SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

April 29, 2013

Sampai Kemana Batasan Akal Kita?

Allah subhanahuwataala telah menetapkan batas kemampuan akal manusia dalam mengetahui sesuatu, sehingga akal akan berhenti pada batasan tersebut dan tidak dapat melampauinya. Allah tidak memberikan kemampuan kepada akal untuk mengetahui setiap hal yang dicari.

Ilmu Allah itu tiada berbatas, sedangkan ilmu hamba terbatas. Para pemikir ulama/ilmuan sendiri menegaskan bahwa perkara yang bersifat teori tidak mungkin disepakati semua pihak. Hal itu disebabkan perbedaan sudut pandang dan cara berfikir.

Pengatahuan akal itu tidak komprehensif dan tidak menyeluruh. Atas dasar ini, tidak ada seorang pun yang boleh menjamin akal itu tidak keluar dari hukum syariat, hingga akal dianggap menyamai dengan wahyu.

Bukti kekurangan dan keterbasan akal jelas, sedangkan syariat tidaklah demikian. Sebab syariat ini berasal dari sisi Allah, Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui, Yang pengetahuannya meliputi segala sesuatu dan segala sesuatu telah ditetapkan ukurannya disisi-Nya.

Dari itu setiap perkara yang harus dikedepankan ialah syariat dan mengahirkan setiap perkara yang harus diakhirkan dengan akal. Sebab tidak boleh mengedepankan sesuatu yang kurang dan mengahirkan sesuatu yang sempurna.

Selalunya orang yang mendahulukan akalnya akan menggunakan logik dan analogi untuk menghalalkan pendapat mereka yang bertolak belakang syariat.

Imam Ahmad berkata; " Hampir tidak pernah anda jumpa seseorang yang mempelajari logika (lebih mengedepankannya daripada nas), melainkan didalam hatinya terdapat daghal. (penyimpangan)".  Lisaanul Arab (XI/244-245)

Beliau menolak cara Ahlul Bid'ah yang menafsirkan al-Qur'an dengan logika dan takwil mereka, tanpa merujuk kepada sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dan perkataan para Sahabat, serta Tabi'in yakni orang orang yang telah diajarkan tafsir al-Qur'an bahkan telah menyampaikan semua keterangan yang mereka terima dari Nabi shallallahu alaihiwassalam.

Dari itu dalam beragama tidak boleh menurut pendapat tanpa mendukung syariat terlebih dahulu. Tidak boleh mengetepikan nas nas walaupun bertentangan dengan pendapat dan akal manusia.

Mereka yang kedepankan akal sering berkata Allah lebih mengetahui, kita tidak boleh menghukum, biar lah Dia mengadili di akhirat kelak mana yang haram dan halal, di perbolehkan atau tidak, sunnah atau bid'ah dan seterusnya.

Jika semua perkara yang bersangkutan agama pengadilan hanya dapat diketahui di akhirat saja,  buat apa Allah subhanawataala turunkan al-Qur'an dan hadits hadits shahihnya......

Wallahu a'alam

Sumur Ayyub Itu Tidak Benar



Pertanyaan : 
Kami di Mesir memiliki sumur di Saina’ yang konon Nabi Ayyub diperintahkan oleh Allah supaya memasukkan kakinya di dalamnya, ketika diuji dengan penyakit, lalu Allah Subhanahu Wata'ala menyembuhkannya. Ada seorang wanita kami yang terkena penyakit lalu ia hendak pergi ke sumur tersebut untuk berendam di dalamnya, sebagaimana yang dilakukan oleh nabi Ayyub ‘Alaihissalam. Apakah boleh ia mandi di sumur ini untuk mencari kesembuhan, atau ini menjadi kesyirikan dan meminta pertolongan kepada selain Allah ? 

Jawaban : 
Itu tidak benar. Tidak diketahui tempat di mana Ayyub mandi. Oleh karena itu, ia tidak boleh pergi ke tempat yang diduga sebagai sumur Ayyub. 

[Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah, jilid 3, hal. 66] 




April 26, 2013

Tentang Menarik Seseorang ke Shaf Belakang Bila Shaf Depan Penuh

"Apabila salah seorang dari kalian sampai ke shaf yang telah penuh, maka hendaklah menarik seorang dari barisan itu dan menempatkannya disebelahnya. "

Hadits ini Dhaif. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam al- Mu'jam al-Ausath (1/33) dengan sanad dari Hafsh bin Umar at-Rabbali, dari Bisyr bin Ibrahim, dari al-Hajjaj bin Hasan, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas radiyallahu anh'. Ath-Thabrani berkata, "Tidak diriwayatkan dari Ibnu Abbas kecuali dengan sanad ini, dan secara tunggal dikisahkan oleh Bisyr."

Syeikh al-Albani mengatakan, setahu dia, Ibnu Adi mengatakan bahwa Bisyr adalah termasuk dalam deretan perawi pemalsu hadits. Ibnu Habban pun mengatakan hal serupa, bahkan lebih tegas, "Bisyr bin Ibrahim terbukti memalsukan riwayat/hadits."     
Hadits no. 921

Ibnu A'rabi  juga telah mengeluarkan hadits yang sangat dhaif yang bunyinya hampir sama, .

"Tidakkah kamu masuk dalam barisan (shaf), atau kamu menarik seorang untuk salat berdampingan denganmu, atau bila tidak hendaknya kamu salatmu."

Dalam hadits ini dua perawinya Qais bin ar-Rabi' itu lemah, sementara Ibnu Abdawihi lebih dhaif' lagi.
Satu hal yang perlu disinggung, bahwa setelah kita ketahui kedhai'fan riwayat ini maka tidaklah dibenarkan kita menarik seorang dari shaf yang didepan untuk mendampingi kita dalam salat. Sebab bila hal ini di lakukan berarti sama saja membuat aturan sendiri, atau dalam istilah syari berarti mentasyri'kan suatu amalan tanpa berdasarkan nash yang shahih.

Maka wajib bagi orang yang mahu salat untuk bergabung dalam shaf yang ada, jika tidak memungkinkan hendaklah membuat shaf meskipun sendirian, dan dalam hal ini shalatnya dibenarkan atau shah secara syar'i. Wallahu a'alam.
Hadits no. 922

Dari Sisilah Hadits Dhai'f dan Maudu' Jilid 2, Syeikh al-Albani

April 24, 2013

Berhati-hati Terhadap Ucapan "Aku," "Milikku," dan "Padaku"

Hendaklah setiap orang berhati-hati terhadap keangkuhan dalam kata " aku"  "milikku" atau "padaku". Kerana sesungguhnya lafazh ini telah menjadi ujian bagi Iblis, Fir'aun, dan Qarun.

Ucapan "Aku lebih baik darinya " telah menjadi ujian bagi Iblis.
Ucapan "Aku memiliki kerajaan Mesir" menjadi cobaan bagi Fir'aun.
Ucapan "Hanya saja (harta ini) diberikan kepadaku kerana ilmu yang ada 'padaku" menjadi cobaan bagi Qarun.

