SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

November 30, 2014

"Loceng adalah seruling syaitan" bagaimana alat musik lainnya?

Menggunakan alat-alat musik untuk ber-taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala serta menganggapnya sebagai suatu jalan untuk mendapat pahala-Nya, jelas pendapat seperti itu merupakan bid'ah. Tidak ada seorang nabi pun yang mengatakan sedemikian dan tidak ada satu pun kitab samawi yang mengajarkannya. Bahkan dalam al-Quran menegaskan,

"Dan tinggalkanlah golongan yang menjadikan agama mereka sebagai mainan dan senda gurau."  [QS. Al-An'am; 70]. Dan

"Shalat mereka di sekitar Baitullah, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan."
[QS. Al-Anfal:35]

Ayat tersebut disebutkan siulan dan tepukan tangan sedangkan suara rebana dan seruling lebih keras dari itu.  Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda; "Loceng adalah seruling syaitan."
[HR. Shahih Muslim]
Jika loceng saja dikatakan sebagai serulingnya syaitan, bagaimana halnya dengan yang diiringi dengan gendang dan seruling dengan beragam bentuk dan suara?

Oleh kerana itulah Abu Bakar Siddiq mengherdik dua kanak kecil (hamba) perempuan yang menabuh rebana dihadapan Aisyah radiyallahu anha pada suatu eid. Beliau mensifatinya sebagai "seruling syaitan".  Allahul Musta'an 
(Ibnu Qayyim, 'Menyingkapi Hukum Nyanyian")

November 29, 2014

Siapakah tentera dan pembela syaitan?

Ibnu Qayyim mengatakan; Para ahli bid'ah itu bukanlah da'i-da'i yang menyeru manusia kejalan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka sedikit pun tidak memiliki hujah yang nyata.
"Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka."  [QS. al-Najm: 23]

Mereka pada hakikatnya menyeru manusia untuk mengikuti ajaran syaitan. Mereka adalah tentera dan pembela syaitan. Mereka menyeru manusia kepada perbuatan yang dibenci Allah dan RasulNya dan perilaku yang menjauhkan keredha'an-Nya serta mendekatkan kemurkaan-Nya.
(Ibnu Qayyim 'Menyingkap Hukum Nyanyian.')

Jika persaksian orang suka musik tidak sah, bagaimana pula fatwanya?

Imam Shafi'i berkata, "Mereka berdua tidak boleh di anggap sah persaksiannya, kerana mereka menyukai permainan musik yang dibenci, bahkan menyerupai perbuatan batil. Mereka yang suka melakukan perbuatan tersebut dianggap safah [orang bodoh atau dungu yang tidak dianggap sah persaksiannya.] Sesiapa yang menyukai perbuatan tersebut untuk dirinya sendiri maka dia dianggap bodoh, meskipun perbuatan tersebut tidak diharamkan secara jelas." 
(Ibnu Qayyim 'Menyingkap Hukum Nyanyian') 

** Jika persaksian orang yang suka pada nyanyian dianggap tidak sah, bagaimana pula mengambil fatwa-fatwa dari orang yang suka pada musik ??? ** 
Allahul Musta'an ..

November 27, 2014

Ujian akan membersihkan seorang Mukmin

Adapun orang-orang yang diberi ujian berupa kesenangan, kesusahan dan guncangan jiwa, hal itu bukanlah disebabkan keimanan dan keta'atan mereka, tetapi mereka diuji dengan hal itu untuk menghilangkan keburukan yang ada dalam diri mereka. Mereka sedang disepuh sebagaimana emas disepuh oleh api, untuk memisahkan yang baik dari yang buruk dan untuk membersihkan diri mereka dari keburukan. 
Ujian itu akan membersihkan seorang Mukmin dari keburukan yang ada dalam dirinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;

"Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dada kalian dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kalian..." [QS. Ali- Imran; 3:154]

Itulah perkataan Nabi Shalih sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala; 
"Nasib kalian ada di sisi Allah. Tetapi kalian kaum yang diuji."  [QS. An-Naml; 27:47]

(Misteri Kebaikan dan Keburukan oleh Ibn Taimiyyah)

November 26, 2014

Larangan Menghadiri Walimah tanpa undangan.

'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi, kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (masakannya). Tetapi jika kamu di undang, maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa ashik memperpanjang percakapan..'  [QS. Al-Ahzaab: 53]

Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, dengan ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala mengharamkan kaum Mukminin untuk masuk kerumah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tanpa izin, sebagaimana yang dahulu mereka lakukan dimasa Jahiliyyah dan di saat permulaan Islam. Beliau juga mengatakan ayat ini menjadi dalil tentang haramnya tathfiil (menghadiri walimah tanpa di undang) yang dikenal oleh bangsa Arab dengan adh-Dhaifan. Wallahul a'alam..

