang diridhai Allah dan mereka berhati-hati kerana takut kepada-Nya."  [QS. Al Anbiya: 28]
Dan yang Allah ridhai hanyalah tauhid dan Allah tidak meridhai kekafiran sebagaimana firman-Nya;
"Jika engkau kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya, dan jika engkau bershukur niscaya Dia meridhai keshukuranmu itu." [QS. Az Zumar: 7]

Apabila Allah tidak meridhai kekafiran maka sesungguhnya Dia tidak akan memberikan syafa'at bagi orang kafir.
Allah memang telah mengizinkan Nabi-Nya untuk memberi syafa'at, tetapi Dia melarang berdoa memohon kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana firman-Nya;
"Maka janganlah engkau menyeru kepada seorang pun dalam ibadahmu disamping (menyeru) kepada Allah."  [QS. Al Jin: 18]
Allah juga mengizinkan kepada selain Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk memberi syafa'at sebagaimana dalam riwayat yang shahih dijelaskan bahwa malaikat, para wali-wali Allah dan Afrath (kanak-kanak yang lahir mati) juga diizinkan memberi syafa'at. "Lalu apakah kamu mengatakan sesungguhnya Allah telah memberi kepada mereka itu hak memberi syafa'at, dan saya memohon syafa'at itu kepada mereka?" 

Maka apabila engkau menyeru kepada selain Allah untuk memberi syafa'at kepadamu maka takutlah pada ayat diatas.....
Allahul Musta'an.
Petikan dari Syarah Kasyfu Syubuhat karya Syaikh Utsaimin. Cetakan pertama 2004, Media Hidayah.

January 17, 2014

Hukum yang dalilnya lebih banyak dan jelas....

"Di dalam Kitabullah tidak ada hukum yang dalilnya lebih banyak dan lebih jelas melebihi hukum ini;  Al-Wala' wal Bara', setelah diwajibkannya tauhid dan diharamkan syirik."
~ Syekh Hamd bin Atiq rahimahullah~

Solusi kepada semua permasalahan...

Bila ada sesuatu permasalahan, Allah Subhanahu Wata'ala menyuruh hamba-Nya kembali kan  semua masalah itu kepada Dia dan Rasul-Nya sebagaimana firman-Nya,"dan jika kalian berselisih akan segala sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya”  
Sungguh telah ada pada Rasululah itu suri tauladan yang baik…”

Jadi solusi sesuatu perkara itu dikembalikan pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika ada tauladan dari beliau, ataupun dari sahabat beliau, sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam sudah memperingatkan umatnya; “Barangsiapa yang panjang umurnya maka dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin…”  [HR. Abu Daud]
".....  Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan maka mereka mengikuti sebagian ayat- ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari -cari takwilnya....." [QS. Ali Imran: 7]

Perkara-perkara yang tidak di buat oleh generasi gemilang dahulu atau ditinggalkan oleh mereka  menunjukkan ia tidak ada kebaikannya atau syariat untuk membuatnya. Kerana  yang "Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah...." [QS. Al-An'aam:57]

Jadi jika tidak ada tauladan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, para sahabat maupun  pun Tabi'in, Ahlus Sunnah wal Ja'maah berpendapat bahwa "Setiap perbuatan dan ucapan yang tidak ada dasarnya dari Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah bid'ah, kerana bila hal itu baik, niscaya mereka akan lebih dahulu melakukannya daripada kita, sebab mereka tidak pernah mengabaikan suatu kebaikan pun kecuali mereka telah lebih dahulu melaksanakannya " [Lihat tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Ahqaaf: 11]
Lalu ”Apa yang di berikan Rasul kepadamu, maka terima lah dia. Dan apa yang di-larang nya bagimu, maka tinggalkanlah....."  [QS. Al-Hasyr: 7]
Allahul Musta'an.

January 16, 2014

"Tunjukkan lah bukti kebenaranmu."