Penempatan terbaik bagi "aku" dalam kalimat hanya terdapat dalam ucapan hamba, "Aku hamba yang berdosa......" "Aku hamba yang bersalah...." "Aku memohon ampunan...." "Aku mengakui dosa....." dan sebagainya. Sedangkan penggunaan kata "milikku" yang terbaik ada pada ucapan, "Aku memiliki dosa..." "Aku memiliki kejahatan......" "Aku memiliki kemiskinan....." Aku memiliki kefakiran...." dan "Aku memiliki kehinaan." Adapun penggunaan kata "padaku" yang terbaik ada pada perkataan, " Ampunilah aku; kesungguhan dan candaku, kesalahanku yang tidak disengaja, semua itu ada padaku."  

HR. Al-Bukhari (11/165 dan167) Muslim (no.2716) dari hadits Abu Musa al-Asy'ari.
Sumber: Zadul Ma'ad, Jilid 3, oleh Ibnu Qayyim. 

April 23, 2013

Rahsia Doa Yang Sering Dibaca oleh Syeikh Abdurrazzaq hafizhahullah Dalam Setiap Ceramah


Bagi yang memperhatikan ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Syeikh Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr hafizhahullah, senantiasa akan mendengar baik di awal atau di akhir ceramah, beliau menyebutkan doa-doa dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan diantara doa yang beliau sebutkan adalah:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Artinya: “Wahai Allah, perbaikilah agamaku yang ia adalah penjaga perkaraku dan perbaikilah untukku duniaku yang di dalamnya kehidupanku dan perbaikilah akhiratku yang di dalamnya tempat kembaliku dan jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan untukku di dalam setiap kebaikan dan jadikanlah kematian ini sebagai istirahat untukku dari setiap keburukan.” HR. Muslim.
Berkata Ath Thibi menjelaskan hadits ini:
إصلاح المعاد اللطف والتوفيق على طاعة الله وعبادته وطلب الراحة بالموت فجمع في هذه الثلاثة صلاح الدنيا والدين والمعاد وهي أصول مكارم الأخلاق
“Di dalam hadits ini terdapat; perbaikan akhirat, kelembutan dan petunjuk untuk taat dan ibadah kepada Allah dan meminta kenyamanan dengan kematian, maka terkumpullah di dalam tiga perkara ini, kebaikan dunia, agama dan akhirat dan ia adalah pokok dasar dari akhlak yang mulia.” Lihat kitab At Taisir Bi Syarh Al Jami’ Ash Shaghir, karya Al Munawi, 1/441.
Berkata Ash Shan’ani menjelaskan hadits ini:
تضمن الدعاء بخير الدارين
“Doa ini mengandung kebaikan dua kampung(;dunia dan akhirat).” Lihat kitab Subul As Salam, 4/223.
Dan Doa yang sering beliau baca juga adalah, doa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi:
اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Wahai Allah, dengan rahmat-Mu aku berharap , janganlah sandarkan diriku kepadaku walau sekejap matapun dan perbaikilah keadaanku seluruhnya, sungguh tiada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau.” HR. Abu Daud dan Ahmad.
Berkata Al Munawi menjelaskan hadits ini:
(دعوات المكروب) أي المغموم المحزون أي الدعوات النافعة له المزيلة لكربه والكرب بفتح فسكون ما يدهم المرء مما يأخذ بنفسه ويغمه ويحزنه (اللهم رحمتك أرجو فلا تكلني إلى نفسي طرفة عين وأصلح لي شأني كله لا إله إلا أنت) ختمه بهذه الكلمات الحضورية الشهودية إشارة إلى أن الدعاء إنما ينفع المكروب ويزيل كربه إذا كان مع حضور وشهود ومن شهد لله بالتوحيد والجلال مع جمع الهمة وحضور البال فهو حري بزوال الكرب في الدنيا والرحمة ورفع الدرجات في العقبى
“Maksud dari “Da’awatul Makrub” adalah doanya seorang yang resah dan sedih yaitu doa-doa yang bermanfaaat untuknya menghilangkan kesulitan yang menyulitkan dirinya, meresahkan dan menyedihkannya.
Maksud dari “اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ”adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengakhiri doa ini dengan kalimat-kalimat yang hadir dan dalam bentuk menyaksikan (yaitu dengan redaksi perkataan yang seakan berbicara langsung kepada Allah), hal ini adalah menunjukkan bahwa doa hanya akan bermanfaat untuk seorang yang dalam kesulitan dan akan menghilangkan kesulitannya, jika bersamaan dengan sikap hadir dan kesaksian, barangsiapa yang bersyahadat untuk Allah dengan mentauhidkan dan mengagungkan-Nya yang disertai dengan terkumpulnya tekad dan hadirnya hati, maka diharapkan dengan sangat lenyapnya kesulitan di dunia serta mendapatkan rahmat dan pengangkatan derajat di akhirat.” Lihat kitab Faidh Al Qadir, 3/702.
Sungguh pemilihan doa yang jitu, karena di dalam dua doa ini terdapat:
  1. Meminta kebaikan dalam beragama karena jika beragama baik maka akan berpengaruh kepada kebaikan dalam perkara dunia dan jika perkara beragama dan dunia baik maka dengan rahmat Allah akan mendapat kehidupan akhirat yang baik.
  2. Meminta kebaikan dunia akhirat yang setiap makhluk sangat menginginkannya
  3. Meminta dijauhkan dari setiap resah, gundah, galau, sedih karena manusia hidupnya tidak lepas dari resiko, bahaya dan ujian.
Jazakumullah khairan wahai Syeikh Abdurrazzaq wa hafizhakum, telah mengajarkan sunnah kepada kami umat Islam dengan tingkah lakumu bukan hanya dengan perkataanmu.
Sumber: Dakwahsunnah.com ;  Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Senin, 12 Jumadats Tsaniyah 1434H, Damma

April 22, 2013

'Allaahumma ajirni minan-naar' - Shahih atau Dhaif?

"Apabila kamu usai melakukan shalat subuh, sebelum berbicara dengan seseorang, ucapkanlah, 'Allaahumma ajirni minan-naar (Ya Allah, lindungilah aku daripada api Neraka)' sebanyak tujuh kali, maka jika kamu meninggal dunia pada hati itu niscaya Allah akan menetapkan untukmu perlindungan dari api Neraka. Apabila kamu selesai melakukan shalat maghrib, ucapkan seperti itu, kerana jika kamu meninggal dunia pada malam itu niscaya Allah menetapkan untukmu perlindungan dari api Neraka."

Hadits No. 1624

Hadits ini Dhaif. Diriwayatkan oleh al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Nataijul Afkar (I/162/1-2) dari jalan al-Harits bin Muslim bin al-Harits at-Tamimi, dari ayahnya. Al-Hafiz menyebutkan bahwa sebagian perawinya membalik nama al-Harits bin Muslim dan ayahnya dengan mengatakan dari Muslim ibnul Harits dari ayahnya, lalu dia meriwayatkannya.