November 25, 2014

Hanya Orang Fasik yang Gemar Nyanyian!

Tiada seorang pun diantara para ulama salaf itu yang mengatakan bahwa seorang Muslim dapat  meraih pahala dan ber-taqarrub (mendekatkan) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan bernyanyi atau mendengar nyanyian.

Bahkan yang mashur mereka ulama salaf mengatakan "Hanya orang fasiklah yang menggemari nyanyian."
Imam Malik berkata, "Nyanyian adalah bid'ah yang dibuat oleh kaum Zindiq."

Imam Abu Hanifah berkata, "Nyanyian termasuk kebatilan dan bid'ah."

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas'ud berkata; "Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan tanaman."

Imam Shafi'i berkata; "Nyanyian termasuk hal yang diharamkan." Dia juga berkata; "Nyanyian adalah perbuatan sia-sia yang dibenci dan menyerupai kebatilan. Sesiapa yang terlalu sering menikmati nya, dia termasuk orang bodoh yang tertolak kesaksiannya." 

Jika benar nyanyian itu merupakan salah satu bentuk keta'atan dan taqarrub, tentulah orang sering melakukannya termasuk manusia terbaik. Namun para ulama mengatakan bahwa pendapat seperti itu bertentangan dengan ijmak kaum Muslimin. 

Abdullah bin Mas'ud dengan keluasan ilmunya dalam agama serta kedalaman pengetahuannya mengenai pelbagai penyakit yang merosakkan hati manusia, memberitahu bahwa nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan tanaman. Beliau juga berkata, "Nyanyian adalah rangsangan untuk berbuat zina." 

Imam Shafi'i dengan keluasan ilmu dan ketinggian wibawa yang di limpahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadanya dalam hal agama juga mengetahui bahwa nyanyian dapat menghalangi hati daripada kecintaan dan hidayah al-Quran. Ini menurut beliau memang tujuan utama kaum Zindiq dan munafik menyebarkan nyanyian dikalangan kaum Muslimin. Mereka berkeinginan untuk memutuskan hati kaum Muslimin daripada keimanan dan menyekatnya daripada cahay al-Quran sehingga kemudian menjadi mudah bagi syaitan untuk menamkan padanya pelbagai bid'ah, kesesatan dan syahwat. Allahul Musta'an ...
Kutipan dari: 'Menyingkap Hukum Nyanyian' oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah

November 24, 2014

Mengapa Ahli Kitab berpecah setelah datang pengetahuan kepada mereka..

"Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka kerana kedengkian antara mereka."  [QS. Asy-Syuura; 42:14]

Dalam tafsir Ibnu Katsir rahimahullah dikatakan, maksudnya, terpecah-belahnya mereka (Ahli Kitab) dari kebenaran hanya terjadi setelah sampai nya kebenaran itu kepada mereka dan tegaknya hujjah. Serta tidak ada yang menyebabkan mereka demikian  kecuali kerana kezhaliman, pembangkangan dan penyelisihan mereka. 

"Benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang Kitab ini."    
[QS. Asy-Shuura: 14].
Yaitu, mereka tidak meyakini urusan dan keimanan mereka, mereka hanyalah ikut-ikutan terhadap bapak-bapak dan nenek moyang mereka tanpa dalil dan bukti. Mereka berada dalam keadaan bingung, ragu dan kacau-balau terhadap urusan mereka. 

**Bagaimana fenomena hari ini, perpecahan setelah datangnya nash dan hujjah yang jelas? Mereka berdalil dengan dalil yang tidak boleh dibuat dalil, atas peribadahan mereka, hanya saja mereka maseh mahu berpegang pada amalan bapak-bapak dan nenek moyang mereka yang telah dibudayakan sebagai satu tradisi yang tidak bisa di hapuskan.... **
Misalnya perayaan-perayaan yang tidak pernah ditunjuk ajar oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam atau para sahabat sebelumnya...
.. Allahul Musta'an ...

November 23, 2014

Mengambil perbezaan sebagai satu pembenaran.