Setiap kelompok mengaku bahwa merekalah satu-satunya kelompok yang selamat. Maka Allah Subhanahu Wata'ala mendustakan mereka dengan firman-Nya;
"Katakanlah, 'Tunjukanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar."
[QS. Al-Baqarah:111]

Kemudian Allah Azzawajalla menerangkan yang benar dengan firman-Nya;
"(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan." [QS. Al-Baqarah: 112]

Termasuk dari perilaku orang-orang Jahiliyyah adalah, bahwa setiap firqah (kelompok) mengaku bahwasanya mereka berada diatas kebenaran, sedangkan yang lainnya batil. Hal ini terjadi pada Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang serupa dengan mereka.
"Dan mereka berkata, 'Tidak akan masuk shurga kecuali orang Yahudi atau Nasrani"
[Al-Baqarah:111]
Mereka membatasi hidayah dan masuk shurga hanya dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Dan yang semisal dengan mereka adalah kelompok-kelompok yang sesat. Setiap kelompok mengaku bahwa dirinya lah yang paling benar, dan selainnya batil. Masing-masing kelompok mengaku bahwa kelompoknya lah akan mendapatkan keselamatan. Berkaitan dengan perkara ini, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda;

"Umat ini akan berpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali satu."
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menjelaskan tentang tanda yang membedakan, ketika para sahabat bertanya, "Siapa mereka itu wahai Rasullullah?" Maka beliau menjawab,
"Siapa saja yang seperti aku dan para sahabatku."
[HR.Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Di shahihkan oleh Al-Albani dlm Shahih Al-Jami']

Oleh kerana itu Allah Ta'ala berfirman;
"Katakanlah, 'Tunjukkanlah bukti kebenaranmu." [Al-Baqarah:111]
Maksudnya: "Datangkanlah dalil kalian atas apa yang kalian katakan, bahwasanya tidak akan masuk shurga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.

Ini hanyalah pengakuan yang tidak akan diterima kecuali dengan dalil, "Menyerahkan diri kepada Allah." [Al-Baqarah:112]
Maksudnya: Mengikhlaskan agama hanya untuk Allah Azzawajala dan selamat dari kesyirikan.
"Sedang ia berbuat kebajikan." [Al-Baqarah:112]
Maksudnya: Mengikuti SUNNAH Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Barangsiapa yang memenuhi dua syarat ini maka amal perbuatannya akan diterima.
[Lihat Tafsir Ibnu Katsir] Amal perbuatan yang diterima harus memenuhi dua syarat ini.
Dengan demikian Allah Azzawajalla berfirman, "(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan" (Al-Baqarah:112), maka ini adalah manhaj yang selamat. Barangsiapa berada di atasnya niscaya ia termasuk golongan yang selamat. Kerana Nabi shallallahu alaihi wassalam bersabda, "Siapa saja yang seperti aku dan para sahabatku."

Hadith ini merupakan batasan dari sunnah, sedangkan ayat diatas merupakan batasan dari Al-Quran. Maka barangsiapa yang menginginkan shurga, hendaklah ia mengikhlaskan amalannya hanya untuk Allah dan sesuai dengan sunnah, serta menjauhi segala perbuatan bid'ah dan perkara-perkara baru yang tidak ada keterangan dari Allah Azzawajal (dan Rasul-Nya).
Allahul Musta'an.
Dinukil dari kitab, judul asli, 'Syarh Masa 'ilul Jahiliyyah' penulis Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi;  pensyarah; Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan. (Perilaku & Akhlak Jahiliyyah).

January 15, 2014

Nasihat penting Ibnul Jauzy: Lihat dari siapa kamu mengambil ilmu

Sesungguhnya jalan yang paling tepat adalah jalan salaf yang ditempuh kaum salaf. 

Salah satu yang dapat kita contohi adalah Ahmad bin Hanbal. Akan tetapi, saya (Ibnul Jauzy) berharap Anda tidak membatasi diri dengan berpegang pendapat orang-orang yang tertentu. Oleh kerana itu, jangan sekali-kali, jika Anda dengar perkataan seseorang yang Anda kagumi, lantas mengikutinya tanpa berfikir lebih jauh tentang bagaimana kualitas pemikirannya tentang agama.

Dikhawatirkan, pemikiran-pemikiran belum tentu sejalan dengan kaidah pokok ajaran agama. Saat itulah Anda hendaknya jujur mengatakan bahwa itu adalah perkataan seorang periwayat- kerana tidak mungkin seorang imam akan mengatakan sesuatu berdasarkan akalnya semata. Hendaknya Anda menghindari sikap taklid terhadap sesiapapun, meski orang yang Anda ikuti adalah yang namanya termashur ditelinga awam. Hal ini sangat penting. Jangan sampai Anda tertipu dengan kebesaran seseorang sehingga membutakan akal dan mata hati Anda.

