SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

March 30, 2013

Teman itu ada Tiga Macam

"Permisalan teman yang shalih seperti pembawa minyak wangi dan permisalan teman yang jelek seperti pandai besi."
Shahih, riwayat al-Bukhari 5214 dan Muslim 2628.

Teman itu ada tiga macam:

1. Teman manfaat (kepentingan)

2. Teman kenikmatan.

3. Teman keutamaan.

Dua yang pertama akan lurus dengan terputusnya sebab-sebabnya, iaitu terputus manfaat (kepentingan) pada teman yang pertama dan terputus kenikmatan dari teman yang kedua. Adapun teman yang ketiga kerana yang menjadikan dia berteman dengannya adalah kemuliaan, maka kemuliaan itulah yang akan mendorong adanya persahabatan itu. Yang dengannya bisa saling menanamkan keyakinan tentang keutamaan pada keduanya.

Teman kemuliaan ini ibarat "mata uang yang langka," sesuatu yang sangat sulit di dapat. Ada ucapan berharga yang pernah dikatakan oleh Khalifah Hisyam bin Abdul Malik (wafat 125H) iaitu: "Tidak ada yang tersisa dari kelezatan dunia ini selain teman yang lebih bisa menjaga diri antara saya dan dia." (Lihat Thabaqaatun Nassaabiin, hal 31).
Diantara ucapan unik adalah ucapan sebagian ulama: "Menghindar dari berteman tanpa didasari oleh ilmu adalah sebuah kesalahan, adapun kalau tanpa sikap Zuhud adalah sebuah cela."

Kalau begitu, seseorang harus mempunyai ilmu dan rasa zuhud sebelum memisahkan diri dari pergaulan dengan manusia lainnya.

Syaikh Bakr Abu Zaid membagi teman menjadi tiga macam:

Pertama, teman manfaat. Yaitu orang yang mau berteman denganmu selama dia dapat mengambil manfaat darimu, baik manfaat yang berupa harta maupun kedudukan ataupun lainnya. Jika manfaat itu sudah tidak dapat, maka dia berbalik menjadi musuhmu. Teman semacam ini sangat banyak. Misalnya satu hari dia mahu meminjam kitab darimu, tetapi kamu memerlunya. Mendengar jawaban tersebut, dia pun lantas memusuhimu. Apakah pantas seorang teman bersikap seperti ini? ....Ya.... Inilah teman manfaat.

Kedua, teman kenikmatan. Yaitu, orang yang tidak berteman denganmu kecuali kerana dia bisa bersenang-senang denganmu untuk ngobrol, santai dan bergadang malam. Namun, dia tidak dapat memberi manfaat apa pun. Begitu juga engkau tidak dapat mengambil manfaat darinya, kecuali hanya membuang-buang waktu saja. Hindarilah teman yang semacam ini kerana bisa membuang waktumu saja.

Ketiga, teman keutamaan. Yaitu, teman yang dapat mengajakmu kepada keutamaan dan mencegahmu dari perbuatan yang buruk serta membukakan bagimu pintu-pintu kebaikan. Apalagi engkau berbuat salah, maka dia akan melarangmu tanpa harus merusak kehormatanmu.
Inilah teman keutamaan.
Petikan ringkas dari kitab Syarh Hilyah Thaalibil 'Ilmi oleh Syaikh Utsaimin 

March 26, 2013

Tentang bersandarnya Rasul pada tongkat ketika berkhutbah

"Rasulullah shallallahu alaihiwassalam apabila berdiri untuk berkhutbah, maka beliau mengambil sebuah tongkat untuk dijadikannya sebagai sandaran, sedangkan beliau diatas mimbar."
Hadits No. 964.

Sheikh al-Albani mengatakan riwayat ini tidak ada sumber aslinya --terlebih dengan tambahannya.  Sebab dalam sanadnya terdapat perawi bernama Yahya bin Abi Hayyah yang berjulukan Abu Jinab dinyatakan daif, disebabkan ia banyak mencampur aduk riwayat/ perawi.

Riwayat ini tidak dijumpai termaktub dalam Sunan Abu Daud, bahkan tidak ada pula dalam sunan yang lain.

Kesimpulannya, tidak ada satu riwayat pun dari Rasulullah shallallahu alaihiwassalam yang shahih yang menerangkan bahwa beliau menggunakan tongkat atau busur panah untuk dijadikannya sebagai sandaran dalam berkhutbah di atas mimbar. Wallahu a'alam.

Silsilah Hadits Dhaif dan Maudhu' Jilid 2.

March 25, 2013

Walimah menurut Sunnah


Menurut syaikh Bin Baz Hukum walimah adalah sunnah muakkadah, dan bukan syarat sahnya nikah (http://www.binbaz.org.sa/mat/12441)

Beberapa hal yang perlu diketahui penyelenggara walimah

1. Selayaknya menghindari berlebih-lebihan dalam mengadakan pesta, bahkan Syaikh Utsaimin mendukung walimah yang menghabiskan satu sembelihan atau dua sembelihan (alminhaj fi ahkami zawaj hal 22)

مَا أَوْلَمَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَلىَ شَيْءٍ مِنْ نِسَائِهِ مَا أَوْلَمَ عَلىَ زَيْنَبَ، أَوْلَمَ بِشَاةٍ
“Tidaklah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelenggarakan walimah ketika menikahi istri-istrinya dengan sesuatu yang seperti beliau lakukan ketika walimah dengan Zainab.(yaitu) Beliau menyembelih kambing untuk walimah Zainab .” (HR. Al-Bukhari no. 5168 )
Meski ini bukan pembatasan, tapi ini menunjukkan kesederhanaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam berwalimah, dan beliau adalah panutan kita

2. Penyelenggara walimah disyariatkan untuk mengundang sanak saudara, tetangga, dan teman-temannya. Dan hendaknya dia juga mengundang orang-orang baik dan sholeh yang dia tahu

3. Dalam walimah tidak boleh hanya mengundang orang kaya tanpa orang miskin
Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا الْأَغْنِيَاءُ وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ
“Seburuk-buruk makanan adalah makanan (yang dihidangkan) dalam sebuah pesta yang undangannya hanya terdiri dari orang-orang kaya –saja- dan orang-orang miskin tidak diundang.(HR. Bukhari no.5177).

4. Ketika menyelenggarakan walimah Hendaknya penyelenggara berniat menerapkan sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam.

5. Penyelenggara harus menghindari tujuan untuk pamer dan sombong dalam walimah itu.

6. Menghindari pengadaan walimah yang menyerupai orang kafir seperti upacara tertentu dll. Rasul bersabda 
من تشبه بقوم فهو منهم
Barangsiapa yang meniru satu kaum, maka dia termasuk golongan mereka. HR. Ahmad no 5115 dan Abu Daud no.4031 .dihasankan oleh syaikh Albani

7. Penyelenggara harus Memisahkan antara undangan pria dan wanita supaya tidak terjadi ikhtilat (percampuran) pria dan wanita , dan ikhtilat adalah pintu kebanyakkan kemungkaran.