Syaikh al-Albani mengatakan mudah- mudahan Allah memberi rahmat kepada al-Hafiz kerana sibuknya mentahkik pendapat tentang nama sahabat yang bersangkutan, dia lupa menjelaskan keadaan anaknya yang meriwayatkan hadits ini darinya, padahal anaknya inilah yang menjadi cacatnya hadits ini, menurut pendapat beliau kerana dia tidak dikenal. Menganggap haditsnya hasan itu adalah tindakan yang menyimpang jauh dari kaidah ilmu hadits.


Sila semak penerangan lanjut dari Sisilah Hadits Dha'if dan Maudhu' Jilid 4, No1624.

April 21, 2013

Makna Zuhud disisi Salaf

Manusia hanya membicarakan tentang "zuhud" dan semuanya mengisyaratkan kepada perasaannya, menceritakan tentang keadaan dan penyaksiannya, maka kebanyakkan ibarat-ibarat kaum itulah ialah tentang perasaan-perasaan dan keadaan-keadaan mereka, dan perkataan dengan lisan ilmu; lebih luas daripada perkataan dengan lisan perasaan, serta lebih kepada hujah dan dalil.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Zuhud meninggalkan apa yang tidak berfaedah pada akhirat, dan warak: meninggalkan apa yang ditakuti mudharatnya di akhirat."

Sufyan At-Tsauri berkata: "Zuhud pada dunia pendek angan-angan, bukan dengan makanan yang kesat dan pakaian yang kasar, compang-camping."

Al-Junaid berkata, zuhud tidak bergembira dari dunia dengan wajahnya, dan tidak menyesal atas kehilangan daripadanya. Kekosongan hati dari apa yang tidak ada di tangan. Memandang kecil dunia dan menghapuskan kesan-kesannya dari hati, iaitu kekosongan tangan dari memiliki dan hati dari mencari.

Yahya bin Mu'az berkata: "Zuhud mewariskan kedermawaan dengan milik, dan kecintaan mewariskan kedermawaan dengan ruh." Iaitu harta tidak membuatnya lebih kikir, tetapi dengan harta yang lebih banyak ,dia berinfaq, jadi lebih dermawan. "Seseorang tidak mencapai hakikat zuhud sehingga ada padanya tiga perkara; amal tanpa hubungan, perkataan tanpa ketamakan, dan kemuliaan tanpa kepimpinan."

Ibnu Al-Jala'  berkata: "Zuhud ialah memandang kepada dunia dengan pandangan kehilangan lalu ia kecil pada pandanganmu, maka mudah atasmu berpaling daripadanya." Iaitu berpaling dari dunia tanpa kepura-puraan."

Imam Ahmad berkata: "Zuhud pada dunia itu memendekkan angan angan. Tidak bergembira dengan kedatangannya, dan tidak bersedih atas kepergiannya."  Apabila beliau ditanya tentang lelaki yang mempunyai seribu dirham, adakah dia zuhud? Lalu jawabnya: " Ya, dengan syarat tidak bergembira apabila ia bertambah dan tidak bersedih apabila ia berkurang."
Dia mengatakan zuhud itu ada 3 tingkatan;
1. Zuhud orang awam iaitu meninggalkan yang haram.
2. Zuhud orang khas iaitu meninggalkan kelebihan dari yang halal. (Berlebih lebih)
3. Zuhud orang al-'arifin iaitu meninggalkan apa yang melalaikan dari Allah.

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: "Zuhud ialah meninggalkan apa saja yang dapat melalaikan daripada mengingati Allah" ..

Zuhud bukan bermaksud kita tidak boleh bekerja meraihkan gaji besar, tidak boleh berpakaian yang bagus dan memakan makanan yang baik baik, tetapi kenikmatan yang didapati tidak melalaikan hati dari mengingati Allah dan hati tidak tergantung pada dunia. Diri tidak disibukkan oleh harta yang kita miliki, sebaliknya berinfaq sebagian dari hartanya, lebih kaya lebih dermawaan.
Wallahu a'alam

Disaring dari kitab Madarij As-Salikin jilid 1, oleh Ibnu Qayyim

April 20, 2013

Jenis Ibadah yang di tinggalkan oleh Nabi

Jenis ibadah yang ditinggalkan Nabi shallallahu alaihiwassalam dan tidak dilaksanakan-nya walhal adanya keharusan untuk beliau melaksanakannya pada masanya maka mengerjakannya adalah bid'ah dan meninggalkannya adalah sunnah. Seperti perayaan Maulid Nabi, menghidupkan malam Isra' Mi'raj, perayaan Hijrah atau awal tahun dan semacamnya. Berdasarkan sabda Nabi,

"Siapa beramal satu perbuatan yang bukan dari kami maka tertolak." HR. Muslim 3/1344

Imam Malik berkata, "Apa saja yang pada saat itu bukan termasuk agama maka pada hari ini juga bukan termasuk agama."  Al-I'tisham 1/49


Imam Malik mengatakan, "Apakah setiap kali datang orang yang lebih pintar dalam berdebat lalu kita tinggalkan apa yang diturunkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad kerana keahlian debat orang tersebut?"   Siyar A'lam an-Nubula:8/99; Syarafu Ashab al-Hadits, Khatib al-Baghdadi, hal5

Imam Taimiyyah berkata, "Meninggalkan sesuatu itu sunnah sebagaimana melaksanakan sesuatu juga adalah sunnah."  Fatawa  26/172

Ibnu Katsir berkata, "Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengatakan bahwa semua perbuatan dan perkataan yang tidak tetap dari sahabat maka itu adalah bid'ah. Karena jika itu adalah baik maka mereka akan mendahului kita."  Tafsir Ibnu Katsir 4/156

Betapa indah ucapan khalifah Rasyid Ali bin Abu Thalib, ketika berkata, "Berhati-hati kalian dari meniru-niru seseorang. Karena orang itu ada yang beramal dengan amal ahli Surga kemudian berbalik arah lalu beramal amalan ahli neraka sehingga mati sebagai ahli neraka. Dan boleh jadi seseorang itu beramal perbuatan ahli neraka kemudian beramal perbuatan ahli Surga sehingga dia mati termasuk ahli Surga. Maka jika kalian harus melakukannya tirulah mereka yang sudah mati jangan mereka yang masih hidup." Beliau menunjuk pada Rasullullah shallallahu alaihi wa salam dan sahabatnya.  Al-I'tisham 2/358.

Disalin dari buku Ittiba' Rasullah shallallahu alaihiwassalam oleh Dr Shalih bin Fauzan al-Fauzan

April 18, 2013

Taubatnya seorang penggali kubur

Berkata Abu Ishaq Al Fazari ia bercerita:

Ada seorang pria yang banyak duduk bersama kami dimana setengah dari wajahnya tertutup, maka aku berkata kepadanya,"Sesungguhnya kamu sering kali duduk bersama kami sementara setengah dari wajahmu tertutup, perlihatkanlah wajahmu itu kepadaku." Pemuda itu lalu berkata, "Dahulu aku adalah seorang penggali kuburan. Suatu saat dikuburkanlah seorang wanita, maka aku mendatangi kuburannya dan menggali nya hingga sampai pada batu bata. Aku mengangkat batu bata itu. Kemudian aku gerakan tanganku kearah surban, lalu aku arahkan tanganku ke kain kafan yang membalut tubuhnya. Akan tetapi wanita itu menarik kain kafannya, maka aku berkata, " Apakah wanita itu dapat mengalahkanku?" Maka aku membungkuk diatas kedua lututku lalu menariknya dan mengangkat tangannya, tiba tiba tangan itu menamparku."