Yang ingin saya (Ibnul Jauzy) tegaskan adalah bahwa agama kita sudah lurus dan benar. Akan tetapi beberapa kalangan telah mencemarinya sehingga dampaknya pun kita rasakan. Banyak orang telah masukkan hal hal yang tidak jelas kedalam agama kita, sebaliknya mereka malah meninggalkan, melupakan, bahkan menggoyahkan sendi-sendi penting dari agama Islam. Celakanya mereka menganggap apa yang mereka kerjakan sebagai kebenaran yang justru akhirnya membuat manusia semakin jauh tersesat jalan yang benar.
Petikan dari Shaidul Khathir oleh Ibnul Jauzy.

January 13, 2014

Apabila fitrah seseorang telah rusak....

Apabila fitrah seseorang telah rusak, maka ia tidak dapat menerima kebenaran. Sebagai contoh adalah tanah. Apabila telah rusak dan menjadi lahan tandus, maka tanaman tidak akan bisa menumbuh. Demikian pula hati manusia, tertutupnya hati mereka itu disebabkan oleh kekufuran mereka, ke-engganan menerima kebenaran. [Perilaku & Akhlak Jajiliyah oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi]

Maka barangsiapa yang tidak mahu menerima kebenaran, niscaya Allah mengujinya dengan kebatilan. Sehingga setelah itu dia tidak mau menerima kebenaran, kerana kebatilan itu telah merusak hatinya. Wal 'iyyadzu billah.

Imam Hasan bin Ali al-Barbahari (w.329H) berkata, "Waspadalah kamu terhadap perkara-perkara baru (dalam agama) yang kecil, kerana bid'ah-bid'ah kecil itu jika sering dilakukan maka akan menjadi besar. Demikian pula setiap bid'ah yang diada-adakan dalam umat ini asal mulanya kecil menyerupai al-haq, lalu orang-orang yang masuk ke dalamnya menjadi tertipu, kemudian dia tidak bisa keluar darinya, sehingga hal itu (seakan-akan) menjadi suatu perkara agama yang harus ditaati, maka ia pun menyimpang dari jalan (yang benar) lalu keluar dari Islam. Maka perhatikanlah setiap orang yang kamu dengarkan ucapannya, khususnya dari orang-orang yang hidup pada zamanmu, maka janganlah kamu tergesa-gesa dan masuk kedalamnya sehingga kamu bertanya  dan meneliti terlebih dahulu, apakah ada seorang sahabat nabi atau seorang ulama yang membicarakan perkara itu. Maka jika kamu mendapatkan atsar (riwayat) dari mereka yang membenarkannya, maka berpengang teguhlah dengannya dan jangan meninggalkannya. Jangan pula memilih jalan selainnya kerana kelak kamu akan jatuh kedalam api Neraka. [Syarhus Sunnah, karya al-Barbahari, hal.68]
Allahul Musta'an. 
Ref: Syarah Ushulus Sunnah, oleh Imam Ahmad bin Hanbal

Mutiara kata Imam Malik yang patut ditulis dengan tinta emas.

"Barangsiapa membuat perkara baru dalam urusan umat ini yang tidak pernah berada di-atasnya generasi pertama umat ini, maka ia telah mengira bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkhianat dalam menyampaikan risalah Allah Subhanahu Wata'ala. "

Maka perkara-perkara yang bukan termasuk urusan agama pada waktu itu, berarti bukan termasuk urusan agama pula pada zaman sekarang ini.

Keadaan akhir umat ini tidaklah menjadi baik kecuali dengan apa yang membuat generasi pertama umat ini menjadi baik."
Mutiara kata Imam Malik yang patut ditulis dengan tinta emas.

(Syarah Ushulus Sunnah; Imam Ahmad bin Hanbal.)

January 12, 2014

Mengapa sukar meninggalkan amalan ini!