Syaikh Shalih Fawzan mengatakan ramai orang saat ini, apabila Anda melihat mereka melakukan sesuatu yang salah dan menegurnya, mereka akan berkata, "Ada perbezaan pendapat tentang masalah ini." Mereka mengambil perbezaan sebagai suatu pembenaran untuk apa yang mereka lakukan, walaupun jika itu bertentangan dengan nash. 
Jadi apakah perbezaan antara mereka dengan Ahli Kitab yang mengambil paderi dan biarawan mereka sebagai Tuhan selain Allah? 

Sepatutnya mereka takut pada Allah Ta'ala dan harus memahami istilah 'khilaf', bahwa perbezaan pendapat tentang sesuatu masa'alah tidak mengizinkan mereka bertentangan dengan bukti yang nyata. 

Dampak buruk ini telah menjadikan ramai orang-orang bodoh (agama) mencari-cari jawapan melalui Internet, buku-buku, dikutipnya beberapa pandangan yang aneh-aneh, dan memberi keputusan berdasarkan 'pendapat' yang secocok dengan hawa nafsu mereka walaupun itu bertentangan dengan bukti yang nyata, tanpa meneliti fakta kebenaran dari sumber yang benar. Mungkin kerana ketidaktahuan atau kepentingan pribadinya.

Dari itu orang bodoh tidak diperbolehkan berbicara tentang hukum dan agama (shari'i) Allah hanya berdasarkan apa yang telah dibaca atau tonton di beberapa rakaman sementara ia tidak tahu kebenarannya dan apa dasar itu dalam Kitab dan Sunnah. Allah tidak memerintahkan kita hanya untuk merujuk kembali apa yang ada dalam buku fiqh tanpa memahaminya. Sebaliknya, Dia memerintahkan kita bertanya pada orang yang berpengatahuan.

"Maka bertanyalah pada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."  [QS. An-Nahl: 43]

"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun?" [QS. Al-Qashash: 50]

Tidak diperbolehkan bagi sesiapa saja yang memiliki pengetahuan untuk mencari orang yang setuju dengan keinginan mereka dan memberi keputusan sebagaimana yang mereka inginkan, sehingga menyesatkan orang ramai dari jalan Allah, dengan alasan memberi kemudahan pada orang ramai, dalam kontek kehidupan hari ini. 

Takut-takut dia menjadi salah satu dari orang orang yang Allah maksudkan dalam FirmanNya; 
"(Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari Kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesat kan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah amat buruk lah dosa yang mereka pikuk itu."
[QS. An-Nahl; 25].
Dipetik dari: dawatussalafiyyah.wordpress.com : Sumber asli: alfawzan.af.org.sa

Kekufuran yang sangat merbahaya, ramai yang terlepas pandang.

Barangsiapa yang bersenda gurau dengan menyebut Allah, ayat-ayat-Nya yang kauniyyah atau syar'iyyah atau Rasul-Nya, maka dia kafir. Kerana penolakan terhadap keimanan dari sikap mengolok-olok adalah penolakan yang besar. Bagaimana mungkin seseorang mengejek dan mengolok-olok terhadap perkara yang ia imani? Mengimani sesuatu mengharuskan pelakunya mengagungkan yang ia imani dan hendaknya dalam hatinya ada pengagungan yang layak dengan keimanan. 

Kufur (kafir) ada dua macam yaitu kufur I'radh (berpaling) dan kufur mu'aridhah, ia lebih besar kekafirannya dibanding orang yang hanya bersujud kepada patung, dan ini adalah permasalahan yang amat berbahaya. Berapa banyak kalimat yang menjerumuskan pemiliknya pada musibah bahkan pada kehancuran yang ia tidak sedari. Terkadang ada orang melontarkan satu kalimat yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla yang tidak terlibat di fikirannya bahwa kalimat itu dapat memasukkannya ke Neraka.
Dari itu berhati-hatilah apabila seorang bergurau, mempersendakan atau mengejek-negjek sunnah-sunnah Nabi-Nya.... Allahul Musta'an
Petikan dari : "Halal Haram dalam Islam" oleh Shaikh al Utsaimin.

November 22, 2014

Kebenaran itu tidak Bisu.