Kemudian pria itu membuka penutup wajahnya, dan ternyata terdapat bekas lima jari diwajahnya.
Aku bertanya kepadanya, "Kemudian bagaimana?" Pria itu menjawab, "Kemudian aku mengembalikan kain kafan pembalutnya dan kain sarungnya, lalu aku mengembalikan tanah itu untuk menguburnya. Sejak itu aku telah berniat bahwa aku tidak akan menggali kuburan lagi selama hidupku."

Pria itu berkata, " Aku menulis surat tentang hal itu kepada Al Auza'i lalu beliau membalas suratku dengan berkata, 'Orang yang mati dari golongan pengikut tauhid maka wajahnya menghadap ke kiblat, sedangkan orang mati yang wajahnya dipalingkan dari kiblat, maka sengungguhnya ia mati tidak dalam Sunnah'."
Wallahu a'alam.
Disalin dari Kitabut Tawwabin, oleh Ibnu Qudamah, penerbit Darul Qasim, Riyadh.1421H

April 16, 2013

Mengenal Para Ulama Sekarang yang diatas Sunnah



Akan senantiasa ada sekelompok orang dari kalangan ummatku yang menegakkan/ berdiri di atas perintah Allah, tidak akan memadhorotkan mereka siapa yang menghina dan menyelisihi mereka sampai datang perkara Allah (yaitu hari kiamat) dan mereka tetap dalam keadaan demikian“. [Muttafaqun 'alaih, hadits dari Mu'awiyah]
Para Ulama Sekarang Yang Berjalan Di Atas As-Sunnah Antara Lain:
‘Ulama Saudi Arabia:
  1. Al ‘Allamah asy Syaikh Muhammad Mukhtar Amin asy Syanqithiy– shohibut Tafsir adh wa’ul bayan. Beliau termasuk salah satu guru Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin
  2. Al ‘Allamah asy Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’di , pemilik kitab Tafsir Karimur Rohman fi Kalamil Mannan atau yang lebih dkenal Tafsir as Sa’diy
  3. Samahatusy Syaikh al ‘allamah Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
  4. Faqihul zaman al ‘allamah asy Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin
  5. Al ‘allamah al muhaddits asy syaikh Adbul Muhsin bin Hammad al ‘Abbad al Badr, Beliau termasuk ulama senior saat ini, mengajar di Masjid Nabawi.
  6. Al ‘allamah asy Syaikh Doktor Sholih Fauzan al Fauzan anggota Haiah Kibarul ‘Ulama
  7. Al ‘allamah asy Syaikh Abdul Aziz bin sholih alu Syaikh mufti ‘Amm kerajaan Saudi Arabia saat ini
  8. Al ‘allamah al muhaddits asy Syaikh Yahya bin Ahmad an Najmi mufti kerajaan Saudi untuk daerah Selatan (Shoromithoh)
  9. Al ‘allamah al muhaddits asy syaikh Rabi’ bin Hadi al Madkholy –pembawa bendera jarh wa ta’dil saat ini sebagaimana rekomendasi Syaikh al Albani
  10. Al ‘allamah asy syaikh Dr. Sholih bin Sa’ad as Suhaimy –Beliau dosen pascasarjana di Jami’ah al Islamiyyah Madinah
  11. Al ‘allamah asy Syaikh Muhammad bin Hadi al Madkholy –dosen jami’ah Islamiyyah Madinah
  12. Al ‘allamah asy Syaikh Dr. Ibrohim bin ‘Amir ar Rauhaily – penulis kitab “Mauqif Ahlis sunnah ‘an ahlil bida’” yang diterjemahkan dgn judul “Mauqif Ahlus Sunnah terhadap Ahlul Bid’ah” (ana lupa judul tepatnya)
  13. Asy Syaikh DR. Ali bin Nashir al faqihy – Guru Besar Aqidah di Masjid Nabawy
  14. Asy Syaikh Abdurrozaq bin Abdil Muhsin bin Hammad al ‘Abbad al badr - putra Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbad al Badr (point no 3)
  15. Asy Syaikh Abdul Malik a Romadhoniy al Jazairy– Beliau yang menyiapkan majelis Syaikh Abdul Muhsin di Masjid Nabawi. Penulis buku “Madarik an Nazhor fi Siyasah…”diterjemahkan dgn judul “Pandangan Tajam thd Politik”
  16. Asy Syaikh Kholid ar Roddady –pentahqiq kitab Syarhus sunnah al barbahary
  17. Asy Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi al madkholy
  18. Asy Syaikh Abdulloh bin ‘Abdirrohman al Jibrin – termasuk ulama senior, sudah sepuh
  19. Asy Syaikh Ubaid al Jabiri
  20. asy Syaikh Abdul Aziz ar Rojihy
  21. Asy Syaikh Muhammad Aman Jamiy
  22. Fadhilatusy Syaikh Sholih bin Muhammad al Luhaidan ketua Mahkamah Tinggi dan anggota Hai’ah Kibarul Ulama
  23. Masyayikh anggota Majelis Ifta wal Buhuts dan anggota Kibarul Ulama
  24. Fadhilatusy Syaikh Bakar Abu –penulis kitab “Hukmul Intima’”
  25. asy Syaikh AbdusSalam bin Barjas -penulis Kitab “Hujjajul Qowwiyyah..”. Beliau sudah meninggal dalam kecelakaan mobil. Semoga Allah melapangkan kuburnya dan menempatkannya di kedudukan yang mulia di sisiNya.
‘Ulama dari Yaman:
  1. al ‘allamah al muhaddits ad diyar al yamaniyyah asy Syaikh Muqbil bin Hadi al wadi’iy;, Beliau termasuk ulama besar abad ini.
  2. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab al Washobi; beliau mungkin Syaikh yang dituakan di Yaman. Kalau datang ke Damaj, biasanya beliau Cuma menjawab pertanyaan2 dan sedikit memberi nasihat emasnya. Punya markas di Hudaidah.
  3. Asy Syaikh Muhammad Al Imam beliau termasuk Ahl Hill wal Aqd yang ditunjuk oleh Asy Syaikh Muqbil rahimahullah. Salah satu murid pertamanya Asy Syaikh Muqbil. Punya markas di Ma’bar merupakan markas terbesar ke 2 setelah Damaj.
  4. Syaikh Yahya al Hajury–Beliau yang menggantikan Syaikh Muqbil di Darul Hadits Dammaj
  5. Asy Syaikh Abdul Aziz Al Buro’i adalah termasuk salah satu masyaikh yang sangat keras terhadap Ahlul Bid’ah. Beliau mempunyai markas di Kota Ib.
  6. Asy Syaikh Abdullah bin Utsman dijuluki Khotibul Yamany karena beliau terkenal sangat pintar berorator. Nasihat2 beliau tentang maut, membuat mata tak bisa menahan airnya.
  7. Asy Syaikh Abdurrozaq punya markas di Dammar
  8. Asy Syaikh Abdul Musowwir termasuk masyaikh yang sudah cukup berumur. Dulu Asy Syaikh Yahya hafidhohullah belajar Syarh Ibn Aqil dengan beliau.
  9. asy Syaikh Abdulloh al Mar’iy dan Saudaranya asy Syaikh Abdurrohman al Mar’iy
Ulama dari Yordania
  1. al ‘Allamah al Muhaddits Nashirus sunnah asy Syaikh al Albani . Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz pernah berkata: Saya tidak mengetahui di bawah kolong langit saat ini orang yang lebih mengetahui hadits daripada Beliau (Syaikh al Albani)”.
  2. Syaikh Ali hasan al Halabiy tatkala Syaikh al Albani ditanya cucunya “Siapakah dua orang murid yang paling mengetahui tentang hadits“. Syaikh al Albani berkata: Abu Ishaq al Huwaini dan Ali Hasan al Halabiy.
  3. Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali, penulis kitab Limadza Ikhtartu Manhaj Salaf, Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Sholihin, dll.
  4. Syaikh Muhammad Musa
  5. Syaikh Masyhur alu Salman
  6. Syaikh Husain ‘Uwaisyiah
Dan masih banyak lagi para ulama yang belum disebutkan disini.