Setiap tahun pada bulan Rabi'ul Awal ramai da'i, dan hampir semua Lembaga masjid akan menganjurkan perayaan peringatan Maulid Nabi shallallahu alaihi wassalam dengan berbagai acara. Sehingga sangat sukar mencari masjid-masjid yang kira-kira imamnya tidak 'berkhutbah' tentang pentingnya memperingati Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan penyambutan maulid sebagai tanda cinta terhadap beliau.
Jika mandi Safar dapat dihapuskan amalannya dari masyarakat kita, tetapi Mengapakah perayaan maulid maseh tetap tersebar ? 
1) Kerana ramai 'ulama' "lemah dan tidak aktif" dalam membasmi bid'ah yang sesat. Sementara orang-orang yang awam, bila mereka melihat seorang alim mendiamkan suatu perkara, maka mereka akan menduga bahwa perkara itu tidak menyalahi syari'at.
Lebih parah bila ada sebagian ulama lebih mementingkan duniawi daripada kebaikan ukrahwi, berusaha meraih tampuk kepimpinan atas orang-orang lalai dan jahil yang menduga bahwa setiap amalan itu dibolehkan walaupun tidak ada syariatnya. Mereka justru mempromosikan bid'ah-bid'ah itu dengan menggambarkannya sebagai perkara yang baik. Kita sering lihat berbagai aktiviti sempena Maulid Nabi, diadakan untuk digunakan untuk mengumpul dana. 
Apalagi bila dianjurkan oleh pada 'agamawan' dan badan badan masjid. Jika orang 'alim' yang dijadikan panutan mengamalkan bid'ah siapa lagi yang mengamalkan sunnah! 
2) Para penguasa pula membangun, mendukung, mendorong dan menyebarkan bid'ah kerana sesuatu yang baru dalam agama itu sesuai dengan hawa nafsunya. Seandainya para peguasa tidak menyokong bid'ah tersebut, tentu keadaannya tidak separah ini dan tentu tidak akan tenggelam Sunnah, dan terdzalim para asatizah yang menegakkan Sunnah (kerana tersekat dakwah-nya), hanya kerana mereka mengingkari bid'ah tersebut. Sejak dahulu hingga sekarang, ramai sekali penguasa yang mengusung bid'ah untuk menjauhkan manusia dari agamanya yang benar. 
3) Bid'ah berubah menjadi kebiasaan sehingga sulit untuk melepaskannya diri darinya, kecuali dengan usaha yang amat keras dan hidayah.
4) Kesesuaian bid'ah dengan hawa nafsu dan tabiat manusia. 
Kasihankan lah Umat ini!  Mereka bersemangat ingin mendapatkan keredha'an dari Allah Azzawajalla. Jika diluar masjid sudah sering di tipu oleh beraneka macam penipuan, malah masuk ke masjid juga tertipu. 
"Katakanlah: 'Apakah akan Kami beritahu kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?' Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya."  [QS. Al-Kahfi: 103-104]
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuredhai Islam itu menjadi agamamu...." [QS. Al-Maaidah:3]
Fikirkan lah, Tidakkah cukup nikmat Allah dengan apa yang sudah di ajarkan oleh Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam? 
Allahul Musta'an.
Ref: kutipan dari; Menyoal Rutinas Perayaan Bid'ah sepanjang tahun; karya Abdullah bin Abdul Aziz at-Tuwaijiri . Dengan tidak mengubah maknanya.

Sikap Salafush Shalih terhadap bid'ah dan peringatan terhadap bahayanya!

1). Ucapan Abdullah bin Mas'ud radiyallahanhu: "Mencukupkan diri dengan melakukan sunnah Nabi lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melakukan bid'ah." (a)
"Ikutilah sunnah dan janganlah berbuat bid'ah kerana sesungguhnya sunnah Nabi sudah cukup bagi kalian." (b)

2). Ucapan Abdullah bin Abbas radiyallahanhu: "Tidaklah datang satu masa kepada umat manusia, melainkan mereka akan membuat-buat bid'ah dan mematikan sunnah, hingga maraklah bid'ah dan pupuslah sunnah. (c)