Semua berani mengatakan ideologi kumpulan pengganas (ISIS) bukan dari Islam. Daripada ulama terkemuka sehingga orang awam sekalipun. Media massa, badan-badan Melayu turut memainkan peranan memberi peringatan kepada masharakat terhadap bahaya ideologi sesat ini.
Tapi bersedia kah mereka mengatakan yang haram itu haram, yang haq itu haq dan yang batil itu batil ?
Bagi mereka yang berkuasa jika tidak kuasa, tidak berani mengatakan yang batil itu batil, yang sesat itu jelas sesat, maka kebatilan, kerusakkan akan berleluasa. 
Sebab kebenaran tidak boleh bisu, kebenaran yang bisu bukanlah sebuah kebenaran. 
Allahul Musta'an 

Sikap mereka yang bertentangan didalam mencintai Allah

Mereka mengaku mencintai Allah tetapi mereka meninggalkan syariat-Nya. Allah Azza wa Jalla menuntut pengakuan mereka dengan firman-Nya;
"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah...'"   [QS. Ali Imran:31]

Di antara kesesatan kaum Yahudi dan orang-orang yang serupa dengan mereka adalah, mengaku mencintai Allah Ta'ala tetapi mereka menyelisihi perintah-Nya. Padahal tanda mencintai Allah Ta'ala adalah dengan mengikuti perintah-Nya, sebagaimana firman-Nya:

"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu." [QS. Ali Imran:31].
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, sebagaimana diterangkan oleh Allah Ta'ala didalam firman-Nya,
"Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya."   [QS. Al-Ma'idah: 18]

Tetapi bersama itu pula mereka menyelisihi syariat-Nya. Sehingga dengan demikian dustalah pengakuan mereka. Contohnya ketika Allah menuntut agar mereka membuktikan ucapan mereka yang mengaku mencintai-Nya untuk mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, mereka enggan melakukan perintah-Nya. 

Demikian pula dengan tarekat Sufiyah. Mereka mengaku membangun agama diatas kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla dan mereka mengatakan, "Yang namanya ibadah itu adalah cinta (kepada Allah). Tidaklah kami menyembah Allah kerana takut dari Neraka, dan tidak pula mengharapkan Surga-Nya. Kami menyembah-Nya hanya kerana cinta."  Padahal kenyataannya mereka menyelisihi syariat Allah, tidak mahu mengikuti (Sunnah) Nabi-Nya. Mereka hanyalah mengikuti para guru mereka dan orang-orang ahli tarekat yang membaiat mereka agar mau mendengar dan ta'at padanya. 

Mereka juga tidak berani menyelisihi apa pun yang diperintahkan oleh gurunya. Mereka mengatakan, " Seorang pengikut tarekat didepan gurunya seperti mayit di tangan tukang mandi. Tidak memiliki kehendak untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, kecuali apa yang telah dipilihkan oleh gurunya. 

Maka mana Ittiba' nya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam? Mereka juga para pendusta dalam pengakuan nya mencintai Nabi. 

Oleh kerana itu, Allah Ta'ala menantang orang-orang yang mengaku mencintai-Nya; 
"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu."
[QS. Ali Imran: 31]
Dengan demikian tanda mencintai Allah adalah mengikuti Rasul-Nya. Maka barangsiapa yang memiliki sifat ini pada dirinya, yaitu mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, berarti dia jujur dalam pengakuan cintanya. Dan barangsiapa yang tidak memiliki sifat ini dalam dirinya, maka sesungguhnya dia seorang pendusta didalam pengakuannya. 

Bagaimana mungkin seseorang boleh berkata mencintai Nabi-Nya namun ia membuat kebid'ahan dengan mengadakan peringatan Maulid. Padahal Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri telah melarang dari perbuatan bid'ah.

Mereka mengaku mencintainya tetapi mereka menyelisihi beliau dengan melakukan perbuatan bid'ah dan khurafat.
Allahul Musta'an.
Ringkasan dari "Perilaku & Akhlak Jahiliyah" oleh Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi. Di syarahkan oleh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan.

November 18, 2014

Kekuatan Kebatilan

Al Imam Ibnu Qutaibah berkata; 
"Hanyalah kebatilan itu menjadi kuat apabila ia didiamkan."  (Al Ikhtilaf Fil Lafzh)

Ibnu Taimiyyah mengatakan; 
"Setiap kali seseorang yang tegak dengan cahaya kenabian itu melemah, maka menguatlah kebid'ahan."  (Majmuu' Fatawa/3/hal. 104)

Imam Ahmad menjawab;
"Jika seseorang beribadah, shalat, dan beriktikaf, maka itu hanya untuk dirinya sendiri. Sedangkan jika ia memberikan peringatan tentang Ahlul Bid'ah merupakan kewajipan."  (Majmuu' Fatawa Ibnu Taimiyyah (XXVIII/231)