Mengenal Para Ulama Ahlul Hadits


Pembukuan dan Kitab-Kitab Hadits


Para Sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam yang paling banyak meriwayatkan hadits antara lain :


Abu Hurairah 5374 hadits
Ibnu Umar 2630 hadits
Anas bin Malik 2286 hadits
Aisyah Ummul Mukminin 2210 hadits
Ibnu ‘Abbas 1660 hadits
Jabir bin ‘Abdullah 1540 hadits


Para Sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam yang melakukan pembukuan hadits antara lain :

1. Abdullah bin Amr bin Al-Ash (7-65H) : As-Shahifah As-Shadiqah
2. Abdullah bin Abbas (3-68H)
3. Jabir bin Abdillah Al-Anshari (16-78H) : As-Shahifah.
4. Hamam bin Munabbih (40-131H) : As-Shahifah As-Shahihah


Perintah Umar bin Abdul Aziz untuk memulai pembukuan dan pelembagaan hadist secara resmi, Khalifah Umar bin Abdul Aziz inilah yang memelopori pembukuan dan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. secara resmi. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm. Perintah Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut “
Perhatikanlah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu tulislah dia, karena sesungguhnya aku khawatir akan hilangnya ilmu dan wafatnya para ‘ulama , dan janganlah diterima kecuali hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam” ( Bukhari (1/33) dan Ad-Daarimi (1/126))

Dan Ibnu Hazm selanjutnya menunjuk ulama besar yaitu Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk melakukan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berdua merupakan thabaqat awal pembukuan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Hazm pulalah yang memulai dan mencetuskan ilmu Riwayatul hadits. Yakni suatu ilmu tentang meriwayatkan sabda-sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. perbuatan-perbuatannya, taqrir-taqrirnya dan sifat-sifatnya. Ilmu ini sifatnya lebih tertuju pada mengumpulkan hadits-hadits saja, tanpa memeriksa secara detail sah atau tidaknya yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Faedah-faedah Ilmu riwayatul hadits antara lain :

1. Supaya kita dapat membedakan mana yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mana yang disandarkan kepada selain beliau.
2. Agar supaya hadits tidak beredar dari mulut ke mulut atau dari satu tulisan ke tulisan lain tanpa sanad.
3. Agar dapat diketahui jumlah hadits yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
4. Agar dapat diperiksa sanad dan matannya sah atau tidak.


Nama-nama ‘ulama pencatat atau perawi hadits yang mu’tabar dari generasi Tabi’in antara lain :
1. Said Ibnul Musayyab (15-94H)
2. Urwah bin Zubair (22-94H)
3. Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (Wafat th.117H)
4. Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri (50-124H)
5. Imam Nafi’ (wafat 117H)
6. Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah (Wafat 98H)
7. Salim bin Abdullah bin Umar (Wafat 106H)
8. Ibrahim bin Yazid An-Nakha’I (46-96H)
9. Amir bin Syarahil Asy-Sya’bi (19-103H)
10. Alqamah bin Qais An-Nakha’i (28-62H)
11. Muhammad bin Sirrin (33-110H)
12. Ibnu Juraij Abdul Aziz bin Juraij (Wafat 150H)
13. Said bin ‘Arubah (Wafat 156H)
14. Al Auza’i (Wafat 156H)
15. Sufyan At-Tsauri (Wafat 161H)
16. Abdullah bin Mubaarak (118-181H)
17. Hammad bin Salamah (Wafat 176H)
18. Husyaim (Wafat 188H)

Nama-nama ‘ulama pencatat atau perawi hadits yang mu’tabar dari generasi Tabi’ut Tabi’in antara lain :

1. Bukhari (194-256H) Kitab : Al-Jaami’ush Shahih atau Shahih Bukhari
2. Muslim (204-261H) Kitab : Shahih Muslim
3. Abu Dawud (202-275H) Kitab : As-Sunan Abi Dawud
4. At-Tirmidzi (209-279H) Kitab : As-Sunan At-Tirmidzi
5. An-Nasa’i (215-303H) Kitab : As-Sunan An-Nasa’i
6. Ibnu Majah (207-275H) Kitab : As-Sunan Ibnu Majah
7. Malik bin Anas (90/93-169H) Kitab : Al-Muwatha’
8. Asy Syafi’iy (150-204H) Kitab : Al Um
9. Ahmad bin Hambal (164-241H) Kitab : Al Musnad Ahmad
10. Ibnu Khuzaimah (223-311H) Kitab : Shahih Ibnu Khuzaimah
11. Ibnu Hibban (—-354H) Kitab : Shahih Ibnu Hibban
12. Hakim (320-405H) Kitab : Al Mustadrak
13. Ad-Daaruquthni (306-385H) Kitab : Sunan Daaruquthni
14. Al Baihaqiy (384-458H) Kitab : Sunan Al-Kubra
15. Ad Daarimi (181-255H) Kitabnya Sunan Ad-Daarimi
16. Abu Dawud At-Thayaalisi (—-204H) Kitab : Musnad At-Thayalisi
17. Al Humaidiy (—219H) Kitab : Musnad Al-Humaidiy
18. Ath Thabrani (260-360H) Kitab : Mu’jam Al-Kabir, Mu’jam Al-Ausath, Mu’jam As-Shagir
19. Abdurrazzaaq (126-211H) Kitab :Mushannaf Abdurrazzaaq
20. Ibnu Abi Syaibah (—-235H) Kitab : Mushannaf Ibnu abi Syaibah
21. Abdullah bin Ahmad (203-209H) Kitab : Az-Zawaaidul Musnad
22. Ibnul Jaarud (—307H) Kitab : Al-Muntaqa
23. At-Thahaawi (239-321H) Kitab : Syarah Ma’aanil Atsar, Musykilul Atsar
24. Abu Ya’la (—307H) Kitab : Musnad Abu Ya’la
25. Abu ‘awaanah (—316H) Kitab : Shahih Abu ‘Awaanah
26. Said bin Manshur (—227H) Kitab : As Sunan Said bin Manshur
27. Ibnu Sunniy (—364H) Kitab : ‘Amalul Yaum wal lailah
28. Ibnu Abi ‘Ashim (—287H) Kitab : Kitabus Sunnah, Kitab Zuhud