3). Perkataan Mu'az bin Jabal radiyallahanhu: "Sesungguhnya di hadapan kalian akan muncul fitnah-fitnah, sedangkan pada saat itu harta melimpah ruah dan al-Quran pun di baca oleh orang Mukmin dan orang munafik, laki-laki dan perempuan, dewasa dan anak-anak, orang merdeka dan hamba sahaya. Hampir tiba masanya seseorang berkata, "Mengapa orang-orang tidak mau mengikutiku, padahal aku membaca al-Quran? Sungguh, mereka tidak akan mengikutiku, hingga aku mengada-adakan selain al-Quran untuk mereka.' Hati-hatilah kamu terhadap apa yang di ada-adakannya itu, kerana apa yang diada-adakannya itu merupakan kesesatan. Aku peringatkan kalian terhadap bahaya penyimpangan orang yang 'alim dari kebenaran. Sebab terkadang, syaitan mengucapkan kalimat kesesatan melalui lisan orang yang berilmu itu: begitu pun sebaliknya, terkadang pula orang munafik mengucapkan kalimat kebenaran." (d)

Demikianlah jelas dan nyatalah sikap ulama Salaf terhadap bid'ah, yaitu mereka berupaya memperingatkan umat Islam dari bahayanya dan berusaha sekuat tenaga berpegang teguh pada as-Sunnah. Kerana alasan inilah Sufyan at-Tsauri dan ulama lainnya, menegaskan bahwa 'BID'AH lebih di sukai Iblis daripada maksiat.' Sebab, seseorang sangat sulit untuk bertaubat dari bid'ahnya, sedangkan tidaklah sulit baginya untuk bertaubat dari maksiat." (e)
Allahul Musta'an 
Re: 
(a) Atsar riwayat al-Hakim dlm al-Mustradak (I/103), Kitab al-Ilmi. Al-Hakim berkata."Hadith ini bersambung sanadnya serta berdarjat shahih sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim. Hanya saja mereka tidak mengeluarkannya.
(b) Atsar ini diriwayatkan ad-Darimi dlm Sunan-nya (I/69), dan di cantumkan oleh al-Haitsami dalam Majmaauz Zawaa-id (I/181). Al-Haitsami berkata: "Atsar ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam al-Kabiir, dan para perawinya adalah orang-orang yang terdapat dalam kitab ash-Shahih."
(c) Al-Haitsami berkata dalam Majmaa'uz Zawaa-id (I/188): "Atsar ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam al-Kabiir, dan para perawinya adalah orang-orang yang dianggap tsiqah. Atsar ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Wadhah dalam al-Bida-u wan Nahyu'anhaa (hlm.38)."
(d) Atsar Abu Dawud dalam Sunan-nya (V/17), Kitab "as-Sunnah", secara mauquf (sanadnya sampai kepada para sahabat) hingga ke Mu'az. 
(e) Thabaqaat Ibnu Sa'ad (VI/371-374) dan Taqriibut Tahzib. (I/311, no. 312).

January 11, 2014

Tidak boleh ambil fatwa luar negeri?

Ada yang mengatakan kita tidak boleh mengambil fatwa daripada luar negeri sebab keadaan kehidupan mereka  berbeza dengan kondisi masyarakat kita yang berbilang bangsa dan agama.

Ini tidaklah sepertimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya, beliau shallallahu alaihi wassalam pernah menghantar Mu'aath bin Jabal ke Yemen untuk berinteraksi dan berdakwah kepada orang-orang Yemen, walaupun Mu'aath  tidak pernah tinggal di Yemen.

Nabi shallallahu alaihi wassalam juga telah menghantar rombongan (para sahabat) dengan membawa risalah agung, Islam, kepada raja-raja dan pembesar-pembesar di merata tempat. Beliau tidak menyuruh sahabatnya merisik dahulu, keadaan kehidupan penduduk itu sama ada Islam dan syariat-Nya sesuai untuk diterapkan atau tidak.

Ini menunjukkan bahwa pokok agama Islam itu universal dan mengakar di seluruh pelusuk dunia, buah hukumnya berlaku sama di semua tempat. Sebab matahari yang menyinar dan hujan yang membasah bumi, datang dari sumber yang sama.
Sesuatu yang haram di negeri lain, tidak menjadi halal dinegeri kita.  Allahul Musta'an.  