Muhammad Al-Basyir Al-Ibrahimi menegaskan;
"Wajib bagi seorang alim untuk bersemangat dalam memberikan petunjuk ketika merebaknya kesesatan dan bersegera dalam menolong kebenaran ketika dia melihat kebatilan sedang melawanya serta menyerang kebid'ahan, kejelekan serta kerusakan sebelum menjadi kuat dan memuncak, sebelum manusia menjadi terbiasa dengannya dan meresap dalam hati-hati mereka sehingga sulit untuk mencabutnya. Maka wajib atas seorang alim untuk terjun ke tengah-tengah kancah sebagai Mujahid, janganlah dia me jadi orang yang tertinggal di belakang dan hanya duduk-duduk saja. Hendaknya juga untuk berbuat sebagaimana yang dilakukan oleh para pengobat, pemberi nasehat ditempat-tempat terjangkit nya wabah penyakit untuk menyelamatkan manusia dan untuk menyedarkan  orang-orang yang berada dalam kesalahan, bukan berjalan bersama mereka, tetapi berusaha untuk membubarkan perkumpulan mereka diatas kesalahan tersebut." (Dalam Al-Atsar/4/220-111).

Mengapa manusia tidak mahu menempuh jalan kebenaran?

Orang-orang yang mengikuti kebatilan akan menolak jalan kebenaran, meskipun jika jalan kebenaran, jalan menuju petunjuk yaitu jalan keselamatan, nampak jelas oleh mereka. Sebaliknya jika ada jalan kesesatan, kehancuran, mereka segera menempuhnya; 

"Dan jika mereka melihat jalan yang membawa petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya."  [QS. Al A'raaf:146]
Kemudian Allah Azza wa Jalla menjelaskan ;
"Yang demikian itu adalah kerana mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya."  [QS. Al A'raaf :146]

Seterusnya Allah berfirman;
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka." [QS. Al A'raaf : 147]

Yaitu tidak mahu mengamalkan apa yang terkandung didalamnya. (Al-Quran). Jika ia terus menerus melakukannya sampai mati, maka semua amalnya akan sia-sia belaka. 
Allahul Musta'an 


Ref: Tafsir Ibnu Katsir 

November 17, 2014

Mengapa berbeza jika berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman yang ertinya;
"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan berlainan pendapat (mengenai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam). Dipalingkan daripada itu orang yang dipalingkan Allah (dengan sebab keikhlasannya mencari kebenaran)." [QS. Adz-Dzaariyaat:8-9]

Pandangan mereka berbeza mengenai Al-Quran dan hadith Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ketika mereka mendustai kebenaran, mereka berbeza fahaman dan aliran. Kebenaran merupakan satu jalan lurus. Orang yang mengingkari kebenaran nescaya berbeza fahamannya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala;

"Bahkan mereka mendustakan kebenaran apabila sahaja sampainya kepada mereka; oleh sebab itu, mereka berada dalam keadaan yang serba kacau."  [QS. Qaaf: 5]

Ertinya, sesungguhnya pendapat kamu berlawanan. Satu pihak mengingkari yang lain kerana mereka mengingkari kebenaran. Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia akan menyesatkan orang yang menyeleweng kerana berbeza pendapat sesama sendiri.

"Dan kami tidak akan meninggalkan penyembahan tuhan kami dengan sebab kata-katamu itu! "
[QS. Huud; 53]

Kerana pernyataan mereka yang beragam itu menunjukkan pembohongan dan kebatilan, maka Allah berfirman;
"Binasa lah orang yang sentiasa mengeluarkan pendapat dengan cara agak-agak sahaja."
[QS. Adz-Dzaariyaat ; 10]

Itulah orang yang ingkar :
"(Iaitu orang-orang yang tenggelam dalam kejahilan serta lalai, (hari pembalasan)."
[QS. Adz-Dzaariyaat; 11]

Kebodohan telah meresap dan menutup hati mereka seperti air dan kematian. Tenggelam oleh kebodohan, hawa nafsu, kegilaan, kelalaian, kecintaan, kemarahan, ketakutan dan selainnya. Allah Ta'ala berfirman;
"Sekalipun demikian, orang yang ingkar tidak juga berfikir) bahkan hati mereka tenggelam didalam kejahilan, lalai daripada (memahami ajaran Al-Quran) ini."
[QS. Al-Mu'minuun: 63]
Maksudnya mereka berada dalam keadaan bodoh. Kemudian Allah menggambarkan bahwa mereka lalai dengan kesesatan tersebut. Sesudah itu