Sumber:Ahlulhadist.wordpress.com

April 15, 2013

Masjid yang Pertama di Muka Bumi

Masjid pertama di muka bumi adalah Masjidil Haram, kemudian Masjid al-Aqsha. Jarak antara keduanya adalah empat puluh tahun.   HR Bukhari dan Muslim

Disalin dari Fatawa Rasulullah oleh Ibu Qayyim cetakan Pustaka AsSunnah

Cinta Orang Jahat

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya: "Wahai Rasulullah, seseorang mencintai satu kaum, tapi tidak berbuat sesuatu (dosa) seperti perbuatan mereka."

Beliau bersabda: "Seseorang akan bersama orang yang dia cintai."


Orang yang Mukmin akan mencintai orang orang shaleh kerana Allah mencintai orang orang shaleh. Maka jika hendak mendekati diri pada Allah Ta'ala maka cintai lah orang orang yang mencintai Allah bukan sebaliknya.

Fatawa Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam oleh Ibnu Qayyim cetakan Pustaka Assunnah.

April 11, 2013

Hukum Merayakan Hari Ibu

Hari ibu telah menjadi satu hari peringatan dimana seluruh umat dunia akan merayakannya dengan berbagai cara. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin pernah ditanya mengenai hukum sambutan hari ibu. Berikut jawapan Syaikh berkenaan perayaan tersebut. Semoga bermanfaat.

Jawapan pada pertanyaan ke1006:
Setiap perayaan yang bertentangan dengan syariat merupakan perayaan yang bid'ah yang diada-adakan, tidak pernah dikenal pada masa para salaf shalih. Sumbernya berasal dari orang-orang non muslim. Selain bid'ah juga ada unsur menyerupai kebiasaan musuh-musuh Allah azzawajalla.

Hari raya yang dikenal dalam syariat telah jelas, iaitu hari raya Idul Fitri, Idul Adha dan hari raya mingguan. Tidak ada perayaan selain tiga hari raya tersebut. Setiap perayaan selain tiga tersebut diatas, maka perayaan tersebut tertolak dan batil menurut syariat Allah azzawajalla berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihiwassalam:

"Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara (agama) kita ini yang bukan bagian darinya, maka perbuatan itu tertolak."

Jika sudah jelas, maka tidak boleh untuk mengadakan suatu perayaan-perayaan dengan menunjukkan kegembiraan, kesenangan saling memberi hadiah dan lain sebagainya.

Bagi setiap Muslim hendaknya berbangga dengan agamanya dan berjalan sesuai batas yang telah ditetapkan Allah dan Rasul- Nya didalam agama kita yang lurus ini, yang telah diridhai Allah untuk hamba-hambaNya, tidak menambahnya tidak juga menguranginya. Bagi Muslim juga tidak
menjadi pengikut yang mengikuti segala seruan, tapi hendaknya membentuk keperibadiannya berdasarkan syariat Allah azzawajalla hingga menjadi orang yang diikuti, bukan orang yang selalu mengikuti. Menjadi suri tauladan, bukan menjadi contoh yang buruk, kerana syariat Allah telah sempurna dari segala sisi, sebagaimana difirmankan Allah;

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu telah Ku-cukupkan kepada nikmatKu, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu."  QS al-Maidah:3

Seorang ibu tidak cukup hanya di perhatikan sehari dalam setahun, bahkan ibu mempunyai hak atas anak-anaknya untuk diperhatikan, dijaga serta ditaati selama tidak dalam maksiat kepada Allah Subhanahuwataala, disetiap waktu dan disetiap tempat.... Fatawal Mar'ah, 1/14
*******

April 10, 2013

Amal harus memenuhi dua sharat, untuk diterima....

"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang bertebangan."   QS Al-Furqaan [25] :23

Ibnu Katsir bila mentafsirkan ayat ini, berkata adalah berkenaan kejadian pada hari Kiamat, di mana Allah menghisab hamba-hamba-Nya atas dasar apa yang mereka amalkan berupa kebaikan dan keburukan. Lalu Dia mengabarkan bahwa tidak ada hasil yang akan diraih oleh mereka kaum musyrikin, dari amal-amal yang mereka sangka dapat menyelamatkan. Hal itu disebabkan hilangnya sharat Syari'i, baik keikhlasan dalam beramal atau mengikuti syariat Allah.

**Kerana amal perbuatan yang diterima itu harus memenuhi DUA sharat, iaitu harus didasarkan pada ketulusan kerana Allah Ta'ala semata, dan sharat kedua, harus benar dan sejalan dengan syariat Allah. Jika suatu amalan sudah didasarkan pada keikhlasan hanya kerana Allah, tetapi tidak benar dan tidak sesuai dengan syariat, maka amalam tersebut tidak diterima. Oleh kerana itu Rasullullah shallallahu alaihiwassalam bersabda;

'Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak sejalan dengan perintah kami, maka amal itu tertolak.'  (HR. Imam Muslim dari hadits 'Aisyah ra)

Dengan demikian, perbuatan para pendeta ahli ibadah dan semisalnya, meskipun mereka tulus ikhlas dalam mengerjakannya kerana Allah, namun perbuatan mereka itu tidak akan diterima hingga mereka mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu alaihiwassalam.
** Lihat tafsir Ibnu Katsir surah Al-Baqarah ayat 112, Jilid 1.

Jumlah bukan penentu kebenaran.

"Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sepertimana permulaannya. Maka, saat itu beruntunglah orang-orang yang asing."     (HR Musim.)

Lihat lah! Orang mukmin itu sedikit, di tengah manusia. Para ulama dari kalangan mukminin itu juga sedikit, dan yang ghuraba' 'orang-orang asing' di kalangan ulama itu pun sedikit. Janganlah kamu terperdaya dengan anggapan yang menyesatkan orang-orang bodoh yang mengatakan, "Kalau memang orang-orang ini berada dijalan yang benar, tentu jumlah mereka tidak sedikit dan kebanyakkan manusia tidak berbeza jalan dengan mereka."

Ketahuilah, mereka itulah manusia. Kerana yang di namakan manusia adalah pengikut kebenaran, walaupun jumlah mereka paling sedikit. Ibnu Mas'ud berkata, "Janganlah kamu menjadi imma'ah yang berkata: " Saya ikut saja dengan orang orang', tapi hendaknya kamu menentukan sikap untuk beriman meskipun seluruh manusia telah menjadi kafir."  Allah Subhanahuwataala telah mencela kelompok majoriti di beberapa ayat:

"Dan jika kamu menuruti kebanyakkan orang-orang yang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya."  
QS al-An'aam: 116

"Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman- walaupun kamu sangat menginginkannya."
QS Yusuf: 103

"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih."
QS Sabaa': 13

"Dan sesungguhnya kebanyakkan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh; dan amat sedikit lah mereka ini."
QS Shaad: 24

Jangan lah takut akan sepinya perjalanan dan tetaplah berjalan dalam kebenaran. Selalu akan ada golongan di kalangan umat beliau yang berada dijalan kebenaran; mereka tidak terganggu oleh orang yang mengkhianati mereka mahupun orang yang berbeza jalan dengan mereka sampai Kiamat.

Jalan jalan menuju keakhirat itu tidak mulus dan tidak enak menurut kebanyakkan manusia, sebab berlawanan dengan tuntutan syahwat dan berbeza dengan kehendak dan kebiasaan mereka. Maka, orang-orang yang menempuh jalan-jalan itu jumlahnya sedikit, kerana ceteknya ilmu tentang hakikat kehidupan, hakikat tempat kembali manusia dan tujuan untuk apa mereka diciptakan. Wallahu a'alam.
Dipetik dari buku motivasi Ibnu Qayyim seperti La Tahzan

April 8, 2013

Hukum Perayaan Hari Hari Tertentu

Merayakan hari hari tertentu telah menjadi satu kebudayaan didalam masharakat kita dan juga umat Islam keseluruhannya.
Kerana budaya ini telah menjadi satu tradisi yang sudah mendarah daging, maka kami rasa perlu menulis fatwa fatwa dari ulama muktabar yang sudah terkenal dengan ketakwaan, kewara'kan mereka. Semoga peringatan ini dapat memberi kemanfaatan untuk kita semuanya. Amiin.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya: Apa hukum merayakan hari ulang tahun?

Jawaban:  Merayakan hai ulang tahun tidak ada dasarnya sama sekali didalam syariat yang suci ini, bahkan termasuk perbuatan bid'ah, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihiwassalam :
      "Barangsiapa mengada-ada dalam perkara (agama) kita ini yang bukan bagian darinya,           maka perbuatan itu tertolak."

Dalam riwayat Muslim dan Shahih Imam al-Bukhari di sebutkan,
      "Barangsiapa mengerjekan suatu perbuatan (dalam agama) yang tiada perintah dari kami, maka perbuatan tersebut tertolak."

Yang telah diketahui bahwasanya Nabi shallallahu alaihissalam tidak pernah mengadakan perayaan ulang tahun selama hidupnya, tidak pernah memerintahkan pun dan para sahabat tidak ada yang melakukannya. Demikian pula para al-khulafaur rasyidun, tidak pernah mengerjakan perbuatan itu, padahal mereka adalah manusia paling tahu terhadap sunnah-sunnah Nabi dan manusia yang paling disukai Nabi serta paling gemar, mengikuti setiap apa yang diajarkan beliau. Demikian para ulama terdahulu, tidak ada yang mengerjakannya tidak pula memerintahkannya.

Dengan demikian dapat difahami bahwa perbuatan tersebut bukan dari syariat yang dibawa oleh Muhammad shallallahu alaihiwassalam. Kami bersaksi atas Allah azzawajalla dan semua kaum Muslimin, seandainya beliau mengerjakannya dan memerintahkannya, niscaya kami akan mengerjakannya pula dan mengajak untuk mengerjakannya. Kerana kami, alhamdulillah paling senang, mengikuti Sunnahnya dan mengagungkan perintahnya.  Kita mohonkan kepada Allah azzawajalla agar tetap teguh dalam kebenaran dan selamat dari apa yang menyalahi syariat Allah yang suci, sesungguhnya Dia Mahabaik dan Mahamulia..... Fatawal Mar'ah, 2/10. Dan Lajnah Daimah Lil Ifta'
*********
Perayaan ulang tahun ini berasal dari budaya penyembah dewa dewa... 

April 5, 2013

Hadits Dhaif tentang Hari Jumaat

"Rasulullah shallallahu alaihiwassalam memotong kuku dan menggunting (menipiskan) kumis beliau pada hari Jumat, sebelum pergi untuk shalat Jumat."

Hadits ini dhaif. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath (1/50) dengan jalur sanad dari Atiq bin Yaqub az-Zubarri, memberitakan kepada kami Ibrahim bin Qudamah dari Abi Abdillah al-Gharr dari Abu Hurairah radiyallahu anh secara marfu', kemudian mengatakan, " Tidak ada yang meriwayatkan dari al-Gharr kecuali hanya Ibrahim bin Qudamah."

Selain itu, dai jalur sanadnya diriwayatkan pula oleh al-Bazzar dari periwayatan Atiq bin Yaqub seraya berkata, "Ibrahim tidaklah dapat dijadikan hujah." Adz-Dzahabi dalam al-Mizan juga mengatakan, "Ini berita munkar,"

Sila rujuk pembahasan yang panjang oleh Syaikh al-Albani dalam bukunya Silsilah Hadits Dhaif  dan Maudhu' Jilid 3, hadits no. 1112

Hadits Dhaif 'Ketika Nabi Berhijrah ke Madina...

"Ketika Rasulullah shallallahu alaihiwassalam berhijrah ke Madina, para wanita Anshar dan anak-anak mereka menyanyikan syair sebagai berikut:

' Telah muncul rembulan diatas kita, dari celah bukit Tsaniyyatil wada'. Wajiblah atas kita untuk bershukur, akan segala seruan untuk Allah oleh sang penyeru (Rasulullah)."

Telah diriwayatkan oleh Abul Hasan al- Khal'i dalam al-Fawaid (11/59), Imam Baihaqi dalam kitab Dala'il an- Nubuwwah (11/233), dengan sanad dai Fadhil bin al-Hibab yang mendengar dari Abdullah bin Muhammad bin Aisyah mengatakan seperti ini.

Shaikh al-Albani mengatakan sanad riwayat ini dhaif. Kendatipun rijal sanadnya kuat, tetapi mu'dhal atau tidak bersambung (gugur) dua atau tiga sanadnya. Ibnu Aisyah ini adalah seorang guru Imam Ahmad. Dalam riwayat ini telah meng-irsal-kan (menisbatkan riwayat ini kepada Nabi). Inilah yang di riwayatkan oleh al-hafidz Iraqi dalam mengecam sanad riwayat ini.

Ada satu polemik dikalangan para penyelidik tentang syair penyambutan kedatangan Rasulullah shallallahu alaihiwassalam di darul- hijrah ( yakni Madinah al- Munawarrah) ini. Bagi yang berkeinginan untuk mengetahui, silakan merujuk kitab Zadul-Ma'ad karangan Ibnu Qayyim (Jilid 111, hlm 13). Wallahu a'alam 

April 4, 2013

Nasehat untuk penuntut ilmu, oleh Syaikh Utsaimin

Identiti seorang Muslim adalah ta'at dan takwa kepada Allah Ta'ala dan cinta perdamaian. Wahai para penuntut ilmu, semoga Allah memberikan barakah pada diri dan ilmumu, tuntutlah dan amalkanlah, kemudian dakwahkanlah sesuai dengan cara para ulama Salaf.

Janganlah engkau suka keluar masuk dalam berbagai jema'ah kerana berarti engkau akan keluar dari tempat yang lapang menuju sebuah tempat yang sempit. Semua yang ada dalam Islam merupakan manhaj hidup; kaum Muslimin adalah satu jama'ah; dan tangan Allah berserta jamaah. Dalam Islam tidak dikenal sistem fanatisme golongan. Saya berlindung pada Allah dan berdoa kepada-Nya agar jangan sampai kalian berpecah belah sehingga kalian akan menjadi mangsa berbagai kelompok, golongan dan mazhab batil, yang dengan semua itu engkau memasang bendera wala' dan bara'.

Jadilah seorang Muslim yang sesungguhnya; mengikuti atsar, meneladani Sunnah, dan berdakwah atas dasar bashirah ilmu dengan tetap mengakui keutamaan para ulama yang terdahulu. Fanatisme golongan mempunyai sistem dan cara tersendiri yang belum pernah dikenal oleh para ulama Salaf. Ini adalah penghalang terbesar untuk menuntut ilmu, dan mampu memecah belah persatuan umat Islam. Sudah berapa banyak fanatisme golongan mampu melemahkan kekuatan dan persatuan umat Islam serta menjadikan banyak kesengsaraan bagi kaum Muslimin? Oleh kerana itu berhati-hati lah dari fanatisme golongan yang sudah banyak kejahatan dan keburukannya. Berbagai golongan itu tidak ada bezanya dengan paralon saluran air yang hanya dapat mengumpulkan air kotor, lalu membuangnya begitu saja.
Hanya orang yang dirahmati Allah yang dapat tetap berpegang teguh dengan manhaj Rasulullah dan para Sahabatnya.

Ibnu Qayyim tatkala menerangkan ciri-ciri ahli ibadah mengatakan: "Ciri yang kedua bahwa mereka tidak menisbatkan diri dengan sebuah nama tertentu. Maksudnya, tidaklah mereka dikenal oleh masharakat dengan sebuah nama tertentu, yang sudah menjadi lambang bagi ahli tariqat shufiyyah. Juga termasuk ciri mereka adalah tidak terikat amal tertentu yang akhirnya mereka akan dikenal dengan amal tersebut. Ini semua adalah cacat dalam beribadah dikeranakan ibadah itu hanya bersifat sektoral.

Adapun orang yang melakukan ibadah secara kaffah, dia tidak akan pernah dikenal dengan salah satu ibadah saja kerana dia memenuhi panggilan semua bentuk ibadah. Dia bisa memberikan sumbangsih pada semua sektor ibadah. Dia tidak terikat dengan simbol, nama, baju, sistem dan cara tertentu. Bahkan kalau ditanya tentang siapa gurunya? Dia menjawab: "Rasulullah shallallahu alaihi wassalam". Manhajnya? Dia menjawab: "ittiba' mengikuti jejak Rasulullah shallallahu alaihi wassalam."  Pakaiannya? Dia menjawab: "Pakaian ketakwaan" . Mazhabnya? Dia menjawab: "Menghukumi dengan Sunnah Rasullullah." Tujuan dan harapannya? Dia menjawab: "Menginginkan wajah Allah." Tentang perjuangannya? Dia menjawab:
" Bertasbih kepada Allah di masjid- masjid yang telah diperintahkan untuk di muliakan dan disebut nama-Nya didalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat, dan (dari) membayar zakat......).  QS. An-Nuur :36-37.

Kemudian beliau berkata: "Merekalah simpanan Allah dimana pun mereka berada." Ahli ibadah yang kaffah tadi tatkala tertutupi dari pandangan orang lain, mereka tidak dipandang penting.
Seorang ulama pernah ditanya tenang nama lain dari Sunnah. Maka beliau menjawab: "Tidak mempunyai nama lain, kecuali as-Sunnah." Maksudnya, Ahlus Sunnah tidaklah mempunyai nama lain yang mereka menisbatkan diri kepadanya, melainkan hanya as-Sunnah.

Sebagian orang ada yang terikat dengan cara berpakaian yang khusus, tempat yang khusus, dan juga menjalankan ibadah tertentu yang ia tidak akan melakukan ibadah lainnya meskipun lebih tinggi derajatnya. Ada juga yang terikat dengan guru tertentu yang ia tidak akan pernah belajar kepada yang lain meskipun guru lain itu lebih dekat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Merek semua terhalang mendapatkan darjat yang tinggi. Mereka telah terikat dengan adat, sistem, keadaan dan istilah istilah tertentu yang menghalangi mereka dari ittiba' secara murni. Maka, mereka pun meninggalkannya. Kedudukan mereka paling jauh dari ittiba'. Engkau akan melihat sebagian mereka beribadah kepada Allah dengan cara riyadhah, menyendiri dan mengosongkan hati. Orang ini menganggap bahwa menuntut ilmu akan memutuskan jalan beribadah. Apabila disampaikan kepadanya tentang mencintai kerana Allah dan memusuhi karena Allah, memerintahkan berbuat kebaikan dan melarang berbuat kemungkaran, dia akan menganggap ini sesuatu yang jelek.

Bila dia fanatik kepada kelompok tertentu, dia menetapkan manhaj kelompoknya, lalu mencari-cari dalil untuk mendukung pendapatnya, yang malahan terkadang dalil itu membantah pendapatnya sendiri. Dia menyesatkan orang yang tidak masuk kelompoknya meskipun merekalah sebenarnya orang yang lebih dekat kepada kebenaran.

"Umat Islam tidak punya identiti kecuali keislamannya."

Di petik dari buku 'Syarah Adab & Manfaat Menuntut Ilmu.' Oleh Syaikh Utsaimin.

April 2, 2013

Hikmah dilarangnya shalat sunnah disemua waktu

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang hikmah dilarangnya shalat Sunnah di semua waktu: 

"Larangan menjalankan shalat Sunnah di sebagian waktu terdapat banyak manfaatnya, iaitu untuk mengistirahatkan jiwa beberapa saat dari penatnya ibadah sebagaimana boleh juga isirahat dengan tidur atau lainnya. 
Oleh kerana itu, Mu'az bin Jabal berkata: sesungguhnya aku mengharapkan pahala dengan tidurku sebagaimana aku mengharap pahala saat aku terjaga."
Lihat Majmu'ul Fataawaa  (XX111/187)

Syaikhul Islam juga berkata: "Bahkan, termasuk hikmah larangan , menjalankan shalat Sunnah di sebagian waktu adalah untuk mengistirahatkan jiwa saat waktu terlarang agar jiwa dapat semangat lagi saat menjalankan shalat. Kerana, jiwa itu akan bersemangat untuk menjalankan ibadah yang tadinya dilarang, juga rajin menjalankan shalat setelah beristirahat.
Wallahu a'lam.
Majmu'ul Fataawaa  (XX111/217)