Berikut ini di lampirkan Fatwa berkenaan maulid yang maseh ramai pertikaikan, walaupun hukum sudah jelas . Dipetik dari laman: alifta.net 
Pertanyaan 1: Tentang hukum merayakan maulid Nabi Shallallahu `alaihi wa Sallam. Di dalam acara ini orang-orang berkumpul dan membicarakan tentang kehidupan Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Sallam. Mereka menunaikan salat, menyebut sifat-sifat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan menyampaikan salam kepada beliau dengan kalimat yang mereka hafal secara sempurna. (Lihat bentuk-bentuk salam yang mereka kuasai. Mereka berdiri, meletakkan lengan mereka di atas dada, dan menyampaikan salam kepada beliau dengan bacaan yang sangat mereka hafal).
Jawaban 1: Merayakan maulid Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak dibolehkan. Sebab, itu merupakan bidah yang dibuat-buat dan tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, para khulafaurrrasyidin, dan para ulama di tiga abad (pertama) yang terbaik.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.
Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa no.7136 bag.3 halaman 6.
AnggotaAnggotaWakil Ketua KomiteKetua
Abdullah bin Qu'udAbdullah bin GhadyanAbdurrazzaq `AfifiAbdul Aziz bin Abdullah bin Baz

January 10, 2014

Kebenaran akan mendapat pertolongan dan ujian.

Ibnu Qayyim rahimahullah pernah berkata, "Kebenaran itu akan mendapatkan pertolongan dan ujian. Oleh kerana itu janganlah engkau hairan, kerana ini telah menjadi sunnahtullah Yang Maha Pengasih." 

Jadi tidak boleh berputus asa, wajib bersabar dan selalu mengharap datangnya pahala bagi orang-orang yang bertakwa. Harapan seperti ini akan menjadi pendorong yang kuat bagi kelangsungan dakwah. Sebaliknya sikap putus asa menyebabkan kelemahan dan kemalasan dalam berdakwah. 
[Syarah Kasyfu Syubuhat; Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.]

Fatwa mengenai berlakon sebagai Nabi dan Rasul.

Pertanyaan: Setelah mengucapkan salam dan penghormatan. Saudaraku, Syaikh Abdul `Aziz bin Baz, karena saya adalah seorang sutradara dan penulis skenario film dan drama , belakangan ini saya berfikir untuk membuat film baru dengan judul “Lelaki dari Babilonia". Skenario (cerita dan dialog) film ini bercerita tentang Nabi Ibrahim al-Khalil. Tentu saja, skenario ini saya buat setelah membaca buku yang dikarang oleh beberapa penulis dari Tunisia dan beberapa negara Arab lain. 
Jawaban: Tidak boleh memerankan para nabi dan rasul yang meniscayakan pengambilan gambar dalam kisah mereka, karena dapat mengakibatkan banyak kemudaratan. Komite Ulama Senior di Kerajaan Arab Saudi telah mengeluarkan keputusan yang menjelaskan bahwa hukum melakukan hal itu adalah haram.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.
Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa (no. 4050) 
AnggotaAnggotaWakil Ketua KomiteKetua
Abdullah bin Qu'udAbdullah bin GhadyanAbdurrazzaq `AfifiAbdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Sumber: alifta.net
Jika membuat film saja (mengenai para Nabi dan Rasul) di larang, bagaimana pula mengadakan pementasan drama memerankan para nabi dan rasul di masjid-masjid. Allahul Musta'an.

January 7, 2014

Apabila hijab menjadi fitnah.

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat di tipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu ayahmu dari shurga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya."      [Al-A'raf :27]

Syaitan telah berhasil menerapkan strateginya dengan berbagai tipu daya dan sasaran yang mudah dan berkesan baginya ialah pada pakaian para wanita. Yaitu melalui celah-celah pintu yang disukai wanita, perhiasan, (pakaian) sehingga ia berhasil mengubah, menyelewengkan makna 'hijab' sebenarnya.[Awas di Telanjangi Syaitan; karya Adnan Ath-Tharsyah.]
jilbab gaul
Hijab itu adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya . Berhijab itu satu kemuliaan bagi wanita muslimah, pelindung diri dari mata-mata yang jahat dan orang-orang yang ada penyakit di hatinya.  Hijab itu haya’ (rasa malu). 
Tetapi sangat di sayangkan jika kita lihat fenomena hijab hari ini. Hijab yang sepatutnya berfungsi sebagai pelindung, penghalang dari fitnah, ternyata sudah melenceng dari maksud sebenarnya turun ayat hijab itu. Sebaliknya hijab berkembang  dengan berbagai macam model dan variasi baik dari segi pemakaiannya maupun dari segi model hijab tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hijab memiliki daya tarik dikalangan wanita bukan kerana memenuhi syariat Islam, tetapi para wanita tertarik memakai hijab kerana 'stigma' negatif (kolot) atau terkebelakang telah ditelan oleh hijab-hijab yang fashionable."