"Mereka bertanya (secara mengejek): Bilakah datangnya hari pembalasan itu?"
[QS. Adz-Dzaariyaat ; 12]. Ungkapan menunjukkan tidak percaya dan ingkar. Maka Allah Azza wa Jal memberitahu bahwa hari itu merupakan;

"(Jawabnya: hari itu ialah) hari mereka disiksa (dengan dibakar) atas api Neraka."
[QS. Adz-Dzaariyaat ; 13]..,
Allahhul Musta'an ..
Mereka maseh berbeza pendapat sebab mereka tidak mengikuti kefahaman ajaran Islam sebagaimana yang telah di praktikan oleh para sahabat dan ash Salaful Ummah.. Mereka mengikuti tafsir sendiri, pendapat dan rasa sendiri ..
Petikan dari judul asli; 'At-Tibyan fi Aksaami Al-Quran' oleh Ibnu Qayyim. Diringkaskan dengan tidak merubah isinya.

Hak-hak Rasulullah yang Harus Dipenuhi Umatnya.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mulia memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh umatnya, dan hak-hak ini sangat banyak, diantaranya; 

1) Keimanan yang jujur kepadanya dalam ucapan dan perbuatan serta membenarkannya pada setiap yang beliau ajarkan. 
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."  [QS. Ath-Thaqhabun:8]

2) Apabila keimanan kepadanya dan pembenaran terhadap apa yang beliau bawa diwajibkan, maka mentaati beliau juga wajib, kerana perintah ini termasuk apa yang beliau bawa.
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahNya.)"  [QS. Al-Anfal:20]
"Apa yang diberikan Rasul padamu terimalah dia. Dan apa yang dilarang bagimu, maka tinggalkanlah."  [QS. Al-Hasyr: 7]
Maka perayaan seperti maulid, nisfu sha'ban, Israj mikraj, sambutan awal/akhir tahun dan lain-lain lagi itu Nabi melarangnya...'semua perkara baru dalam urusan agama itu bid'ah dan semua bid'ah itu sesat.'
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih."  [QS. An-Nur: 63]
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga sudah berpesan,
"Barangsiapa yang mentaatiku, maka sungguh dia telah ta'at kepada Allah, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sungguh dia telah durhaka kepada Allah"  (HR. Bukhari, 13/111, 7137 ~Fathul al-Bari~)

3). Menjadikan beliau sebagai suri teladan dalam segala urusan dan berpetunjuk dengan petunjuknya.
"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah akan mengasihi  dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."  [QS. Ali-Imran : 31]
"Dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." [QS. Al-A'raf:158].
Membuat bid'ah berarti membenci Sunnahnya dan;
"Barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku." 
(HR. Bukhari, 9/104, 5063~Fathul Bari})

4). Mencintainya lebih besar daripada mencintai keluarga, harta serta seluruh manusia.
"Katakanlah, 'Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad dijalanNya, maka tunggu lah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." [QS. At-Taubah: 24]..

5) Menghormati, memuliakan dan menolongnya;
"Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan RasulNya, menguatkan (agamanya) Nya, membesarkan (membela) dan menghormati nya (rasul). "  [QS. Al-Fath:9]
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwa lah kepada Allah .." [QS. Al-Hujurat:1]
Walaupun ada mengatakan mungkin Nabi shallallahu alaihi wasallam belum sempat membuat perayaan hari ini, sebab beliau sibok berdakwah dan berperang jadi apa salahnya mereka buat, lagipun ada kebaikannya....Bukankah alasan itu telah mendahului Allah dan RasulNya ..? 
Menghormati Nabi shallallahu alai wasallam sepeninggalnya dan pemuliaan kepadanya adalah wajib sebagaimana pada saat beliau hidup. Tidak ghuluw padanya, menolongnya dengan menghidupkan dan mendakwahkan Sunnahnya. 

6) Berselawat kepadanya dengan selawat yang sudah di tunjuk ajar oleh beliau shallallahu alaihi wa sallam, bukan dengan selawat-selawat rekaan manusia. Nabi shallallahu alaihi wa sallam sudahpun mengajarkan selawat pada para sahabatnya, sebagaimana selawat yang terdapat didalam tasyahud shalat....
Allahhul Musta'an 
Ringkasan dari: 'Pesan-pesan Rasulullah menjelang Wafat." Oleh Dr. Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani.

November 15, 2014

Kelompok pertama yang mengatakan al-Qur'an itu makhluk.