**Menjauhi perkara perkara mengundang kemungkaran seperti, musik, karaoke, joget, kuda kepang, tarian singa, potong kek, pengantin wanita bertabaruj dan tidak menutupi aurat cara shari' dan lain lagi**    Wallahu a’lam bisshowab. 
Ringkasan tanpa mengubah isinya.
Oleh : Redaksi Salam Dakwah 

Beberapa Muadzin Rasulullah shallallahu alaihiwassalam

Muadzin Rasulullah shallallahu alaihiwassalam berjumlah empat orang, dua orang diantaranya di Madinah iaitu Bilal bin Rabah, orang yang pertama yang mengumandangkan adzan untuk Rasulullah shallallahu alaihiwassalam dan Amar bin Ummi Maktum Al-Qurasyi Al-Amir.

Satu lagi di Quba', adalah Sa'ad Al-Qurzh, seorang mantan budak Ammar bin Yasir. Sedangkan yang lain lagi, di Makkah iaitu Abu Mahdzurah yang bernama asli Aus bin Mughirah Al-Jahmi.

Dulu Abu Mahdzur dalam adzannya biasa melakukan tarji' (mengucapkan kalimat syahadat 4 kali), dan melakukan tatsiniyah (mengucapkan dua kali-dua kali) dalam iqamahnya. Sedangkan Bilal, tidak melakukan tarji' dalam adzannya, dan tatsiniyah dalam iqamahnya.

Imam Asy-Syaf'i dan penduduk Makkah mengikuti adzan Abu Mahdzurah dan iqamah Bilal.

Sedangkan Abu Hanifah dan penduduk Irak mengambil adzan Bilal dan iqamah Abu Mahdzurah. Sementara Imam Ahmad dan para ahli hadits mengikut adzan Bilal dan iqamahnya.
Petikan ringkas dari Zadul Ma'ad Jilid 1, Ibnu Qayyim.

March 24, 2013

Nabi mewariskan hartanya di Masjid



Benar, para Nabi tidak mewariskan emas, tanah, rumah, atau barang-barang duniawi untuk dibagi, dilelang dan diperebutkan. Mereka mewariskan ilmu, keyakinan, dan bimbingan.

ALKISAH, pada suatu hari Abu Hurairah berjalan melewati pasar Madinah. Beliau kemudian berhenti dan berkata, “Hai orang-orang di pasar, betapa malangnya kalian ini!”

Mereka bertanya, “Mengapa demikian, wahai Abu Hurairah?”

Beliau menjawab, “Itu warisan Rasulullah sedang dibagi-bagikan, sementara kalian tetap disini. Mengapa kalian tidak pergi kesana dan mengambil bagian kalian?”

Mereka bertanya, “Dimana?”

Beliau menjawab, “Di masjid.”

Maka, mereka pun bergegas-gegas pergi menuju masjid. Abu Hurairah sendiri diam di tempatnya, sampai akhirnya mereka kembali lagi. Beliau bertanya, “Mengapa (kalian kembali)?”

Mereka menjawab, “Hai Abu Hurairah, kami telah mendatangi masjid dan masuk ke dalamnya. Tapi, kami tidak melihat apapun yang sedang dibagikan.”

Beliau bertanya, “Apa kalian tidak melihat seorang pun disana?”

Mereka menjawab, “Ya, benar. Kami melihat sekelompok orang sedang mengerjakan shalat, sekelompok yang lain sedang membaca Al-Qur’an, dan sekelompok lagi sedang mempelajari halal-haram.”

Abu Hurairah berkata, “Celaka kalian ini! Itulah warisan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam!” (Riwayat Thabrani dalam al-Awsath, dengan isnad hasan).

Benar, para Nabi tidak mewariskan emas, tanah, rumah, atau barang-barang duniawi untuk dibagi, dilelang dan diperebutkan. Mereka mewariskan ilmu, keyakinan, dan bimbingan. Oleh karenanya, Rasulullah bersabda, “Sungguh, ulama adalah pewaris para Nabi. Sungguh, para Nabi tidaklah mewariskan dinar (emas) maupun dirham (perak), namun mereka hanyalah mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambilnya, sungguh ia telah mengambil bagian yang sangat banyak.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari Abu Darda’. Hadits shahih).

Kaidah dalam penerapan Sunnah



Salah satu kaidah dalam penerapan Sunnah adalah menyampaikan Sunnah dan tidak memperdebatkannya terutama dengan orang yang sombong, degil dan keras kepala. Karena memperdebatkan Sunnah hanya akan membawa pada pertikaian yang berbuntut pelecehan terhadap Sunnah Nabawiyah itu sendiri. Berkata Imam Malik rahimahullah: “Perdebatan hanyalah akan membawa pada pertikaian dan menghilangkan cahaya ilmu dari dalam hati, serta mengeraskan hati dan melahirkan kedengkian. (Syiar a’lamin Nubala’, 8/ 106). Demikian pula dikatakan oleh Imam Syafii dan lain-lain. (Syiar A’lamin Nubala’, 10/28)
Dalam pengamalan atau penyampaian sunnah kita hanya diperintahkan untuk menyampaikan dengan jelas dan bukan memperdebatkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan ta’atlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kalian berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (al-Maidah: 92)
================================
1. Hukuman bagi yang menghina Nabi Muhammad SAW adalah dibunuh,
2. Barangsiapa yang mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala maka dia kafir, baik bercanda atau serius. Demikian pula orang yang menghina Allah, ayat-ayat-Nya, Rasul-Nya, dan kitab-kitab-Nya.
3. Para ulama secara pasti telah bersepakat bahwa ketika seorang muslim mencela dan merendahkan agamanya atau mencela Rasul dan merendahkannya, maka dia murtad, kafir, halal darah dan hartanya. Jika bertaubat maka diterima taubatnya. Jika tidak, maka dibunuh.” (Diambil dari Fatawa Nur ‘alad Darbi (melalui) CD)
4. Jika Nabi Ibrahim AS tidak bisa meng-islamkan ayahnya, dan nabi Muhammad SAW tidak bisa mengislamkan pamannya, maka wajar jika kita tidak bisa mengislamkan orang-orang kafir yang menjadi lawan debat/diskusi kita, maka tidak usah memaksakan diri dalam mendebat mereka, bahkan jika mereka keras kepala sebaiknya kita berhenti mendebat mereka, karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi hati yang ada di dalam dada merekalah yang buta
5. Tugas kita hanya menyampaikan ajaran islam, jika mereka mau menerima maka itu yang kita harapkan. Dan jika mereka menolak maka mereka sendiri yang menanggung akibatnya. Jika debat sudah menjurus kearah yang tidak sehat maka sebaiknya dihentikan.
6. Sesungguhnya orang-orang kafir yang keras kepala dan suka mendebat mungkin tidak banyak, tapi karena mereka aktif menggunakan internet maka seolah-olah mereka tampak banyak dan kuat, padahal orangnya hanya itu-itu saja.
7. Jangan heran dengan keras kepala dan sengitnya permusuhan orang-orang kafir, lihat surat al baqarah ayat 120
8. Dalam islam, kebebasan menyampaikan pendapat/pikiran itu ada batasannya, jadi bukan kebebasan mutlak. Dalam negara islam, tidak boleh menyebarkan pendapat yang bertentangan dengan ajaran islam, pelakunya akan dihukum.
9. Dalam negara islam, hukuman bagi orang yang murtad dari agama islam adalah dibunuh
keterangan lebih lanjut bisa dibaca di:
www.asysyariah.com
www.almanhaj.or.id

Hukum orang yang mengatakan Muslimin keterbelakang kerana sangat beragama!

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan:
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Sebagian orang yang lemah imannya mengklaim bahwa sebab keterbelakangan kaum muslimin adalah karena komitmen mereka terhadap agama. Syubhat yang mereka lemparkan bahwa tatkala orang-orang Barat tidak meninggalkan seluruh agama dan terbebas dari kungkungannya, sampailah mereka kepada kondisi sekarang ini, yaitu kemajuan peradaban sementara kita karena komitmen (iltizam) terhadap agama masih saja mengekor terhadap mereka, bukannya sebagai orang yang dipanuti. Bagaimana mementahkan tuduhan-tuduhan semacam ini? Barangkali mereka menambahkan lagi satu syubhat lainnya, yaitu ada hujan yang lebat turun di sana, hasil-hasil pertanian dan bumi yang subur menghijau. Mereka mengatakan, ini merupakan bukti kebenaran ajaran mereka.

Jawaban:
Kita katakan, bahwa sesungguhnya pertanyaan semacam ini hanyalah bersumber dari penanya yang lemah imannya atau tidak memiliki iman sama sekali; jahil terhadap realitas sejarah dan tidak mengetahui faktor-faktor kemenangan. Justru, ketika umat Islam komitmen terhadap agama pada era permulaan Islam, mereka memiliki 'Izzah (kemuliaan diri), Tamkin (mendapatkan posisi yang mantap), kekuatan dan kekuasaan di seluruh lini kehidupan.

Bahkan sebagian orang berkata, "Sesungguhnya orang-orang Barat belum mampu menimba ilmu apapun kecuali dari ilmu-ilmu yang mereka timba dari kaum muslimin pada masa permulaan Islam."

Akan tetapi umat Islam malah banyak terbelakang dari ajaran diennya sendiri dan mengada-adakan sesuatu di dalam Dienullah (agama) yang sebenarnya tidak berasal darinya baik dari sisi aqidah, ucapan dan perbuatan. Karena hal itulah, mereka benar-benar mengalami kemunduran dan keterbelakangan.

Kita mengetahui dengan seyakin-yakinnya dan bersaksi kepada Allah Subhanhu wa Ta'ala bahwa andaikata kita kembali kepada manhaj yang dulu pernah diterapkan oleh para pendahulu kita dalam dien ini, niscaya kita akan mendapatkan 'Izzah, kehormatan dan kemenangan atas seluruh umat manusia. Oleh karena itulah, tatkala Abu Sufyan menceritakan kepada Heraklius, kaisar Romawi yang ketika itu Kekaisaran Romawi dianggap sebagai negara adidaya- perihal ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, dia mengomentari,

"Jika apa yang kamu katakan mengenai dirinya ini benar, maka berarti dia adalah seorang Nabi dan sungguh, kekuasaannya akan mencapai tempat di bawah kedua kakiku ini. "

Dan tatkala Abu Sufyan dan para rekannya berpaling dari sisi Heraklius, dia berkata,

"Urusan si Ibn Kabsyah [1] ini sudah menjadi besar, sesungguhnya Raja Bani al-Ashfar (sebutan Quraisy terhadap orang Romawi) gentar terhadapnya." [2]

Sedangkan mengenai kemajuan di bidang industri, teknologi dan sebagainya yang dicapai di negara-negara Barat yang kafir dan atheis itu, tidaklah agama kita melarang andaikata kita meliriknya akan tetapi sangat disayangkan kita sudah menyia-nyiakan ini dan itu; menyia-nyiakan agama kita dan juga menyia-nyiakan kehidupan dunia kita. Sebab bila tidak, sesungguhnya Dien Islam tidak menentang adanya kemajuan seperti itu bahkan dalam banyak ayat Allah berfirman,

"Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu." [Al-Anfal : 60]

"Artinya : Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizkiNya." [Al-Mulk :15].

"Artinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu." 
[Al-Baqarah:29)]

"Artinya : Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan. " [Ar-Ra'd : 4]

Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang mengajak secara terang-terangan kepada manusia agar berusaha dan bekerja serta mengambil manfaat akan tetapi bukan dengan mempertaruhkan agama. Kaum kafir tersebut pada dasarnya adalah kafir, agama yang di-klaim juga adalah agama yang batil. Jadi kekufuran dan atheistik padanya sama saja, tidak ada perbedaannya. Dalam hal ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

"Artinya : Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya. " [Ali Imran: 85]

Jika Ahli Kitab yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan Nashrani memiliki sebagian keunggulan yang tidak sama dengan orang-orang selain mereka akan tetapi mereka sama saja bila dikaitkan dengan masalah akhirat kelak, oleh karena itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersumpah bahwa tidaklah umat Yahudi atau Nashrani tersebut yang mendengar (dakwah) beliau kemudian tidak mengikuti ajaran yang beliau bawa melainkan ia termasuk penghuni neraka. Jadi, sejak awal mereka itu adalah kafir, baik bernisbah kepada Yahudi ataupun Nashrani bahkan sekalipun tidak bernisbah kepada keduanya.

Sementara adanya banyak curahan hujan dan selainnya yang mereka dapatkan, hal ini hanya sebagai cobaan dan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah memang menyegerakan bagi mereka anugerah kenikmatan-kenikmatan di dalam kehidupan duniawi sebagaimana yang disabdakan Nabi Saw kepada Umar bin Al-Khaththab tatkala dia melihat beliau lebih mengutamakan tidur beralaskan tikar sehingga membuat Umar menangis. Dia berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah, orang Persi dan Romawi hidup bergelimang kenikmatan sementara engkau dalam kondisi seperti ini?" Beliau menjawab,

"Artinya : Masih ragukah engkau wahai Ibn al-Khaththab? Mereka itu kaum yang memang disegerakan untuk mendapatkan kenikmatan-kenikmatan di dalam kehidupan duniawi." [3]

Kemudian mereka juga ditimpa musibah kelaparan, malapetaka-malapetaka, gempa dan angin-angin topan yang meluluhlantakkan sebagaimana yang diketahui bersama dan selalu disiarkan di radio-radio, koran-koran dan sebagainya.

Akan tetapi orang yang mempertanyakan seperti ini buta. Allah telah membutakan penglihatannya sehingga tidak mengetahui realiti dan hakikat yang sebenarnya. Nasehat saya kepadanya agar dia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari pandangan-pandangan seperti itu sebelum ajal dengan tiba-tiba menjemputnya. Hendaknya dia kembali kepada Rabb-nya dan mengetahui bahwa kita tidak akan mendapatkan 'Izzah, kehormatan, kemenangan dan kepemimpinan kecuali bila kita telah kembali kepada Dien al-Islam; kembali dengan sebenar-benarnya yang diimplementasikan melalui ucapan dan perbuatan. Dia juga hendaknya mengetahui bahwa apa yang dilakukan orang-orang Kafir itu adalah batil, bukan Haq dan tempat mereka adalah neraka sebagaimana yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan melalui lisan RasulNya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Pertolongan berupa nikmat banyak yang dianugerahkan Allah kepada mereka tersebut hanyalah cobaan, ujian dan penyegeraan kenikmatan, hingga bilamana mereka telah binasa dan meninggalkan kenikmatan-kenikmatan ini menuju Neraka Jahim, barulah penyesalan, derita dan kesedihan akan semakin berlipat bagi mereka. Ini semua merupakah Hikmah Allah dengan memberikan kenikmatan kepada mereka padahal mereka sebagaimana telah saya katakan tadi, tidak akan selamat dari bencana-bencana, gempa, kelaparan, angin topan, banjir dan sebagainya yang menimpa mereka.

Saya memohon kepada Allah agar orang yang mempertanyakan ini mendapatkan hidayah dan taufiq, mengembalikannya ke jalan yang haq dan memberikan pemahaman kepada kita semua terhadap dien ini, sesungguhnya Dia Mahakaya lagi Mahamulia. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, washallallahu 'ala Nabiyyina Muhammad Wa 'Ala Alihi Wa Ala Ashhabihi Ajma 'in.

[Alfazh Wa Mafahim Fi Mizan asy-Syari'ah, h.4-9, dari fatwa Syaikh Ibn Utsaimin]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Musthofa Aini dkk, Penerbit Darul Haq]
_________
Foote Note
[1]. Ibn Kabsyah adalah salah seorang dari suku Khuza'ah yang menyembah sesuatu yang bertentangan dengan ibadah bangsa Arab karenanya Abu Sufyan menjuluki Rasulullah demikian, karena beliau juga mengingkari dari apa yang mereka anut, pent.
[2]. HR. Al-Bukhari, Bad'ul Wahyi (7) al-Jihad (2941); Muslim, al-Jihad (1773).
[3]. HR. Al-Bukhari, Al-Mazhalim (2467), An-Nikah (5191).

March 21, 2013

Mengapa kaki haiwan mempunyai jumlah yang genap?

Ibnu Qayyim dalam bukunya , "Men and The Universe," menyuruh kita memerhatikan hikmah yang luar biasa pada penciptaan Allah Subhanahuwataala pada kaki haiwan!

Mengapa kaki haiwan berjumlah genap: dua atau empat, agar dapat berjalan, bekerja dan keperluannya lancar. Kalau ganjil, haiwan tidak dapat melakukannya. Kerana kalau berjalan, ia berpindah dengan sebahagian kakinya dan berdiri diatas yang lain.

Haiwan yang berkaki dua memindahkan satu kaki dan berdiri diatas kaki yang lain. Yang berkaki empat memindahkan dua kaki dan berdiri pada dua kaki yang lain, dan itu dilakukan secara bercanggah. Sebab, kalau dia memindahkan dua kaki pada satu sisi dan berdiri di atas dua kaki pada sisi yang lain, tentu dia tidak dapat tegak di atas tanah pada saat memindahkan kaki-kakinya.

Tentu haiwan yang seperti ini jalannya melompat-lompat seperti burung. Hal itu tentu menyeksa serta membuatnya lelah kerana badannya berat, berbeza dengan burung.  Oleh sebab itu apabila manusia berjalan dengan cara itu, meskipun hanya sebentar, dia merasa lelah, berbeza jika ia berjalan secara biasa.

Hikmah menuntunnya mendahulukan tangan kanannya bersamaan kaki kiri dan mendiamkan tangan kiri dan kaki kanan, kemudian memindahkan dua (tangan dan kaki) yang lain dengan cara yang sama. Inilah jalan yang paling mudah dan paling ringan bagi haiwan..
MashaAllah....daripada Relections of Ibnu Qayyim ...

March 19, 2013

Penjelasan bahwa langit merupakan benda yang memiliki wujud fisik, bukan macam belon.

Khutbah pilihan oleh Sheikh Utsaimin


Ma'asyirol Muslimin!
Bertakwalah dan ta'at lah kalian kepada Allah. Percayalah kepada semua yang diterangkan oleh Allah dan RasulNya menyangkut persoalan gaib, yakinilah hal itu, serta tolak dan buanglah semua ucapan manusia yang bertentangan dengan Al-Kitab dan As-Sunnah. Sesungguhnya apa saja yang menyelisihi Al-Kitab dan As-Sunnah adalah batil dan dusta, tidak mengandung hakikat kebenaran. Sedangkan segala yang bersesuaian dengan Al-Kitab dan As-Sunnah adalah benar, kerana adanya dalil dan alasan yang kuat tentang hal itu. Sesungguhnya firman Allah dan sabda Rasulullah , merupakan ucapan yang paling benar, jelas dan nyata bagi manusia. Ketahui lah bahwa Allah azzawajalla telah menciptakan tujuh langit berlapis lapis dan kokoh di atas kalian.

Semua langit yang tujuh itu merupakan benda yang memiliki wujud fisik yang nyata, tidak perlu di ragukan atau diperdebatkan lagi. Allah azzawajalla berfirman, sedangkan firman-Nya adalah maha benar :

"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis."   [Al-Mulk ;67:3]

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh jalan (tujuh langit)...."
[Al-Mukminun ; 23:17]

"Dan Kami bangun diatas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh."  [An-Naba' ; 78:12]

"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunkannya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakan."  [An-Naziat; 79:27-28]

Firman Allah, "Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara......" [Al-Anbiya; 21:32]

Firman Allah, "Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada diatas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun?  [Qaf ; 50:6] ..... Furuj ertinya retak retak...

"Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat." [Ar-Ra'ad ;13:2]

Firman Allah, " (yaitu ) pada hari Kami gulung langit sebagaimana mengulang lembaran-lembaran keras pada buku..." [Al-Anbiya ; 21:104]

"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya...."  [Az-Zumar ; 39:67]

"Sesungguhnya orang orang yang mendustakan ayat ayat Kami dan mneyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu pintu langit..." Al-A'raf ;7:40

"Dan Dia menahan langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya .." Al- Hajj; 22:65

Ayat-ayat diatas dan semisalnya menunjukkan secara tegas, tidak boleh diragukan lagi, bahwa semua langit tersebut merupakan benda-benda yang memiliki wujud fisik secara hakiki. Tegas menunjukkan hal yang demikian, tidak dapat diragukan lagi.

Istilah thoro'iq (jalan-jalan), tibaq (tingkatan tingkatan), ar- rof'u (ketinggian), samk (bangunan), saqf (atap), thoyy(liputan) , semua ini menunjukkan secara gamblang dan tegas bahwa semua langit itu merupakan benda-benda yang memiliki wujud fisik. Kemudian pernyataan adanya pintu-pintu baginya, tidak adanya keretakan-keretakan, dan tidak mungkinnya ia jatuh ke bumi, semua itu menunjukkan bahwa tujuh langit itu memiliki wujud fisik yang nyata.

Nabi shallallahu alaihiwassalam ketika dimi'rajkan, beliau di naikkan ke semua langit itu, satu langit demi satu langit. Di setiap langit tersebut beliau mengucapkan salam kepada salah seorang diantara para nabi-semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada mereka.
Hal itu telah menjadi sesuatu yang mutawatir bagi kaum muslimin, mereka telah menyepakatinya. Barangsiapa yang menolak atau meragukan sebagian hal tersebut, maka ia kafir, karena ia telah mendustakan Allah, Rasul-Nya, dan ijmak kaum mukminin.

Saya (Sheikh Utsaimin) perlu menegaskan dan menekankan hal ini, kerana ada beberapa ahli falak zindik dan ateis yang menolak anggapan bahwa langit merupakan benda-benda yang memiliki wujud fisik. Di khawatirkan, anggapan anggapan batil ini akan laris di kalangan orang yang tidak mempunyai ilmu tentang Al-Kitab dan As Sunnah. Semua teori yang dikemukakan oleh ahli falak mengenai persoalan persoalan ini jangan sampai Anda yakini kecuali setelah Anda menilainya dengan al-Quran dan As-Sunnah terdapat dalil yang menyalahi teori tersebut, berarti teori tersebut batil dan tertolak.

Apabila tidak terdapat dalil dalam al-Quran dan As Sunnah yang membenarkan atau menolak teori itu, maka kita harus menahan sikap mengenainya, sampai datangnya dalil ilmiah atau rasional yang menunjukkan kebenarannya. Tidak mungkin ada seorang pun yang dapat menembus atau melampaui semua langit itu, baik kekuatan industri maupun dengan sarana lainnya, kecuali dengan izin Allah.

Manusia terbaik, Muhammad shallallahu alaihiwassalam pernah dimi'rajkan dengan ditemani Jibrail alaisalam, yang telah disifati oleh Allah sebagai memiliki kekuatan besar dan ke dudukan terhormat. Maka, keduanya tidak mendatangi satu pun dari tujuh langit itu, kecuali selalu minta dibukakan, sampai pintu itu dibukakan untuk mereka ...Allahu Akbar!

Disalin dari buku "kumpulan khutbah pilihan " oleh Sheikh Utsaimin.

Telanjang dan Mengumbar Aurat

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat di tipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu bapamu dari Shurga, ia meninggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin- pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman."
(QS. Al-A'raaf:27)

Sheikh Salim bin Ied al-Hilali mengatakan nash al-Quran ini patut direnungi untuk memahami hakikat peperangan yang telah terjadi antara Iblis dan manusia.

Peringatan Allah ini merupakan pembongkaran rahsia langkah-langkah syaitan, berbagai cara dan pintu masuk yang digunakannya, serta sumber-sumber dan berbagai bentuknya.

Syaitan telah mengeluarkan ibu-bapa kita, Adam dan Hawa, dari Shurga dan mencabut pakaian keduanya, sehingga keduanya menjadi telanjang. Itu semua ditimpakan oleh musuh keduanya dengan sebab kealfaan mereka kepada Rabb-nya, serta mempeturutkan bisikan dan pengelabuan syaitan.

Peringatan dan bahan renungan Ilahi ini akan mudah difahami, apabila Anda memperhatikan bahwa ciri khas kaum Jahiliyyah- zaman dulu dan sekarang adalah telanjang dan mengumbar aurat. Syi'ar-syi'ar nya adalah penyesatan, bergelimang dosa dan fitnah sebagai perlaksanaan dari perbuatan syaitan dan penerapan langkah Iblis.

Nukilan dari Maqaami usy-Syaithaan fii Dhau-il Kitaan wa Sunnah ash-Shahiihah-penulis ;
Sheikh Salim bin Ied al-Hilali..(melumpuhkan Godaan Syaitan)

March 18, 2013

Siapakah yang lebih baik perkataannya?


Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (QS Fushilat [41]: 33).
Dakwah termasuk amal yang paling utama, Islam dapat tersebar ke seluruh dunia dan diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga dapat hidup sepanjang masa. Islam juga dapat tegak secara kaffah di tengah kehidupan manusia yang beraneka ragam. Terdapat banyak ayat maupun hadits yang memerintahkan kaum Muslim berdakwah. 
Tidak ada perkataan dari seorang pun yang lebih baik daripada orang yang menyeru kepada Allah Ta'ala. Pahala yang diberikan kepada pendakwah pun sangat besar. Rasulullah shallallahu alaihiwassalam  bersabda: 
"Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah .".  HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan al-Nasa’i). 
Ketika dakwahnya diterima, pahala yang diberikan kepadanya pun terus mengalir. Rasulullah shallallahu alaihiwassalam juga  bersabda: 
"Barangsiapa yang menunjukkan kebaikan, maka dia mendapat semisal pahala pelakunya" 
(HR Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan Ahmad).
Bahkan dakwah yang disampaikan kepada penguasa yang zalim disebut Nabi saw sebagai afdhal al-jihâd, jihad yang paling utama (lihat HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Inilah perkataan terbaik. Perkataan yang mengajak kepada Islam, disampaikan oleh orang yang taat terhadap syariah, dan tanpa ragu bahkan bangga menunjukkan jati dirinya sebagai kaum Muslim. Tidak takut pada cemuhan dan celaan orang orang mushrik. Siapa pun yang ingin mendapatkan kemuliaan dari Allah Subhanahuwataala derajat dan martabat yang tinggi di sisi-Nya, dan kebahagiaan hakiki, maka harus memiliki sifat ini dan mempratikkannya dengan amal sholeh. Semoga kita termasuk di dalamnya. Ameen.

March 16, 2013

Hidupkan Sunnah dari Masjid

"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun didalamnya di samping (menyembah) Allah." QS al-Jinn: 18.

"Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada sesiapapun) selain kepada Allah, maka mereka lah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." QS at-Taubah : 18

Masjid merupakan rumah Allah azzawajalla, dimana manusia menyembah-Nya dan mengingat nama-Nya. Pengunjung didalamnya adalah orang yang memakmurkannya dan merupakan sebaik baik bidang tanah Allah dimuka bumi ini, sebagai menara petunjuk, serta corong agama. Ia adalah majlis dzikir, mihrab nya ibadah, menaranya pengajaran ilmu dan pengetahuan pokok pokok shariat. Bahkan masjid menjadi lembaga pertama yang menjadi titik tolak penyebaran ilmu dan pengetahuan didalam Islam!

Masjid merupakan media implementasi Amal dalam rangka mengajak kepada Iman dan Amal soleh, pendidikan, pembudayaan, pembinaan dan penyuluhan.

Sesungguhnya masjid sepanjang sejarah merupakan institusi pendidikan untuk kanak-kanak kecil dan orang dewasa. Sebagai halaman untuk ibadah, madrasah ilmu, menjadi sumber pengarahan ruhani dan balai etika.

Dari itu masjid bukanlah untuk satu kelompok saja, tapi untuk umat Islam keseluruhannya. Masjid bukanlah di dominasi oleh sekumpulan asatizah yang bersealiran pendapat sahaja, tetapi sepatutnya terbuka kepada semua, terutama yang memperjuangkan Sunnah Nabi kita yang mulia, shallallahu alaihiwassalam. Kalau fahaman Salaf (yang di injak dengan gelaran "wahabi") tidak boleh tumbuh dan berkembang di rumah Allah, fahaman seperti apakah yang akan menumbuh, menular di masjid masjid kita?

Jika Sunnah tidak dapat di tegakkan di masjid masjid kita, ini bererti bid'ah bid'ah yang mendapat tempat di rumah Allah yang suci ini?

Malah menegakkan Syariah Islam yang benar itu lebih wajib di beri laluan dan diperjuangkan daripada kegiatan kegiatan yang tidak berwarisan dari Islam dan dapat menyuburkan fahaman liberal.

Jika masjid menjadi pusat kegiatan umat Islam, jadi mengapa melarang mereka yang hendak menegakkan Syariah Islam yang benar. Mengapakah para dai' / penceramah dari Ahlus Sunnah yang tulen tidak di benarkan berceramah, atau di sulitkan berceramah atau kalau dibenarkan pun ada garis pandu apa yang boleh di sampaikan.

Buktikanlah cinta kita kepada  Nabi shallallahu alaihiwassalam, dengan menegakkan, menerapkan Sunnah sunnah beliau bukan menyibukkan diri dengan ibadah yang tidak bersumber dari agama beliau.

Hidupkan Sunnah dari Masjid!

Wallahul a'lam

March 14, 2013

Peringatan Penting bagi kaum Muslimin!


Khutbah oleh Syaikh Utsaimin.. Beberapa jenis pakaian terlarang.

Kaum Muslimin!
Bertakwah lah kepada Allah. Jagalah diri dan keluarga Anda dari Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan. Penjaganya adalah malaikat malaikat yang besar dan keras, yang tidak mendurhakai perintah Allah dan senantiasa melaksanakan apapun yang diperintahkan kepada mereka.

Wahai kaum pria!
Allah telah menjadikan Anda sebagai pemimpin pemimpin bagi para wanita, maka tunaikanlah tugas ini! Kelolalah urusan mereka dan didiklah mereka! Jangan jadi orang asing di tengah keluarga, tidak pernah melarang mereka dari tindak kejahatan dan kerusakan. Sikap seperti ini mengandung mafsadat dari dua sudut; 1, sikap ini mencampakkan kehormatan dan menghapuskan kelelakiannya di tengah tengah keluarga, dan 2, merupakan pengabaian terhadap kewajipan memimpin mereka yang telah ditetapkan oleh Allah.

Kaum Muslimin!
Andai kata seorang pengembala kambing membawa kambing kambingnya ke lembah lembah maut dan tempat tempat yang berbahaya, bukanlah Anda menganggapnya sebagai orang yang dzalim dan melampaui batas? Jika demikian, ada diantara Anda yang rela melihat keluarganya melalaikan kewajipan dan tenggelam dalam hal hal yang diharamkan oleh Allah sebab dia tidak menjalankan amar makruf nahi munkar.

Wahai kaum Muslimin!
Keluarga kita memiliki banyak persoalan! Dan salah satunya yang paling berbahaya adalah tindakan para wanita yang pergi ke pasar-pasar (mall) dengan memakai parfum dan memperlihatkan aurat. Mereka pergi dengan tangan dipenuhi perhiasan emas, mengenakan pakaian pendek, ketat, tipis yang dengan mudah menampakkan bentuk tubuh mereka. Mungkin, mereka juga berdiri di hadapan pria pemilik toko, tertawa tawa bersamanya. Ini merupakan fitnah yang besar dan buruk. Tidak kira yang lanjut usia atau gadis remaja. Ini sungguh mengherankan. Padahal, para gadis kita dari dahulu dan beberapa tahun sebelum ini, tidak terlintas di dalam hatinya untuk keluar kepasar pasar. Andaikata mereka perlu keluar rumah, mereka tidak keluar rumah kecuali pada pagi atau sore hari dan sangat berhati-hati dan menutup diri. Namun keadaan berubah begitu cepat menjadi seperti yang Anda lihat, seakan akan kita telah melakukan sebuah lompatan jauh menuju tradisi bersolek dan buka- buka aurat.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, wala haula wala quwwata illa billah!

Wahai kaum Muslimin!
Telah di riwayatkan secara shahih dari Nabi shallallahu alaihiwassalam bahwa beliau bersabda;
"Ada dua golongan penghuni Neraka yang aku belum pernah melihatnya......dan wanita wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berbelok dan membelokkan, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk shurga dan tidak akan mencium baunya, padahal bau shurga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian."

Inilah sifat sifat para wanita penghuni Neraka, berpakain tetapi telanjang. Artinya, mereka mengenakan pakaian akan tetapi pakaian itu tidak berguna dan tidak menutupi, kerana terlalu pendek, tipis atau terlalu ketat. Mereka berbelok dari kebenaran dan jalan lurus, serta membelokkan orang lain darinya. Itu lantaran pakaian dan tingkah laku mereka menggoda, yang menyesatkan dirinya sendiri dan orang lain.

Wahai kaum Muslimin!
Wahai orang orang yang beriman kepada Allah dan Rasul- Nya! Wahai orang orang yang percaya akan berita dan menerima nasihat beliau! Sang juru nasihat terpecaya telah memberitahu kepada Anda semua tentang pakaian para wanita penduduk Neraka, supaya Anda semua berhati-hati terhadap pakaian tersebut dan mencegah wanita-wanita kalian mengenakannya. Adakah Anda mendapati seseorang yang lebih tulus nasihatnya daripada Rasulullah shallallahu alaihiwassalam ? Adakah pola hidup yang lebih sempurna daripada pola hidup beliau? Bolehkah Anda mendapat jalan untuk memperbaiki masharakat dan memerangi perusak perusak agama dan kemuliannya, yang lebih sempurna dan lebih baik daripada jalan beliau? Tidak mungkin! Demi Allah, Anda tidak akan menemukan itu selamanya. Setiap orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya pasti tahu tidak ada orang yang nasihat serta pola dan jalan hidupnya yang lebih baik dari Muhammad shallallahu alaihiwassalam. Namun, kelalaian dan taklid buta menyebabkan kita terjerumus dalam kesalahan- kesalahan yang kita lakukan.

Kaum Muslimin!
Pakaian pakaian pendek atau ketat yang dikenakan oleh putri-putri Anda, dimana Anda biarkan mereka mengenakannya atau bahkan mungkin Anda sendiri yang memberikan pakaian tersebut kepada mereka, bukan pakaian yang mendatangkan kebaikan bagi mereka, melainkan keburukan. Pakaian yang menghilangkan rasa malu, mendatangkan fitnah kepada mereka, dan mengakibatkan tersingkirnya pakaian syari' yang menutup aurat dengan sempurna, yakni pakaian MALU dan pakaian Salafush Sholih. Kita menyaksikan anak-anak perempuan berusia delapan tahun atau lebih, mengenakan rok setengah paha saja dan didalamnya mengenakan celana dalam, sehingga Anda dapat melihat bagian-bagian yang sangat dekat dengan qubul dan dubur, khususnya bila rok tersebut langsung bersambung dengan pakaian atas, maka ujung ujung rok tersebut mudah tersingkap dari bawah keatas sehingga menampakkan aurat.

Saudara-saudaraku!
Apa manfaat pakaian seperti ini bagi masharakat? Apakah pakaian ini dapat mendidik moral masharakat, menyempurnakan imannya, memperbaiki kerjanya, memajukan keadaannya, atau menyehatkan badan orang yang memakainya? Sama sekali tidak! Justru pakaian itu mengandung banyak mafsadat, menghilangkan rasa malu dan membiasakan dikenakanya pakaian seperti itu bila kelak anak-anak sudah dewasa sebagaimana boleh disaksikan. Dampak negatif pakaian-pakaian model ini tidak hanya menimpa anak-anak, tetapi juga merambah kepada para gadis muda yang sudah memasuki usia layak menikah. ***Yang lanjut usia juga ramai yang mengenakan baju ketat, celana panjang sehingga nampak lekuk lekuk badannya***

Kaum Muslimin!
Pakaian yang tercela itu bukanlah lantaran ia merupakan pakaian asing atau model baru. Tidak semua hal yang baru pasti itu tercela, kecuali bila jelas merbahayakan dan menyimpang dari kewajipan yang harus dijalankan. Anda telah menyaksikan sendiri dan mendengar orang lain tentang berbagai dampak negatif pakaian- pakaian tersebut. Kerana itu, kita mengingkari dan mengingatkannya. Saya memohon kepada Allah Subhanahuwataala agar menolong kita semua untuk menjalankan kebaikan, mencegah kita dari kejahatan, mengaruniakan kesentosaan kepada kita baik di dunia maupun di akhirat, serta menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang disebut dalam FirmanNya :

"Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal."  (Az-Zumar [39] : 17-18)
Ameen

Khutbah disampaikan di Masjid Jami' Al-Kabir di 'Unaizah lebih 15 tahun yang lalu..bayangkan   kondisi sekarang... Jika Sheikh maseh hidup dan menyaksikan keadaan wanita wanita kita.....
Dari Kumpulan Khutbah Pilihan, terbitan Al-Qowam, Solo.

March 13, 2013

Hadits maudhu' dan hadits yang tidak ada sumbernya.

Berikut hadits hadits yang maudhu' (palsu) dan hadits yang tiada sumber asalnya, yang sering digunakan:-

1. "Sesungguhnya Allah menggenggam segenggam dari cahaya-Nya, lalu berfirman kepadanya, 'Jadilah engkau Muhammad.' "
Hadits maudhu'

2. "Wahai Jabir, bahwa yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah cahaya Nabimu."
Hadits maudhu'

3. "Bertawassullah dengan (menggunakan) kedudukanku."
Hadits ini tidak ada sumber asalnya.

4. "Barangsiapa yang menunaikan haji kemudian tidak berziarah kepadaku, maka dia telah bersikap kasar kepadaku."
Hadits maudhu'. Demikian menurut al-Hafizhahullah adz-Dzahabi,

5. "Cinta tanah air adalah sebagian daripada iman."
Hadits maudhu'. Demikian menurut al-Ashfahani.

6. "Barangsiapa mengetahui dirinya, maka dia telah mengetahui Rabbnya."
Hadits ini tidak ada sumbernya.

7. "Ketika Adam melakukan kesalahan, dia berkata, "Wahai Rabb-ku, aku memohon kepadaMu dengan hak Muhammad agar Engkau mengampuniku."
Hadits maudhu'

8. "Jika khatib telah naik mimbar, maka tak ada lagi shalat dan perbincangan."
Hadits batil. Lihat Silsilah al-Ahadits adh-Dhaifah, no87

9. "Kalian carilah ilmu meskipun sampai di negeri Cina."
Hadits batil. Ibnu Jauzi memasukkannya dalam kelompok hadits hadits maudhu'.

Oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu 

March 12, 2013

Jalan (manhaj) Golongan Yang Selamat


1. Golongan yang selamat ialah golongan yang setia berpegang teguh kepada manhaj Rasulullah shallallahu alaihiwassalam dalam hidupnya dan manhaj para sahabat sesudahnya.
Iaitu Kitab Suci al-Quran yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan kepada para sahabatnya dalam hadits hadits shahih.

2. Golongan yang selamat akan kembali (merujuk) kepada Firman Allah dan sabda RasulNya tatkala terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari Firman Allah dalam surah An-Nisa :59/65

3. Golongan yang selamat tidak mendahulukan perkataan seseorang atas Firman Allah dan Sabda RasulNya, sebagai realisasi dari Firman Allah dalam surah Al-Hujurat: 1

4. Golongan yang selamat senantiasa menjaga kemurniaan tauhid.
Tidak berdoa dan memohon pertolongan selain Allah. Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala simbol simbolnya. Kehidupan tidak berpolakan kaum kuffar.

5. Golongan yang selamat senang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah dalam ibadah, prilaku dan segenap kehidupannya.
Karena itu mereka menjadi orang orang asing di tengah kaumnya;
"Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka Keuntungan besarlah bagi orang orang yang asing. (HR. Muslim)

6. Golongan yang selamat tidak fanatik kecuali kepada Firman Allah dan sabda RasulNya yang ma'sum, yang berbicara tidak berdasarkan hawa nafsu.
Adapun manusia selainnya, betapa pun tinggi darjatnya terkadang melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi, " setiap manusia pernah melakukan kesalahan dan sebaik baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat."  ( Hadits Hasan riwayat Ahmad)

7. Golongan yang selamat menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran.
Mereka melarang segala jalan bid'ah dan kelompok kelompok yang menghancurkan dan memecah belah umat, berbuat bid'ah dalam hal agama dan menjauhi sunnah Rasul dan para sahabatnya.

8. Golongan yang selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan para sahabat.
Agar mereka mendapatkan pertolongan dan masuk Shurga atas anugerah Allah dan syafa'at Rasulullah shallallahu alaihiwassalam - dengan izin Allah -

9. Golongan yang selamat mengingkari peraturan dan perundang-undangan yang di buat oleh manusia jika bertentangan dengan ajaran Islam.
Mereka mengajak manusia berhukum kepada al-Quran yang diturunkan Allah untuk kebahagian manusia di dunia dan akhirat. Hukum-Nya abadi sepanjang masa dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang zaman.
Sungguh sebab kesengsaraan dunia, kemerosotan dan kemundurannya, khususnya dunia Islam, adalah kerana mereka meninggalkan hukum hukum Kitab Suci dan sunnah Rasulullah  shallallahu alaihiwassalam.  Umat Islam tidak akan jaya kecuali dengan kembali kepada ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok mau secara pemerintahan.
Petikan ringkas dari 'Jalan golongan yang Selamat' oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu.

Siapakah yang beruntung dapat mendatangi telaga Rasulullah?


Siapakah mereka yang beruntung dapat mendatangi telaga Rasulullah di hari Kiamat kelak?

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Mereka yang akan mendatangi telaga Rasul adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, yang senantiasa mengikuti syariatnya. Sedangkan siapa yang enggan mengikuti syariat Rasul dan berlaku sombong, maka mereka akan diusir dari telaga Rasul.” (Majmu’ Fatawa Wa Rasa’il Ibnu Utsaimin). 

Imam al-Qurtubi menambahkan, “Maka setiap yang murtad dari agama Allah, ataupun membuat sesuatu yang baru (dalam syariat) yang tidak diridhai dan tidak diizinkan oleh Allah, mereka adalah orang-orang yang terusir dari telaga Rasulullah dan dijauhkan darinya. Dan orang yang paling berat pengusirannya adalah mereka yang menyelisihi jama’ah kaum muslimin, dan memisahkan diri dari jalan kaum muslimin seperti kaum Khawarij, Rafidhah dan Mu’tazilah….” 

Dalam hadits yang diriwayatkan Anas, bahwa Nabi bersabda,


إِنِّى عَلَى الْحَوْضِ حَتَّى أَنْظُرَ مَنْ يَرِدُ عَلَىَّ مِنْكُمْ وَسَيُؤْخَذُ أُنَاسٌ دُونِى فَأَقُولُ يَا رَبِّ مِنِّى وَمِنْ أُمَّتِى. فَيُقَالُ أَمَا شَعَرْتَ مَا عَمِلُوا بَعْدَكَ وَاللَّهِ مَا بَرِحُوا بَعْدَكَ يَرْجِعُونَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ 

“Sesungguhnya aku akan berdiri di atas Telaga (al-Haudh) sehingga aku melihat orang yang akan datang kepadaku di antara kalian, dan beberapa manusia dihalau dariku, lalu aku berkata, “Ya Rabb, mereka dariku, dari ummatku.” Kemudian akan dikatakan, “Apakah kamu mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu? Demi Allah, mereka telah berbalik ke belakang (murtad).” (Muttafaq ‘alaih).

لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ... فَأَقُولُ إِنَّهُمْ مِنِّي فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي 

“Akan datang ke (telaga) ku orang-orang yang kukenal dan mereka mengenaliku, namun kemudian mereka terhalang dariku...” 
Akupun berkata, “Mereka adalah bagian dariku!”. Dijawab, “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan setelah engkau (meninggal dunia)”. Aku berkata, “Menjauhlah orang-orang yang mengubah-ubah (agamaku) sesudahku!”. (HR. al-Bukhari, no. 7050). 

Alangkah bahagianya orang-orang yang diperkenankan untuk merasakan telaga Nabi, semoga kita termasuk golongan yang beruntung itu. Dan alangkah sedihnya orang yang terhalang untuk menikmatinya, semoga kita dijauhkan dari golongan yang malang tersebut. 

[Sumber: Ringkasan dari Al-Mabakhis Mukhtasharah fi Khaudi an-Nabi, Isa bin Abdurrahman al-Utaibi, Maktabah Syamilah] 

March 10, 2013

Tiga perangai yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan merasakan kemanisan iman

"Ada tiga perangai, barang siapa yang ada pada dirinya ketiga perangai tersebut, ia akan merasakan manisnya iman; orang yang menjadikan  Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selainnya, orang yang mencintai seseorang dan ia tidak mencintainya melainkan karena Allah semata, dan orang yang benci jika kembali kepada kekufuran setelah ia di selamatkan Allah darinya, sebagaimana ia benci jika dicampakkan ke dalam api."
 HR. Bukhari no.16 dan21. Muslim no163/164.

Imam Nawawi berkata,: "Hadits ini adalah hadits yang agung, salah satu dari prinsip prinsip dasar Islam, para ulama bertutur; makna manisnya iman iaitu, kelazatan yang dirasakan ketika melaksanakan berbagai keta'atan dan bersabar dalam menanggung Kesulitan untuk menggapai redha Allah dan Rasul-Nya serta lebih mengutamakannya dari kepentingan duniawi.
Lihat "Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim"  2/203.

Benci kepada kekufuran hanya akan terwujud dengan cara menjauhkan dirinya dari sebab sebabnya, serta berbagai perbuatan yang dapat mendekatkan kepadanya berupa kemaksiatan dan bid'ah yang beraneka ragam dan seterusnya. "Bahjatun Nadzhirin bi Syarhi Riyadhis Shalihin" 1/444 hadits 375.

Hidup dalam Keterasingan

"Awal (kedatangan) Islam sebagai sesuatu yang asing dan ia akan kembali (menjadi) asing sebagaimana permulaannya, maka kebahagian bagi orang-orang yang asing."

HR Muslim di shahihkan oleh Sheikh al-Albani.

Sahabat bertanya " Ya Rasulullah, siapakah orang orang yang asing itu?"  Beliau menjawab;
"Yaitu orang orang mengupayakan perbaikan di kala kerusakan melanda manusia."

Dalam hidup ini sejatinya manusia tidak menyukai keterasingan, tidak sedap dengan kesendirian, tidak suka dengan sifat individualist dan ekslusif. Manusia justru menginginkan agar keberadaan nya diterima dan dihargai oleh manusia lain. Dimana mereka saling menerima, saling berbagi dan saling menghormati satu sama lain...

Namun, ada sekelompok manusia yang menikmati keterasingan ini, mereka laksana sehelai rambut putih di tengah tumpukkan rambut hitam yang pekat. Bagaimana tidak?
Saat manusia menjauh dari agamanya, mereka justru mendekat dan memegang erat erat!
Saat manusia membuka lebar pintu hawa nafsunya, mereka justru menutupnya rapat rapat!
Saat manusia berluasa dengan  bid'ah mereka justru memperjuangkan sunnah!
Saat manusia merusak bumi ini dengan perilaku maksiatnya, mereka justru menghidupkanya dengan dakwah, mereka menyeru manusia untuk kembali ke jalan Rabbul'Alamiin...

Maka berbahagialah orang-orang yang asing. Sebagaimana firman Allah ;


"Bagi mereka kebahagian dan tempat kembali yang baik."   QS. At-Ra'ad:29

Kerana mereka termasuk golongan As-Sabiquunal Awwalun yang mengikut/memeluk Islam pada saat Islam sebagai sesuatu yang asing. Sedang mereka adalah manusia manusia yang paling bahagia.

Di petik dari kitab "Hidup dalam keterasingan" oleh Ibnu Taimiyyah.