Sehingga berhijab, bukan lagi memenuhi perintah Sang Pencipta, tetapi sebagai satu trend dalam berpakaian. Apalagi dengan adanya fenomena ini, telah berkembang bermacam bisnis penjualan beraneka ragam hijab yang dipanggil sebagai 'busana muslimah' yang tidak Islami yang jauh dari syariatnya.
Hal penting dicermati ialah, sebenarnya hijab itu sendiri untuk memperindah diri dan hati, menghijabi bukan malah memamerkan tubuh indah wanita. Seolah-olah hijab semakin tak terasa keislamannya. 
Mari kita lihat salah satu fashion jilbab sekarang dapat  dikatakan menyerupai pakaian agama lain , dan yang memakai model jilbab seperti ini tidaklah sedikit di kalangan masyarakat :
1 1
Sangat dilarang umat Islam untuk menyerupai suatu kaum. Sumber: nahimunkar.
Semoga Allah Subhanahu Wata'ala melindungi semua wanita muslimah kita dari ditelanjangi oleh syaitan yang sedang banyak melakar sekarang ini. Allahul Musta'an.

Ciri-ciri orang-orang Jahiliyyah menolak kebenaran yang datang dari kelompok lain.

Orang-orang Jahiliyyah (terutama orang-orang Yahudi), tidak mau menerima kebenaran kecuali yang datang dari kelompok mereka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala;

"Mereka berkata, 'Kami beriman dengan apa yang telah diturunkan kepada Kami'." 
[Al-Baqarah:91] Sila lihat tafsir Ibnu Katsir.

Dan hal ini meliputi pula ucapan orang yang mengatakan " Aku tidak akan mengikuti (sunnah Rasulullah) kecuali si Fulan dari kalangan para ulama."

Padahal yang wajib baginya adalah harus menerima kebenaran. Dan tidak fanatik kepada imamnya, gurunya, syaikhnya, atau ustadnya. Sebagaimana hal ini terjadi pada para syaikh terekat sufiyah, dimana para pengikutnya fanatik kepada mereka. Mereka tidak mau menerima kebenaran, kecuali yang dikatakan oleh para syaikh mereka. Dan perkara semacam ini batil. Kerana tidak ada kewajiban mengikuti orang tertentu dari makhluk ini, kecuali mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Barangsiapa mengatakan, "Bahwasanya wajib mengikuti orang tertentu selain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka orang tersebut telah murtad. Wajib bertaubat, jika enggan, maka hukumnya dibunuh, sebagaimana yang ditetapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Kerana orang tersebut telah menjadikan si Fulan itu setara dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Tidak ada seorang pun yang wajib untuk diikuti kecuali beliau. Adapun para imam dan ulama, maka mereka diikuti sebatas yang mencocoki dengan kebenaran. Seandainya mereka terjerumus dalam kesalahan ijtihad, maka tidak diperbolehkan bagi kita untuk mengikutinya. Jumhur ulama dan imam-imam empat, mereka telah  mengatakan, "Janganlah kalian mengambil perkataan dan pendapat kami, kecuali yang sesuai dengan ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. "

Tetapi hari ini bila kita katakan kepada mereka bahwa perkara ini tidak dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka mereka  tidak akan berhenti bahkan terus-menerus berada diatasnya, dan membenci orang yang melarangnya. Ini merupakan suatu bentuk tanaqudh (pertentangan) didalam penyandaran. Mereka bersandar kepada Islam, tetapi di dalam praktik kesehariannya menyelisihi syi'ar yang  agung didalam Islam, ittiba' pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 
Allahul Musta'an.
Dinukil dari kitab, judul asli, 'Syarh Masa 'ilul Jahiliyyah' penulis Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi;  pensyarah; Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan. (Perilaku & Akhlak Jahiliyyah). Dengan sedikit penambahan yang tidak merubah isinya.

January 6, 2014

Sabar yang terberat!

Sabar yang sangat berat adalah apabila ada faktor pendorong dan juga peluang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Ketika dua faktor ini (kemampuan dan kemudahan/kesempatan) menyatu maka bersabar untuk tidak melakukannya adalah sangat berat. 

Sebaliknya, apabila tidak ada dua faktor tersebut maka mudah lah bersabar. Ketika salah satu faktor didapatkan maka bersabar disatu sisi adalah mudah dan sulit disisi yang lain. Orang yang tidak memiliki faktor pendorong melakukan pembunuhan, pencurian, minum keras dan tindakan keji lainnya, pula tidak mudah baginya, maka bersabar untuk hal ini mudah dan gampang. Akan tetapi bagi orang yang faktor pendorongnya kuat dan mudah dilakukan, kesabaran disini sangat berat.

Maka kesabaran penguasa dari bertindak dzalim, kesabaran pemuda dari perbuatan keji, dan kesabaran orang kaya dari kenikmatan harta yang berlebihan, selera dan hobi adalah suatu kedudukan luhur disisi Allah Ta'ala. 

Didalam kitab Musnad Imam Ahmad, disebutkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Tuhanmu kagum kepada pemuda yang tidak berhura-hura."

Dalam sebuah hadith disebutkan tujuh orang yang dipanyungi Allah dalam naungan Arasy-Nya kerana kesabaran yang sempurna dan menanggung kepayahan, yakni : (1) Seorang penguasa  kesabarannya dalam keadilan, kebijakan, kerelaan dan kemarahannya. (2) Pemuda sabar terhadap beribadah disamping melawan hawa nafsunya. (3) Lelaki yang sabar menunggui masjid. (4) Orang yang bersedekah, bersabar menyembunyikan sedekahnya. (5) Orang yang bersabar bila diajak buat mesum walau ada kesempatan. (6) Dua orang yang saling mencintai bila saat berpisah mereka bersabar. (7) Orang yang menangis kerana takut pada Allah, dia bersabar merahsiakannya dari umum.  Semua ini adalah kesabaran yang paling berat. 

Oleh itu hukuman terhadap si tua yang berzina, raja yang pendusta dan orang melarat yang bertingkah adalah lebih berat. Kerana seharusnya mereka mudah untuk bersabar dari keharaman ini sebab faktor pendorong sudah melemah. Jadi ketidaksabaran mereka , padahal dalam keadaan mudah untuk bersabar, adalah satu indikasi pembangkangan dan kecongkakan mereka kepada Allah azza wajalla.

Bersabar dari kemaksiatan lisan dan kemaluan, termasuk kesabaran yang paling berat kerana daya pendorongnya yang kuat dan mudah untuk dilakukan. Apalagi kemaksiatan lisan yang bisa dilakukan pada bila bila waktu saja dengan hanya mengerakkan dua buah bibir.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Mu'adz,
"Tahan lah lisanmu!" Maka Mu'adz bertanya; "Kami ditindak atas ucapan yang kami ucapkan?" Beliau bersabda,"Tidak lah manusia menjungkir kedalam Neraka selain oleh buah manisnya lisan mereka." 
Apalagi bila kemaksiatan lisan ini sudah jadi kebiasaan seseorang, maka sulit bersabar  terhadap lisannya. Ada yang malam ber-qiyamulail, siang hari berpuasa, tetapi meski pun sekejap, kadang dia melepas lisannya dalam menggunjing, mengadu domba.

Jadi, beratnya bersabar dari berbagai bentuk kemaksiatan berbeda-beda sesuai perbedaan kekuatan dan kelemahan faktor pendorongnya. Ali Ibn Abi Thalib radiyallahanhu menyampaikan, "Kesabaran ada tiga: (1) Kesabaran menghadapi musibah, (2) kesabaran menghadapi keta'atan dan (3) kesabaran dari kemaksiatan. Barangsiapa bersabar menghadapi musibah, hingga dapat menolaknya dengan baik, maka Allah mencatat untuknya 300 derajat. Barangsiapa bersabar menjalankan bentuk keta'atan, hingga dilaksanakan sesuai aturan Allah, maka tercatat untuknya 600 derajat. Barangsiapa bersabar dari suatu bentuk kemaksiatan, kerana takut siksa Allah dan kerana berharap pahala disisi-Nya, maka Allah mencatat untuknya 900 derajat. 
Wallahu  a'lam.
Ringkasan dari Sabar & Shukur oleh Ibnu Qayyim