Kelompok pertama yang mengatakan al-Qur'an itu makhluk ialah kaum yang di juluki dengan sekte Bayaniah, yang dinisbatkan kepada seorang laki-laki bernama Bayan. Ia berkata kepada kaumnya; 'Allah Ta'ala telah memberikan isyarat kepadaku saat berfirman,

"(Al-Qur'an) ini adalah penerang bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa."  [QS. Ali Imran: 138].

Diantara mereka adalah sekte Al Manshuriah, yakni pengikut Abu Manshur Al Ajli. Ia berasumsi bahwa Ali radiyallahuanhu adalah gerhana yang jatuh dari langit.  Abu Manshur al Kasf berkata kepada pengikutnya : padaku turun firman Allah Ta'ala,

"Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur."  [QS. At-Thuur; 44].

Ini adalah antara beberapa penafsiran (batil) al-Quran oleh ahli Bid'ah.. Allahul Musta'an .
Kutipan dari: "Ta'wil hadith-hadith yang Dinilai Kontradiktif" oleh Ibnu Qutaibah; ditahqiq dan Ta'liq oleh Muhammad Abdurrahim.

November 11, 2014

Hati dikunci mati kerana sombong mengikuti kebenaran!

"Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang di-bawanya kepadamu, sehingga ketika dia meninggal, kamu berkata: 'Allah tidak akan mengirim seorang (Rasul pun) sesudahnya'"   [QS. Al-Mu'min; 40:34]

Yaitu mereka putus asa, lalu berkata dalam keadaan mengharapkannya. Hal itu disebabkan oleh kekufuran dan pendustaan mereka. "Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu." [QS. Al-Mu'min; 40: 34] seperti kalian inilah keadaan orang yang disesatkan oleh Allah dikeranakan melampaui batas dalam perbuatan dan keraguan hatinya.
Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman: 
"(Yaitu) orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka." [QS. 40:35]. 
Yaitu, orang-orang yang menolak kebenaran dengan kebatilan dan memperdebatkan hujjah tanpa dalil, {atau berhujjah dengan dalil yang tidak boleh dibuat dalil} padahal hujjah yang diajukan kepada mereka berasal dari Allah Ta'ala. 

Maka, sesungguhnya Allah Ta'ala sangat memurkai hal tersebut. Untuk itu Dia berfirman;
"Amat besar kemurkaan (bagi mereka) disisi Allah dan disisi orang-orang yang beriman."  
[QS. 40:35]. Yaitu, orang-orang beriman pun memurkai orang yang bersifat seperti ini. Mereka telah ditutup hatinya oleh Allah, sehingga dia tidak mengetahui yang ma'ruf dan tidak mengingkari yang munkar. Untuk itu Allah Tabaraaka wa Ta'ala berfirman;

"Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong." [QS. Al-Mu'min: 40:35]

Yaitu, (sombong) untuk mengikuti kebenaran...
Allahhul Musta'an ..ref: tafsir Ibnu Katsir 

Fir'aun juga 'pandang baik' apa yang ia lakukan...

'Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar."  [QS. Al-Mu'min: 29]

Dalam tafsir Ibnu Katsir rahimahumullah dikatakan;
 'Aku tidak mengatakan dan mengisyaratkan kepada kalian kecuali apa yang aku sendiri memandang baik.' Fir'aun telah berdusta, kerana sesungguhnya dia sendiri telah menyakini kebenaran risalah yang dibawa oleh Musa 'alaihissalam. Maka dengan perkataan ini, dia telah mengada-ada, berdusta dan berkhianat kepada Allah Tabaraaka wa Ta'ala, Rasul-Nya dan rakyatnya. Dia menipu mereka dan tidak memberikan nasihat kepada mereka. Allah Tabaaraka wa Ta'ala berfirman;
"Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk."  [QS. Thaahaa: 79]

Sebab itulah
"Tidaklah seorang pemimpin yang memimpin rakyatnya dari kalangan kaum Muslimin lalu ia mati sedang ia menipu mereka, melainkan Allah mengharamkan Surga baginya."
(HR. Bukhari & Muslim).
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala Mahamemberikan taufiq kepada kebenaran..

November 5, 2014

Ayat teguran & ancaman, untuk yang tidak ikut cara & manhaj Nabi-Nya.

"Katakanlah: Hai kaumku, bekerja lah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui,"  [QS. Az-Zumar; 39:39].

Ini merupakan teguran dan ancaman pada mereka yang kufur dan berbuat syirik dan menentang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Firman Allah Ta'ala; Katakanlah; hai kaumku buatlah apa yang sesuai dengan cara kalian. "Sesungguhnya aku akan bekerja (pula)" yaitu sesuai cara dan manhaj ku, "Maka kelak kamu akan mengetahui," yakni, kalian akan mengetahui akibat dan bahaya dari hal tersebut..... {Lihat Tafsir Ibnu Katsir}. Semoga Allah melindungi kita darinya.

November 4, 2014

'Tidak Aku Tambah dan Kurangi,' ayat membantah bid'ah.

Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan."   [QS. Shaad; 38:86]

Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik itu, 'Aku tidak meminta upah kepada kalian (yang kalian berikan) berupa harta benda dunia atas penyampaian risalah dan nasihat ini.'"

"Dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan." Dalam tafsir Ibnu Katsir rahimahumullah beliau mengatakan ertinya, "aku tidak menghendaki dan menginginkan kelebihan atas risalah yang disampaikan oleh Allah Ta'ala kepadaku, bahkan aku tunaikan apa yang diperintahkan-Nya kepadaku, 'TIDAK aku Tambah dan Kurangi, aku hanya mengharap wajah Allah 'Azza wa Jalla dan negri akhirat.'

Ayat ini menunjukkan bahwa semua risalah yang dibawa oleh Nabi kita, shallallahu alaihi wa sallam adalah wahyu dari Allah Taala, bukan dari rekaan beliau. Beliau tidak mengada-adakan syariat Islam yang ditunjuk ajar kepada umatnya.

Dari itu bagaimanakah manusia yang mengada-adakan, menambah-nambah amalan baru dalam agama ini, atas alasan 'niat baik', walhal Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri takut hendak mereka-reka atau mengada-adakan risalah-Nya. Allahul Musta'an...
Ref: Tafsir Ibnu Katsir.

November 3, 2014

Keutamaan do'a berlindung dari keburukan mani.

Mengapa do'a berlindung dari keburukan mani itu sangat dibutuhkan saat ini? Sebab syahwat kemaluan termasuk cobaan terbesar yang menimpa generasi kini. Gejolaknya menghantar seseorang kepada jalan-jalan yang hina dan kebinasaan yang mengenaskan. 

Sebagaimana perbuatan kaum Luth berasal dari pintu ini dan ketergelinciran mereka dari jalur ini. Sebab ketika syahwat itu menguasai kaum Luth 'alaihissalam, mereka tidak mau menyambut dakwah dan larangannya atas pelakuan homoseks, justru mereka semakin membangkang dan melampaui batasan, hingga mereka meminta didatangkan ancaman yang disampaikan kepada mereka. Hingga Allah Azza wa Jalla mensifati mereka dalam syahwat ini dengan firman-Nya;

"Demi umurmu, sungguh mereka buta dalam kemabukan mereka."  [QS. Al-Hijr:72].

Ibnu Sa'idiy rahimahullah berkata; "Kemabukan ini adalah mabuk cinta keji, yang mereka tidak peduli kerananya cacian dan tidak pula celaan. Ini adalah keburukan mani yang wajib bagi hamba untuk meminta pada Rabbnya agar di lindungi dan di selamatkan darinya."

"Ya Allah berilah aku afiat~ dari keburukan pendengaranku, dari keburukan penglihatanku, dari keburukan lisanku, dari keburukan hatiku, dan dari keburukan maniku".
(HR. An-Nasa'i; 5444,5455-56, 5484, dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani)

Perbuatan buruk ini juga sangat menyebar dimana-mana hari ini. Terkadang terjadi di pesta-pesta. Mereka tidak pernah berhenti atau merasa takut terhadap peringatan atau nasihat dari seseorang. Mereka dalam hal ini seperti binatang bahkan lebih sesat jalannya. 
Dari itu di antara doa' Nabi Luth 'alaihissalam; "Dia berkata, 'Sungguh aku terhadap amalan kamu termasuk orang-orang yang benci. Wahai Rabbku selamatkan lah aku dan keluargaku dari apa yang mereka lakukan."  [QS. Asy-Syu'araa: 168-169].

Luth 'alaihissalam telah mengumumkan kebenciannya yang besar serta berlepas diri dari perbuatan yang buruk ini.

Berlindung kepada Allah Ta'ala dari keburukan mani memiliki urusan penting dalam kehidupan manusia baik laki-laki maupun perempuan. Terutama ketika telah banyak fakta yang mendatangkan fitnah dan memicu kerusakan saat ini. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu Wata'ala dari perkara-perkara menyebabkan kemurkaan-Nya dan kepedihan siksa-Nya. 
Allahul Musta'an..
Cubitan dari Fiqh Do'a dan Dzikir oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr.