SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

August 29, 2013

Kesabaran Ulama Besar Demi Kemurnian Aqidah


Ar-Rabi’ bin Sulaiman mengisahkan tentang al-Imam al-Buwaithi, “Sungguh aku melihatnya di atas Bighal dengan leher terbelenggu, dan kaki juga dibelenggu, antara kedua belenggu tersebut ada rantai padanya ada batu (beban) seberat 40 rathl. Beliau mengatakan, “Allah menciptakan makhluk dengan kalimat Kun (jadilah)[1] Kalau seandainya “Kun” itu makhluk, maka berarti makluk diciptakan dari makhluk. Sunguh kalau aku dipertemukan dengannya (yakni Khalifah al-Watsiq) niscaya aku akan tetap mengatakan kebenaran di hadapannya dan aku akan binasa di belenggunya ini. Supaya generasi setelah ini tahu bahwa di sana telah gugur orang-orang besar di belenggu-belenggu penguasa demi mempertahankan urusan ini (aqidah ahlus sunnah wal jama’ah).” (Siyar A’lamin Nubala’IX/459)
Sungguh kalimat yang agung, kisah yang agung. Padanya sangat banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik oleh generasi muslim Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Di antaranya:
1. Perhatikan bagaimana para ‘ulama rela disiksa dan diadzab demi mempertahankan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Namun meskipun demikian, para ‘ulama tersebut tidak mencabut tangan ketaatan terhadap pemerintah! Bahkan tetap memandang wajibnya memberikan an-Nush (kebaikan dan nasehat) kepada pemerintah yang mengadzab dan menyiksanya. Mereka bersikap demi agamanya, bukan demi membela dirinya.
Ditanyakan kepada al-Imam Ahmad – beliau adalah orang terdepan dalam mempertahankan aqidah sehingga siksaan kepada beliau paling besar pula – “tidakkah engkau mendoakan kejelekan untuk penguasa yang menyiksamu ini?” maka dengan tegas beliau menjawab, “Kalau seandainya aku memiliki doa yang mustajab, niscaya aku berdoa untuk kebaikan waliyyul amr.” Inilah jawaban beliau, padahal beliau sedang disiksa. Hal yang sama ditanyakan kepada Fudhail, maka beliau menjawab dengan jawaban yang sama. Demikianlah fiqh (pemahaman) para ‘ulama.
2. Banyak para ‘ulama berguguran demi mempertahankan aqidah yang bersih murni ini, aqidah ahlus sunnah wal jama’ah as-salafiyah. Permasalahan aqidah merupakan urusan besar, bukan urusan remeh. Maka jangan tertipu dengan orang-orang yang meremehkan urusan aqidah. Yang hanya mementingkan untuk menyatukan umat, menggerakkan umat, tanpa melihat permasalahan aqidah.
3. Jangan tertipu dengan para “dai” – yang sebenarnya mereka hanya para orator atau politikus – yang dipenjara oleh penguasa karena mempertahankan agama katanya. Padahal dia menjerumuskan kaum muslimin ke banjir darah!! demi mempertahankan atau mengembalikan kekuasaan si fulan!!
4. Perhatikan bagaimana teladan yang ditunjukkan oleh Amirul Mukminin Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, beliau sangat sayang kepada kaum muslimin, tidak rela darah kaum muslimin tertumpah. Maka ketika beliau dikepung oleh para pemberontak bejat, maka shahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum lainnya datang demi membela beliau dan mengusir para pemberontak!! Namun Amirul Mukminin mengatakan kepada para shahabat tersebut, “Barangsiapa yang masih memandang kewajiban mentaatiku, maka hendaknya menyimpan pedangnya masing-masing dan keluar dari rumahku ini.” demi menjauhkan kaum muslimin dari fitnah dan menjaga agar darah mereka tidak tertumpah!!
Apakah para revolusioner yang mengepung rumah ‘Utsman di atas kebenaran? Demi Allah mereka di atas kebatilan. Mereka adalah para pemberontak. Maka perhatikan sikap Amirul Mukminin yang menyayangi umat ini, bandingkan dengan para orator yang menjerumuskan kaum muslimin untuk berhadapan dengan senjata-senjata mematikan, mengeluarkan kaum wanita agar turun ke jalan-jalan melakukan demo,, demi mengembalikan si fulan ke tampuk kekuasaannya??! Ini sangat jauh dari fiqh para salaf.
5. Perhatikan kisah di atas, “Sunguh kalau aku dipertemukan dengannya (yakni Khalifah al-Watsiq) niscaya aku akan tetap mengatakan kebenaran di hadapannya.”
Inilah jihad!! Kalimat haq yang disampaikan dihadapan penguasa zhalim. Bukan dia mengucapkan di depan mimbar, di hadapan umum. Ketika itu berani berkata. Namun ketika di hadapan penguasa secara langsung, dia tidak berkata benar. Tidak kuasa mempertahankan al-haq.
(faidah yang aku catat dari pelajaran al-Muhimmat al-Awwaliyah fi al-Muqaddimat al-Fiqhiyyah bersama asy-Syaikh Hani bin Braik, pagi ini 22 Syawwal 1434 H/29 Agustus 2013 M. Semoga bermanfaat bagi semua)
[1]  Kalimat “Kun” dari Allah adalah kalam-Nya, bukan makhluk!

Sumber: dammajhabibah.net

Demonstrasi pertama dalam sejarah Islam

Pemberontakan pertama selepas kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, terjadi semasa pemerintahan Utsman bin Affan radiyallahanhu. Saif bin Umar mengatakan [Tarikh ath-Thabari, 4/340] bahwa sebab terjadinya pemberontakan beberapa kelompok terhadap Utsman adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba' yang berpura-pura masuk Islam dan pergi ke daerah Mesir untuk menyebarkan ideanya.

Ia mengatakan kepada seseorang "Bukankah Isa bin Maryam Alaihissalam akan kembali kedunia?" Jawab orang itu, "Ya." Ia berkata lagi, "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih baik dari Isa. Apakah kamu mengingkari beliau akan kembali kedunia sementara beliau lebih mulia dari Isa?" Kemudian dia berkata, "Beliau telah memberi wasiatnya kepada Ali bin Abi Thalib bahwa Muhammad adalah Nabi terakhir dan Ali penerima wasiat yang terakhir. Berarti Ali lebih berhak menjadi khalifah daripada Utsman dan Utsman telah merampas hak yang bukan miliknya."

Maka mulailah orang-orang mengingkari kepemimpinan Utsman dan mencelanya seolah-olah sedang beramar ma'ruf dan melarang kemungkaran, mereka mengajak orang-orang mendukung idea tersebut. Maka ramai penduduk Mesir yang terpengaruh fitnah dan mereka mula berkomunikasi dengan jemaah orang awam yang ada di Kufah dan Bashrah, sehingga mereka bersepakat untuk mengingkari pemerintahan Utsman. Lalu diutus lah seorang untuk mendebat Utsman dan menyebutkan hal-hal yang mereka kritik, terutama sistem familisme dalam pengangkatan gubenur serta memecat beberapa tokoh besar dari kalangan sahabat dari jabatan tersebut. Sehingga banyak orang yang termakan provokasi tersebut.

Ibnu Katsir mengatakan 'peranan Abdullah bin Saba' dalam mengobarkan fitnah sangat jelas sekali. Banyak nash nash yang menyebutkan tentang hal tersebut. Walaupun ada banyak yang lain terlibat, namun ia termasuk salah seorang gembong yang menyulut api fitnah dan juga aktif dalam menghasut jamaah-jamaah dan kelompok-kelompok untuk menentang dan berusaha merusak syariat Islam serta memecah belah persatuan umat Islam. Mereka adalah orang-orang Yahudi, Nasrani, Majusi dan orang-orang munafik.'

Dalam berbagai keterangan yang tertera didalam buku-buku tarikh, jelaslah bahwa Utsman bin Affan radiyallahanhu melakukan beberapa cara didalam menangani fitnah, diantaranya:

1). Beliau mengumpulkan dewan syura dari kalangan sahabat dan meminta pendapat mereka tentang strategi yang harus dilakukan.

2). Beliau mengutus beberapa orang menyelidiki kejadian sebenar dan akar permasalahan, tetapi delegasi tersebut tidak mendapatkan sebab yang hakiki, pergolakan hanya isu belaka.

3). Beliau mengumpulkan para gubenur di Madinah, kemudian mendiskusi permasalahan, dan beliau mengarahkan mereka berbuat baik pada rakyat dan menghindari dari semua sebab yang dapat muncul pergolakan dan permasalahan.

4). Mengarahkan para gubenur tidak memberi tindakan keras pada perusuh atau memenjarakan dan membunuh mereka, supaya sikap lembut tersebut dapat meredakan pergolakan.

5). Menegakkan hujjah terhadap para pemberontak dan menerangkan kekeliruan mereka, mengingatkan mereka agar senantiasa mengingat Allah dan tetap konsisten dengan jamaah dalam kebenaran. Setelah itu banyak yang rujuk dari pemikirannya dan bertaubat.

6). Mengkabulkan beberapa tuntutan penukaran gubenur sebagaimana kehendak mereka.

Tetapi dibalik pergolakan tersebut ada unsur politik dan dendam kesumat yang terus berusaha untuk menyulut api pergolakan ditengah umat Islam dan memecah persatuan kaum Muslimin. Lalu terjadi lah apa yang telah diberitakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa Utsman akan dibunuh secara dzalim yang di iringi dengan berbagai fitnah dan perpecahan kaum Muslimin dan ketetapan Allah itu adalah satu ketetapan yang pasti berlaku.
----------------------------------------------------
**Pada hari ini kita dapat lihat ramai yang ber demonstrasi di mana-mana saja. Ada yang bermula dengan aman tetapi berakhir dengan perusuhan yang sangat sengit. Demonstrasi bukanlah dari Islam, ia berpunca dari musuh Islam yang mahukan perpecahan umat Islam, malangnya orang Muslim cepat terpengaruh dengan ideologi barat.

Demonstrasi bukanlah jalan keluar atau jalan penyelesaian bagi sesuatu kezaliman
Ia hanya akan menimbulkan kemudaratan yang lebih mudharat.**

Cerbisan dan ringkasan dari sejarah "Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung" oleh Ibnu Katsir , dengan tidak merubah isinya. Terbitan Darul Haq.

August 28, 2013

Anda Hanya Tinggal Sembilan Hari Saja!


Setelah kita meninggalkan Ramadhan, termasuk di antara amalan sunnah yang dianjurkan  adalah berpuasa 6 hari di bulan Shawal. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam  bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu menyambungnya dengan enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti orang yang berpuasa sepanjang setahun.”
[HR. Muslim dari Abu Ayyub Al-Anshari]

Disebutkan dalam riwayat lain tambahan lafazh:
“Allah menjadikan satu kebaikan sama dengan sepuluh kebaikan, satu bulan sama dengan sepuluh bulan, dan (berpuasa) enam hari setelah berbuka adalah penyempurna setahun.”
[HR.Ibnu Majah, Ad-Darimi,At-Thahawi. Lihat kitab Irwa'uk Al-Ghalil, karya Al-Albani no.950.]

Apakah Puasa 6 hari Shawal harus berurutan selepas Eid?

Berpuasa enam hari di bulan Syawal, tidak disyaratkan harus dilakukan secara berurutan, namun diperbolehkan dilakukan bila saja dari hari- hari di bulan Syawal, atau sehari selepas Eid. 
Syaikh Bin Baaz rahimahullah berkata : ” diperbolehkan melakukannya secara berurutan dan secara terpisah, sebab Rasulullah ṣallallāhu 'alayhi wa sallam (peace and blessings of Allāh be upon him)menyebutkannya secara mutlak tanpa penjelasan berurutan ataupun terpisah."   [Majmu'  Fatawa Ibn Baaz: 15/391]

Question: Is the fasting of the six days (of Shawwaal) a must after the month of Ramadhaan immediately after the day of 'eed, or is it permissible (to do so) after 'eed by (a number of) days in the month of Shawwaal or not? 
Response: It is not a must for him to fast immediately after 'eed al-fitr, rather it is permissible to begin fasting after 'eed by a day or (a number of) days. And (also) to fast them continuously or intermittently in the month of Shawwaal according to that which is easy for him. And the issue is quite open in this matter, and it is not obligatory, rather it is a sunnah.
And with Allaah lies all the success, and may Allaah send prayers and salutations upon our Prophet Muhammad (sal-Allaahu `alayhe wa sallam) and his family and his companions.
Fataawa Ramadhaan - Volume 2, Page 693, Fatwa No.698;

August 27, 2013

Orang yang Paling Dicintai Rasulullah

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah ditanya tentang siapakah wanita paling dicintainya.
Beliau menjawab: "'Aisyah." Lalu ditanya lagi: "Siapakah laki-laki yang paling dia cinta ?"
Beliau menjawab: "Ayahnya (Abu Bakar)."  Lalu beliau ditanya lagi: "Siapa lagi?"
Beliau menjawabnya: " Umar bin al-Khatthab."

Anda Bertanya Rasulullah Menjawab; oleh Ibnul Qayyim ; Pustaka As-Sunnah.

Amalan yang Setara dengan Membaca al-Qur'an

Seseorang datang ke hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta nasehat, lalu dia berkata: "Aku tidak memiliki sedikit pun hafalan al-Qur'an, oleh kerana itu ajarkan lah kepadaku amalan yang setara dengannya."

Nabi menjawab: "Bacalah, Subhanallah walhamdulillah walaa ilahaillallah wallahu akbar laa haula walaa quwwata illa billah (Maha Suci Allah, dan segala puji bagi-Nya, tidak ada tuhan selain Dia, Allah Maha Besar, tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah).

Fatwa Rasulullah oleh Ibnul Qayyim..Anda Bertanya Rasulullah Menjawab..Pustaka As-Sunnah

August 26, 2013

Rahasia yang Tersembunyi di Balik Hikmah

Akal punya kecenderungan untuk tahu, antara lain mengumpulkan pengetahuan tentang hikmah-hikmah Allah dalam shariat-Nya. Yang sering kali tak di mengerti oleh akal adalah akibat atau dampak dari pengrusakan terhadap sesuatu. Shaitan sering kali mempergunakan celah itu untuk menggoda kita lalu berkata, "Apa hikmah dari semua ini?"

Saya (Ibnul Al-Jauziy) tegaskan, berhati-hati lah Anda, janganlah Anda terperdaya. Sesungguhnya Anda telah melihat dan membaca sendiri dalil- dalil yang nyata betapa teraturnya dan alangkah rapinya ciptaan-ciptaan yang menggambarkan sifat bijaksana Sang Pencipta. Jika Anda tak mampu menangkap hikmahnya, bukan kerana hikmah itu tidak ada, namun semua itu diakibatkan kelemahan daya tangkap Anda sendiri.

Para raja pun memiliki rahsia yang tidak diketahui oleh setiap orang. Bagaimana mungkin Anda dengan segala kelemahan Anda akan sanggup mengungkap seluruh hikmah-Nya? Cukup lah pengetahuan Anda secara umum dan tak usahlah Anda mencari-cari yang tersembunyi, kerana Anda sendiri adalah bagian dari ciptaan-Nya dan butiran paling kecil dari makhluk-Nya.

Bagaimana mungkin Anda akan menguasai apa yang muncul dari-Nya, kemudian mengetahui hikmah-hikmah-Nya dan memahami hukum dan kekuasaan-Nya? Keluarkanlah segala potensi Anda untuk mengetahui dan menggali apapun yang mungkin Anda bisa ketahui, pasti Anda akan tergagum-kagum. Pejamkanlah mata terhadap apa yang tidak mungkin Anda lihat dan hasilkan. Mata kita ini memiliki penglihatan yang lemah, bahkan sekadar menatap sinar mentari pun tak mampu.


Cerbisan dari "Shaidul Khathir" (Cara manusia cerdas menang dalam hidup) oleh Ibnu Al-Jauziy.

August 24, 2013

Sujudnya Gunung-Gunung.....

"Dan apakah mereka tidak memerhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke-kanan dan ke-kiri dalam keadaan sujud pada Allah, sedang mereka berendah diri. Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata dibumi dan (juga) para Malaikat, sedang mereka (Malaikat) tidak menyombong diri..."  [QS. An-Nahl; 16:48-49]

Allah Ta'ala memberitahukan tentang keagungan, kemuliaan, dan kebesaran-Nya yang segala sesuatu tunduk kepada-Nya. Ini termasuk semua makhluk secara keseluruhan harus ta'at, baik benda mati, binatang maupun yang mendapatkan beban syariat dari kalangan manusia, jin, dan Malaikat. Mujahid mengatakan yang bersujud adalah bayangan, bukan bendanya. Dia juga menyebutkan gunung-gunung dan sujudnya gunung-gunung itu adalah bayangannya.
Jika matahari terbenam, maka segala sesuatu bersujud kepada Allah Azzawajalla. [Tafsir Ibnu Katsir ;16:48]

Terdapat beberapa pendapat tentang sujudnya semua makhluk alam ini dan pendapat yang paling benar, dalam hal ini adalah yang mengatakan bahwa Allah dalam ayat ini memberitahu bahwa bayangan segala sesuatu itulah yang bersujud, dan bentuk sujudnya adalah ia condong dan berputar dari satu sisi ke sisi lainnya. [Tafsir Ath-Thabari 16/21700]
Mereka benar-benar mentaati-Nya dan menjalankan semua perintah-Nya serta meninggalkan semua larangan-Nya.
Rujukan: Tafsir Ath-Thabari & Tafsir Ibnu Katsir Surat Sn-Nahl;16:48-49.

August 22, 2013

Tidak akan Bersatu Dua Hal yang Berlawanan

Sesuatu bisa menerima apa yang diletakkan padanya apabila dia bersih dari lawan hal itu. Jika hati dipenuhi oleh keyakinan dan cinta pada sesuatu yang salah, maka tidak tersisa tempat bagi keyakinan kebenaran dan kecintaan padanya. Seperti halnya lidah, jika disibukkan untuk membicarakan sesuatu yang tidak berguna, maka tidak akan terbiasa mengucapkan sesuatu yang bermanfaat, kecuali jika pemiliknya mengosongkan lidahnya dari pembicaraan yang tidak berguna. Demikian juga dengan badan, jika sering digunakan untuk selain ibadah, tidak akan terbiasa melakukan ibadah, kecuali apabila meninggalkan kebalikkannya.

Demikian halnya dengan hati yang sibuk mencintai selain Allah Subhanahu Wata'ala dan mengikuti kehendaknya, tidak mungkin untuk mencintai dan merindukan-Nya serta ingin bertemu dengan-Nya, kecuali jika hati itu dikosongkan dari hubungan dengan selain-Nya. Lidah tidak akan beraktivitas untuk menyebut-Nya dan anggota badan tidak akan sudi mengabdi kepada-Nya, kecuali jika mereka dikosongkan dari mengingati dan mengabdi kepada selain-Nya.

Apabila hati telah disibukkan dengan urusan makhluk dan ilmu pengetahuan yang tidak berguna, maka tidak akan tersiksa waktu bagi-nya untuk sibuk dengan Allah Subhanahu Wata'ala, mengenal nama-nama, sifat-sifat dan hukum-hukum-Nya. Rahsia disebalik hal itu adalah perhatian hati sama dengan perhatian telinga. Jika telinga digunakan untuk mendengarkan selain firman Allah, dia tidak akan bisa untuk mendengarkan dan memahami firman-Nya. Begitu juga jika hati cenderung mencintai selain Allah, maka dia tidak akan cenderung untuk mencintai-Nya. Jika hati terbiasa menyebutkan selain Allah, maka dia tidak akan bisa untuk menyebut-Nya.

Cebisan mutiara dari; Mata Air Hikmah (Al-Fawaid), oleh Ibu Qayyim. Penerbit; Pustaka Nuun.

August 21, 2013

Hadith palsu tentang 15 hukuman orang yang melalaikan shalat...

Di antara hadith-hadith yang merebak luas namun tidak bersumber dari Nabi shallallahu alaihi wasallam ialah hadith yang berkenaan dengan hukuman bagi orang yang meninggalkan shalat. Adapun lafdz-nya adalah seperti berikut:

"Barangsiapa yang melalaikan shalat, Allah akan menghukumnya dengan lima belas hukuman, enam hukuman diantaranya di dunia, tiga hukuman tatkala ia meninggal dunia, tiga hukuman lainnya di saat ia di dalam kubur, dan tiga hukuman selanjutnya pada saat ia keluar dari alam kubur...... " hingga akhir dari redaksi hadith tersebut.

Sungguh telah banyak manusia terkait hatinya dan tersentuh dengan hadith ini. Sehingga, mereka pun memberi petuah dan nasihat, serta saling ingat mengingatkan dengan hadith tersebut, kemudian mereka berlumba-lumba mencetak hadith itu dan membagi-bagikannya ditengah masharakat dari waktu ke waktu. Mereka membuat poster atau iklan dan ditampalkan ke dinding-dinding surau, mushalla, masjid dan rumah, sebagai peringatan.

Sebagai seorang Muslim hendaknya kita senantiasa berada diatas kejelasan dalil dan hujjah dari segala urusan dalam seluruh aspek kehidupan. Khususnya, dalam urusan agamanya.

Para ahli hadiths telah banyak membicarakan hadith ini dan menjelaskan kebathilannya. Al-Hafizh Adz Dzahaby telah menyebutkan bahwasanya hadith tersebut adalah bathil. [Al-Mizan, 111/653]

Sedangkan Ibnu Hajar menuturkan, "Hadith tersebut jelas jelas bathil, termasuk diantara hadith yang dibuat-buat thuruqiyyah (para ahli tariqat)." [Al-Lisan, V/296].

As-Suyuthi dan Ibnu Iraq, dalam kitab-kitab karangan mereka mengatakan ia hadith maudhu' (palsu).

Shaikh bin  Baz pernah di tanya tentang hadith ini, lalu beliau menjawab, "Hadith ini bentuk kedustaan terhadap Nabi shallallahu alaihi wasallam yang tidak memiliki landasan sama skali, sebagaimana telah dijelaskan oleh beberapa ulama muktabar. Oleh kerana itu hendaknya orang yang memperoleh selebaran itu, supaya membakarnya dan memperingatkan siapa saja yang kedapatan membagi-bagikannya, sebagai wujud dari pembelaan terhadap Nabi dari kebohongan para pendusta........." [Majmu' Fatawa wa Maqalat,  X/277]

Hadith-Hadith Dhaif popular, oleh Shaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah bin As-Sadhan. Penerbit Pustaka Arafah, Solo.

August 20, 2013

Tiga Golongan Manusia di-Akhir Ramadhan


1). Mereka yang sedar akan fadhilat keberkahan sepuluh malam terakhir Ramadhan dan bersungguh-sungguh berusaha mencari malam Lailatul Qadr. Dan kita dapat lihat golongan inilah yang berpegang teguh pada shariat Allah Azzawajalla, setiap masa dan saat digunakan untuk bertaqarrub pada Allah dan tidak membuang masa pada perkara-perkara yang tidak bermanfaat baginya. Dia akan menyibukkan dirinya setiap waktu dengan ibadah ibadah seperti yang dipraktikkan oleh para salafussoleh dahulunya. Ruhani dan jasmaninya akan sentiasa segar, mengembang, menerima semua kebaikkan. Malam-malam itu di lalui penuh dengan bersemangat dan beraktiviti yang dapat mendekatkannya kepada Rabbnya.

2). Mereka yang tahu dan sedar akan keberkahan didalam sepuluh malam terakhir Ramadhan. Tetapi di belenggu oleh perasaan malas, tidak ber-entusiastik, lemah badannya. Dia memerlukan hidayah dari Allah, seterusnya berusaha mendapatkan seorang teman, atau saudara yang boleh membimbingnya menuju keta'atan terhadap Rabbnya. Sebab shaitan dan malaikat sama-sama membisikkan ditelinganya, sehingga jika jiwanya lemah akan terjatuh kejurang kelalaian dan maksiat. Tetapi jika dia mempunyai pendorong atau sokongan dari orang yang terdekat, mungkin dia dapat menghidupkan malam malam yang berakah itu bersama golongan yang pertama tadi. Allah berfirman;
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. [QS. Al-Ashr; 1-3]
Orang sebegini lah diperlukan membimbing mereka yang lemah di belenggu oleh kemalasan dan keletehannya.

3). Golongan ketiga, adalah mereka yang tidak memperdulikan sama sekali , sepuluh malam terakhir itu berlalu atau tidak. Golongan inilah yang dikatakan tidak mendapat petunjuk dan tidak mendapat kebaikan langsung. Inilah golongan yang rugi, setelah perginya Ramadhan. Ini disebabkan mereka sudah diberi peluang kesehatan, masa, umur, tetapi mereka melepaskannya, melalaikannya tidak mengambil prihatian, tidak merebut masa keemasaan. Mereka lah orang-orang yang merugi selepas Ramadhan. Ibarat seorang yang sudah diberi pekerjaan, disuruh membuat sesuatu bersama mereka yang berkerja, disuruh berlumba-lumba meraih hasil pekerjaannya, tetapi dia berkata, "Besok akan ku buat kerja itu" dan dia pun tidur... Tidur tidak mengambil peluang yang sudah diberikan padanya.

Sementara yang lainnya sibuk bertungkus lumus mendapatkan keberuntungan yang dijanjikan pada malam barakah itu, golongan ketiga ini tertinggal, yang mana kerugiannya tidak mungkin dapat diganti lagi sebab masa sudah berlalu meninggalkannya jauh kebelakang. Sungguh rugi lah orang-orang yang bertemu Ramadhan tetapi tidak mendapat keberuntungan, keberkahan bulan suci ini.

August 19, 2013

Mengapa Nabi dilarang shalat di masjid Dhirar?

Selesai perang Uhud, Abu 'Amir, seorang fasik, melihat reputasi Nabi shallallahu alaihi wasallam semakin memuncak dan harum, dia pun melarikan diri kepada raja Romawi, Heraklius, untuk meminta bantuan dalam memerangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Setelah mendapat jaminan dan sokongan Heraklius, Abu 'Amir pun mengirim surat kepada beberapa pengikutnya dari kaum Anshar, yang terdiri daripada orang-orang munafik dan orang-orang yang penuh keraguan. Dia berjanji dan memberi harapan akan menyerang dan menyingkir Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu mereka pun di perintahkan membuatkannya benteng untuk menampung orang-orang yang datang sebagai utusan dan juga untuk digunakan sebagai tempat pengintaian.

Setelah itu mereka pun mendirikan sebuah masjid berdekatan dengan masjid Quba'. Sebelum kepergian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ke Tabuk, mereka menjemput beliau datang dan shalat di masjid mereka supaya dapat meneguhkan dan memperkokohkan masjid itu. Mereka mengatakan bahwa pembangunan masjid tersebut di peruntukkan bagi kaum dhu'afa' yang hidup dalam kesulitan dimusim dingin.

Kemudian Allah Subhanahu Wata'ala pun melindungi beliau dari shalat di masjid tersebut, beliau bersabda;
"Sesungguhnya kami tengah melakukan perjalanan dan insyaAllah sekembali kami nanti, akan kupenuhi permintaan kalian."

Jelang waktu satu atau setengah hari, dalam perjalanan beliau dari Tabuk ke Madinah, Jibril pun turun dan memberitahukan tentang masjid Dhirar itu, serta niat mereka dalam membangunnya berupa kekufuran dan pemecah-belahan antara jama'ah kaum Muslimin di masjid mereka yaitu masjid Quba' yang dibangun sejak awal berdasarkan dan berasaskan takwa.

Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun mengutuskan sejumlah orang kemasjid Dhirar untuk merobohkannya sebelum kedatangan beliau ke Madinah. "Mereka sesungguhnya bersumpah." Yaitu orang-orang yang membangun masjid Dhirar, " Kami tidak menghendaki selain kebaikan"

Allah Azzawajalla berfirman; "Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. Niat sebenarnya mereka membangunkan masjid tersebut untuk menimbulkan berbagai kemudharatan pada masjid Quba', kerana kafir kepada Allah memecah belahkan orang Mukmin dan untuk pengintaian orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu.

Firman Allah selanjutnya; "..Janganlah kamu mengerjakan shalat di masjid itu selama lamanya." Rasullah shallallahu alaihi wasallam dan para pengikutnya dilarang mengerjekan shalat dimasjid tersebut untuk selamanya. QS At-Taubah; 108.

"Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang Mukmin) untuk kekafiran dan untuk memecah-belah antara orang-orang Mukmin, serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: "' Kami tidak menghendaki selain kebaikan."'  QS At-Taubah ; 107

Tafsir Ibnu Katsir surat at-Taubah; 107-108.

August 18, 2013

Sikap Seorang Muslim Terhadap Apa Yang Terjadi Di Mesir.


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:
Saudaraku seiman…
1. Sedih dengan bersimbah darahnya kaum muslim di Mesir
« لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ ».
“Sungguh hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dari membunuh seorang muslim”. HR. Tirmidzi.
2. Berdoa kepada Allah Ta'ala agar darah kaum muslim Mesir segera berhenti dari persimbahan

3. Berdoa kepada Allah Ta'ala agar kaum Muslim Mesir diberikan Pemimpin yang shalih dan baik untuk kebaikan kaum muslim secara khusus dan rakyat Mesir secara umum.

4. Bertobat dan meminta ampun dari kesalahan, sungguh semua keburukan ini terjadi akibat dosa-dosa kita.
{ وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ} [الشورى: 30]
Artinya: “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” QS. Asy Syura: 30.
5. Lebih memperbanyak beribadah dalam keadaan serba ketidak stabilan, penuh kegentingan dan kekacauan serta banyak pembunuhan.
« الْعِبَادَةُ فِى الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَىَّ »
“Beribadah di dalam kegentingan (yang menyebabkan banyak pembunuhan) laksana berhijrah kepadaku.” HR. Muslim  
6. Merujuk kepada para ulama bermanhaj Salaf Ash Shalih tentang apa sebenarnya yang terjadi di Mesir dan bagaimana sikap kaum muslim terhadapnya. Yang fatwa mereka didasari Al Quran dan Sunnah dengan pemahaman para salaf ash shalih, fatwa yang mendatangkan kebaikan untuk kaum muslim BUKAN FATWA YANG MALAH MENDATANGKAN KEBURUKAN BAGI KAUM MUSLIM KARENA HANYA BERDASARKAN SEMANGAT DAN RASA IBA, TAPI TANPA ILMU.
7. Dalam keadaan seperti ini lebih diutamakan bagi umumnya kaum muslim untuk banyak menggunakan hadits Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam:
« مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ »
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam." HR. Bukhari.
KARENA DITAKUTKAN SATU KATA YANG IA UCAPKAN AKAN MENAMBAH SIMBAHAN DARAH KAUM MUSLIM, YANG ITU SANGAT DIMURKAI OLEH ALLAH TA'ALA.

« لَنْ يَزَالَ الْمُؤْمِنُ فِى فُسْحَةٍ مِنْ دِينِهِ ، مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا »

“Seorang mukmin benar-benar akan leluasa dari perkara agamanya, selama ia tidak pernah mengenai darah yang haram (untuk diteteskan).” HR. Bukhari
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Jumat, 9 Syawwal, Dammam Arab Saudi.
Sumber: dakwahsunnah 

August 17, 2013

Perlaksanaan Islam adalah jaminan bagi kemenangan umat!

Khutbah  Shaikh Utsaimin....

Wahai orang orang yang beriman!
Bertakwahlah kepada Allah Subhana Wata'ala, buktikan keimanan kepada Allah dalam ucapan, perbuatan, dan keyakinan. Sesungguhnya tidak ada kemuliaan dan kemenangan kecuali dengan melaksanakan agama, menjalankan hukum Al-Quran dan As-Sunnah, serta mendahulukan keduanya daripada seluruh aturan dan undang-undang.

Sesungguhnya tidak ada peraturan yang lebih kuat daripada peraturan Islam, tidak ada hukum yang lebih baik daripada hukum Islam, kerana ia adalah hukum Rabb Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tidak ada yang lebih baik daripada perlaksanaan Islam dalam urusan-urusan politik, ekonomi, sosialisasikan, hak-hak pribadi, dan hukum pidana. Perlaksanaan Islam akan memberikan kebaikan bagi seluruh alam, dalam segala kondisi.

Ketika umat Islam memegang teguh ajaran agama, tunduk dan yakin kepada hukum-hukumnya, serta melaksanakan syariat-syariatnya di seluruh bidang kehidupan, niscaya mereka mendapat kemenangan dengan pertolongan Allah yang nyata. Dulu mereka bisa menundukkan negara paling besar di dunia pada masa itu dan melemparkan rasa takut di hati musuh-musuh yang menentang mereka.

Namun, di kemudian hari, hawa nafsu bercerai-berai, tujuan dan pandangan kaum Muslimin terpecah-belah, sehingga rasa takut musuh pada mereka pun hilang. Musuh musuh kembali menguasai mereka dalam segala aspek, menguasai mereka dengan perang dan pembantaian, serta dengan mengubah aturan-aturan dan merusak budaya. Mengenai perang dan pembantaian, ada rangkaian perang salib, juga peperangan-peperangan sebelum dan sesudah itu, hingga hari ini. Adapun penguasaan musuh dengan mengubah aturan dan undang-undang, sesungguhnya telah dan terus berupaya untuk membawa kaum Muslimin supaya berjalan mengikuti kemahuan mereka. Mengikuti undang-undang dan aturan-aturan yang mereka bangun atas akal pendek dan pendapat rusak di kalangan kaum Muslimin.

Sesungguhnya setiap pendapat yang bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah adalah pendapat yang rusak, tidak mengandung kebaikan sama sekali. Andaikata didalamnya mendapat kebaikan, niscaya bahaya dan keburukannya berlipat-lipat lebih banyak daripada kebaikannya.

Musuh-musuh telah menyerang kita dengan undang-undang mereka. Mereka ingin supaya kita meninggalkan hukum Al-Quran dan As-Sunnah yang datang dari Rabb Yang Maha Mengetahui kepentingan hamba dan Maha Bijaksana dalam shariat-Nya. Dia tidak menetapkan satu shariat kecuali yang mengandung kebaikan, kelurusan, keadilan, dan kebenaran. Dia Maha Penyayang terhadap para hamba-Nya, tidak menetapkan shariat kecuali yang mengandung kemaslahatan bagi mereka, sekarang maupun yang akan datang. Dia tidak akan melarang dari sesuatu kecuali yang mengandung mudharat bagi mereka, sekarang ataupun akan datang.

Jika musuh-musuh berhasil mengalahkan kita dalam aspek ini bererti mereka telah mendapat kemenangan gemilang.
Pertama; kita menjadi orang-orang yang senantiasa butuhkan dan mengikuti mereka, memuaskan diri dengan pandangan-pandangan dan pemikiran-pemikiran mereka.
Kedua;  dengan demikian, bererti kita tidak lagi melaksanakan hukum-hukum agama kita, yang mana kita tidak akan bisa meraih kemenangan kecuali dengan melaksanakan hukum-hukum tersebut secara konsekuen, lahir dan batin.

Adapun kerusakan budaya, musuh telah memasukkan ke dalam budaya Islam hal-hal yang menjauhkan umat Islam terhadap agamanya. Budaya kaum Muslimin jadi kurus kering hingga tidak terlihat didalamnya kehidupan agama. Dengan demikian, kelemahan meliputi kaum Muslimin, banyak bangsa berebut memangsa mereka, dan mereka menjadi ibarat buih di atas air bah, diombang-ambingkan oleh arus, tidak bisa maju atau mundur sendiri.  Jika angin bertiup niscaya bercerai-beraikan mereka, dan andaikata ada kayu kecil menghadang, niscaya mereka berhamburan. Keadaan generasi akhir umat ini tidak akan baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan baik generasi awalnya.

Andaikata kaum Muslimin mau merenungkan Kitab Rabb mereka dan Sunnah Nabi mereka, menjalankan kandungannya, dan melaksanakan hukum-hukumnya dalam kehidupan individu dan masharakat, dalam seluruh aspek ibadah dan muamalah, niscaya Allah membukakan berkah dari langit dan bumi untuk mereka, serta melemparkan kedalam hati musuh-musuh mereka perasaan takut...

Namun Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum, kecuali bila mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

**Nasihat yang sangat berharga dan benar jika kita lihat keadaan kaum Muslimin di seluruh dunia sekarang ini **
Petikan dari buku Khutbah Pilihan, Shaikh Utsaimin...

August 16, 2013

Siapakah yang Dapat Menghancurkan Bangunan Iblis?

Umar bin Khathab radiyallahanhu berkata, "Matinya seribu ahli ibadah lebih remeh dibandingkan dengan matinya satu orang alim yang mengetahui perkara yang dihalalkan Allah dan diharamkan -Nya."  Maksudnya, orang alim seperti inilah yang mampu menghancurkan bangunan iblis, yaitu menghancurkannya dengan ilmu dan petunjuknya. Sedangkan ahli ibadah kemanfaatannya terbatas hanya untuk dirinya sendiri.

Sebagian ulama salaf berkata, "Apabila sehari saja berlalu kepadaku dan aku tidak memperoleh petunjuk dan tidak mendapatkan ilmu maka hari itu tidak termasuk umurku."

Ibnu Qayyim mengatakan, ilmu itu adalah nutrisi hati, minumannya, obatnya, dan kehidupannya pun bergantung padanya. Hati jika dilarang mendapatkan ilmu dan hikmahnya selama tiga hari maka ia akan mati. Jika hati telah kehilangan ilmu, artinya kematianlah padanya meskipun tidak dirasakan oleh pemiliknya. Ia bagaikan orang yang mabuk yang kehilangan kesadaran akalnya, penakut yang telah tiba kematiannya, orang yang jatuh cinta, penghayal yang tidak merasakan sakitnya luka, baru setelah tersadar dan sehat, mereka akan merasakan sakitnya.

Demikianlah seorang hamba jika maut telah benar-benar memisahkan dirinya dari dunia dan kesibukannya, ia hancur bersama kematian dan akan menyesal.

Kapan kamu akan sedar, padahal waktumu sudah dekat
Kapan kamu akan berpisah dari kemabukan itu
Mungkin kamu akan menyadarinya ketika kain itu terbuka
Dan kamu akan mengingat perkataanku ketika ingatanmu tidak lagi berguna..........

Mutiara Ibnu Qayyim, dari Kunci Shurga; Mencari Kebahagian dengan Ilmu, Jilid 1.

Penghuni Neraka adalah Orang-Orang yang Tidak Berilmu

Allah Subhanahu Wata'ala menyebut para penghuni Neraka dengan orang-orang bodoh, mereka tidak mendapatkan jalan menuju ilmu.

Dan mereka berkata, "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni Neraka yang menyala-nyala." Mereka mengakui dosa  mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni Neraka yang menyala-nyala."
[QS. Al-Mulk; 67:10-11]

Mereka adalah orang-orang yang tidak mendengar dan tidak pula berakal, yang mana kedua ini, merupakan syarat wajib untuk mendapatkan ilmu. Bagaimana mungkin orang yang tidak mendengar dan berakal dapat memperoleh ilmu? Allah berfirman;

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Neraka Jahanam kebanyakkan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."
[QS. Al-A'raf; 7:179]

Bahkan didalam ayat yang lain, Allah menyatakan mereka tidak akan pernah mendapatkan ilmu apa pun kerana mereka tidak memiliki pendengaran, penglihatan, dan akal fikiran.
".....Mereka tuli, bisu, dan buta, maka oleh sebab itu mereka tidak mengerti."
[QS. Al-Baqarah; 2:171]
Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?  Kerana sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada."
[QS. Al-Hajj; 22:46]
......Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka kerana mereka (selalu) mengingkari ayat-ayat Allah dan diliputi siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.
[QS. Al-Ahqaf; 46:26]

Allah azzawajalla menyamakan para penghuni Neraka itu dengan orang-orang yang tidak memiliki ilmu. Allah juga mengumpamakan mereka seperti binatang atau keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Bahkan, Allah menempatkan mereka dibawah derajat binatang dan menjadikannya seburuk-buruk binatang. Terkadang mereka dianggap sebagai benda mati atau orang yang hidup didalam kebodohan yang gelap gulita dan sesat, hati mereka tertutup dan telinga mereka tersumbat serta penglihatan ditutup. Ini semua untuk menunjukkan betapa buruknya kebodohan. Dan orang yang demikian ini sangat dicela oleh Allah.

Sebaliknya, terhadap orang-orang yang berilmu, Allah Subhanahu Wata'ala sangat memuji dan menghormati mereka,
"Barangsiapa yang diberikan kebaikan oleh Allah maka ia difahamkan (diberikan pemahaman) di dalam agamanya. " [HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah,]
Yang dimaksudkan hadith ini ialah ilmu yang di barengi dengan perbuatan (amal). Ilmu yang diamalkan. Wallahu a'alam.
Cerpisan dari Kunci Shurga; Mencari Kebahagian dengan ilmu; oleh Ibnu Qayyim..

August 13, 2013

Fitnah Terbunuhnya Utsman bin Affan

Akidah salaf di dalam menyikapi perselisihan yang terjadi dikalangan para sahabat ialah tidak memperbincangkannya kecuali jika muncul Ahlul bid'ah yang mencela mereka maka ketika itu wajib untuk membela mereka dengan kebenaran dan keadilan.

Bahwa Allah Subhana wa Ta'ala tidak akan redha terhadap seorang hamba kecuali Dia telah mengetahui bahwa hamba tersebut akan melaksanakan apa yang Dia redha'i. Sahabat telah mendapat keredha'an dari Allah. Jika mereka wafat, maka wafat mereka didalam kebaikan. Dan inilah yang telah terjadi.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah memberitahu bahwa akan terjadi fitnah yang sangat besar yang menyebabkan terbunuhnya Utsman bin Affan radiyallahu anh dan mengajak kaum Muslimin agar berpihak kepada Utsman ketika fitnah tersebut terjadi. Beliau juga menerangkan waktu kejadian tersebut dan menerangkan bahwa Utsman dan para sahabatnya berada diatas kebenaran dan hidayah.

Beliau juga telah mengkhabarkan kepada Utsman bahwa dia akan diminta agar mengundurkan diri dari jabatan kekhalifahan dan Rasullullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan agar ia jangan memenuhi permintaan tersebut.

Utsman telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk meredakan fitnah tersebut sejak para pemberontak datang, hingga beliau membukakan pintu dan masuklah si pembunuh lantas membunuhnya.

Para sahabat juga telah berusaha membela Utsman pada hari dikepungnya rumah beliau, hanya saja beliau melarang dengan larangan yang sangat keras sehingga mereka tidak dapat membela beliau, kerana beliau adalah pemimpin mereka yang wajib dipatuhi. Para pemberontak tidak memerangi Utsman kecuali setelah melihat bahwa para sahabat sudah putus asa untuk mendapatkan izin membelanya.

Sebab sebab yang menjadi alasan Utsman untuk tidak memerangi para pemberontak ialah:
1) Ia mengetahui bahwa fitnah akan reda setelah ia terbunuhnya sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi kepadanya.
2) Ia tidak ingin jadi khalifah pertama setelah wafatnya Nabi, yang menumpahkan darah pada umatnya.
3) Kerana pemberontak tersebut hanya menginginkan dirinya, jadi ia berfikir untuk menyelamatkan kaum Muslimin dengan mengorbankan dirinya.

Utsman bermusyawarah dengan Abdullah bin Salam agar ia mencegah terjadi peperangan. Tidak terjadi peperangan yang sengit didalam rumah Utsman, hanyalah kekacauan ringan yang menyebabkan terlukanya al-Hasan bin Ali dan dia dibawa keluar dari rumah tersebut.

Diakhir hayatnya Utsman, bermimpi melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam beserta Abu Bakar dan Umar seraya berkata, "Ya Utsman, berbukalah bersama kami." Maka pada pagi harinya Utsman berpuasa dan memerintahkankan seluruh yang ada di dalam rumah agar keluar lalu ia meletakkan mushaf dihadapannya lantas menyuruh untuk membuka pintu dan mulai membaca al-Quran. Maka masuklah seorang yang berkulit hitam dari Mesir yang bergelar Jabalah kerana warna tubuhnya yang hitam, boleh jadi orang tersebut adalah Abdullah bin Saba' si Yahudi.

Adapun riwayat-riwayat Muhammad bin Umar al-Waqidi tentang peristiwa ini, terdapat banyak kebohongan yang menyelisihi riwayat shahih dan banyak memutarbalikkan fakta seolah-olah para sahabat telah mengambil sikap yang salah, dan kelihatannya riwayat tersebut terpengaruh oleh pemahaman syi'ah.

Begitu juga riwayat-riwayat Saif bin Umar at-Tamimi tentang fitnah terbunuhnya Utsman, merupakan kumpulan berbagai riwayat yang sanadnya dihapus oleh Saif. Kemudian dia meriwayatkannya dari berapa jalur dari guru-gurunya dengan sanad yang terkadang bersambung  kepada empat orang syaikh. Namun semua riwayat itu tidak terlepas dari celaan terhadap para sahabat serta menuduh mereka dengan suatu yang tidak pernah mereka lakukan. Dan terkadang ada riwayat adil yang menunjukkan sikap yang benar dari para sahabat.

Kita wajib menghindar dari perbincangan terhadap sikap Utsman tentang fitnah tersebut, kerana Nabi shallallahu alaihi wasallam telah memberinya petunjuk-petunjuk untuk menyikapi fitnah itu. Dan berita yang sampai pada kita sedikit sekali.
Wallahu a'lam.
Ringkasan dari tesis Abdullah bin Ghaban dikutip dari kitab berjudul asli al-Bidayah wan Nihayah oleh Ibnu Katsir 

August 12, 2013

Renovasi-Renovasi yang dilakukan Umar

Al-Waqidi berkata, "Pada tahun 17 H. Umar radiyallahanhu melaksanakan ibadah umrah pada bulan Rajab. Ia melewati sebuah jalan, para pemilik sumber mata air meminta agar Umar membangunkan rumah-rumah antara Makkah dan Madinah - waktu itu belum terdapat bangunan antara jarak kedua tempat itu- maka Umar mengizinkan mereka untuk mendirikan bangunan dengan syarat para musafir dibolehkan menginap dan meminta air dari mereka.Ia juga memerintahkan agar Masjidil Haram di renovasi dan diperbarui bangunannya. "
[Al-Fakihi: Akhbar Makkah, 2/273, Tarikh ath-Thabari, 4/69.]

Setahun selepas itu, pada bulan Dzulhijjah, Umar merubah posisi Maqam Ibrahim, yang sebelumnya menempel ke dinding, di tarik kebelakang pada posisi sekarang, agar orang orang yang tawaf tidak terganggu dengan orang-orang yang shalat di situ. 


Ketika beliau di Jabiyah, Umar sempat berpidato panjang lebar yang begitu padat isinya, di antara perkataannya," Wahai para hadirin, perbaiki apa-apa yang tersembunyi di hati kalian maka akan baik apa apa yang nampak diluar diri kalian. Ketahui lah sesungguhnya tidak ada seorang pun yang memiliki seorang ayah yang maseh hidup dapat menghubungkan dirinya dengan Adam, dan tidak ada penghubung antara dirinya dengan Allah, maka barangsiapa yang menginginkan jalan ke Surga, hendaklah mengikuti jama'ah, sebab shaitan akan selalu bersama orang yang menyendiri, dan akan lebih jauh dari dua orang, dan janganlah salah seorang dari kalian berduaan dengan wanita, kerana shaitan pasti menjadi yang ketiganya, barangsiapa yang bergembira dengan kebaikan maka dialah seorang Mukmin. " khutbahnya maseh panjang tapi di ringkaskan oleh penulis, Ibnu Katsir.
 [Lihat khutbah sepenuhnya di Musnad al imam Ahmad, 23/85 Fathur ar-Rabbani]

Dari Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung oleh Ibnu Katsir.

August 11, 2013

Jenis jenis munafik ...

Oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Munafik adalah penyakit batin kronik, yang menimpa seseorang tanpa disedari, maka sesungguhnya ia adalah perkara tersembunyi keatas manusia, atas orang yang terlibat dengannya, lalu menyangka bahwa dia mengadakan perbaikan sedangkan dia sebenarnya membuat kerosakkan.

Ia ada dua jenis: "Lebih besar dan lebih kecil."

Yang lebih besar: "Mewajibkan kekal dalam Neraka pada tempat yang paling bawah."
Iaitu menzahirkan keimanannya dengan Allah, MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya dan hari akhirat kepada kaum Muslimin, sedangkan dalam batinnya terlepas dari semua itu dan mendustakannya, dia tidak mempercayai bahwa Allah berkata-kata dengan perkataan yang diturunkan kepada manusia yang dijadikan sebagai Rasul kepada mereka, memberi petunjuk  dengan izinNya, memberi peringatan akan seksaan dan hukumanNya.

Allah Ta'ala telah menyingkap tirai-tirai orang munafik dan mendedahkan rahsia-rahsia mereka dalam Al-Quran, Dia menjelaskan pada hamba-hambaNya akan urusan dan keadaan mereka agar mereka tidak tergolong daripadanya dan berwaspada dari ahlinya. Dalam surah al-Baqarah Dia menyebutkan empat ayat pada orang-orang yang beriman, dua ayat pada orang-orang kafir, dan tiga belas ayat pada orang-orang MUNAFIK, kerana ramainya mereka dan keumuman bala bencana dengannya, serta fitnah mereka yang kuat atas Islam dan ahlinya, maka sesungguhnya bala bencana yang menimpa Islam dengan mereka sangat kuat, kerana mereka dinisbatkan kepadanya, dan kepada pertolongan dan pembelaannya, sedangkan mereka pada hakikatnya adalah musuh-musuhnya, mereka mengeluarkan permusuhannya pada setiap bentuk yang disangka orang jahil bahawa ia adalah ilmu dan perbaikan, sedangkan ia adalah kejahilan dan kerosakkan yang amat dahshat.

Demi Allah! Berapa banyak benteng Islam yang telah diruntuhkan dan dibinasakannya?  Berapa banyak panji panjinya yang telah dihapuskannya? Berapa banyak bendera yang terangkat tinggi telah diletakkannya? Berapa banyak usul usul yang telah dirosakkannya?

Maka Islam dan umatnya sentiasa berada dalam ujian dan bala' mereka, ia sentiasa menyerangnya dengan kesyubuhan-kesyubuhannya mereka, dan mendakwa bahwa dengan yang demikian mereka mengadakan perbaikan:

"Ketahuilah! Bahwa sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya membuat bencana dan kerosakkan, tetapi mereka tidak menyedarinya."
[ Al-Baqarah: 12 ]

"Mereka sentiasa berusaha hendak memadamkan cahaya Allah (agama Islam) dengan mulut mereka, sedang Allah tetap menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir tidak suka (akan yang demikian).
[ As-Saff : 8]

Mereka bersepakat meninggalkan wahyu dan meninggalkan mengambil petunjuk dengannya:
"Kemudian umat Rasul-rasul itu berpecah-belah dalam urusan agama mereka kepada beberapa pecahan, tiap-tiap golongan bergembira dengan apa yang ada pada mereka."
[Al-Mukminun: 53]

"Setengahnya membisikkan kepada setengahnya yang lain kata-kata dusta  yang indah-indah susunannya untuk memperdaya pendengarnya."
[Al-An'am : 112]

Oleh itu:
"Mereka menjadikan Al-Quran ini satu perlembangaan yang ditinggalkan, tidak dipakai."
[Al-Furqan :30]

Petikan dari Madarij As-Salikin (Tangga-tangga orang yang berjalan menuju kepada Allah)
Jilid 1 bagian 48 hal 434 penerbitan Berlian Publications sdn bhd. Selangor, Malaysia cetakan pertama 2008.

Dosa yang Dilaknat Rasulullah

Dosa-dosa masuk pada diri seseorang dibawah laknat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan beliau melaknat maksiat dan perbuatan lain yang lebih besar seperti :-

#  Beliau melaknat wanita yang menato dan yang diminta menato, yang menyambung rambutnya    dan yang diminta disambung, yang mencabut alis, meratakan gigi, dan yang diminta meratakan giginya.

#  Beliau melaknat yang meminum minuman keras, yang menghidangkannya, yang membuat dan yang diminta dibuatkan, yang menjual, membeli, yang ikut makan dari hasil penjualannya dan yang membawanya.

#  Beliau melaknat pencuri.

#  Beliau melaknat anak yang mengutuk orang tuanya.

#  Beliau melaknat lelaki yang meniru wanita  dan wanita yang menyerupai laki-laki.

#  Beliau melaknat orang yang menyembelih binatang kerana selain Allah.

#  Beliau melaknat para pelukis (penggambar) (makhluk hidup).

#  Beliau melaknat laki-laki (homoseksual) seperti kaum Luth.

#  Beliau melaknat anak-anak yang mencaci ibu bapanya.

#  Beliau melaknati orang yang menyesatkan orang buta, dan seterusnya.

Ada begitu banyak perbuatan maksiat yang dilaknat oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan hal-hal lain yang juga terlaknat adalah :

Siapa yang menodongkan saudaranya dengan senjata besi maka malaikat melaknat nya.

Allah dalam Kitab-Nya melaknat orang yang membuat kerusakan dibumi dan orang yang memutuskan tali silaturahim.

Allah melaknat orang yang menyimpan keterangan dan petunjuk yang Dia turunkan.

Allah melaknat orang-orang yang menuduh wanita beriman yang baik-baik dengan tuduhan kotor

Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan memakai pakaian lelaki. 


Masih banyak lagi hadith lain yang berisi laknat terhadap perbuatan manusia yang melanggar hukum-hukum Allah.....
Semoga kita dijauhkan daripada tergolong dalam golongan orang-orang yang terlaknat....na'uzubillah
Allahu Musta'an...
Dari Terapi Penyakit Hati Ibnul Qayyim .

August 8, 2013

Akibat Maksiat

Maksiat membahayakan manusia didunia dan akhirat. Hanya Allah Ta'ala yang mengetahui akibat dan pengaruhnya. Walaupun begitu, dampak maksiat akan dapat dirasakan oleh pelakunya.

1.  Maksiat Menghalangi Ilmu.
Ilmu adalah sinar cahaya pada hati. Imam Malik sangat kagum dengan kecerdasan Imam Shafi'i dan berkata, " Aku melihat Allah telah meletakkan sinar dalam hatimu. Jangan padamkan sinar itu dengan kegelapan maksiat."  Sementara Waki' gurunya imam Shafi'i pernah berkata, "Ketahui lah ilmu itu anugerah dan anugerah Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat."

2.  Maksiat Menghalangi  Rezki.
Dalam Musnad dikatakan, "Seorang hamba tidak mendapatkan rezki kerana dosa yang ia kerjakan. "

3.  Maksiat Mengundang Kerisauan dan Kesepian dalam Hati.
Maksiat menjauhkan seseorang dari seimbangan dan keterkaitan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kenikmatan-kenikmatan dunia dan seisinya tak mampu mengimbangi keresahan seorang manusia. Dosa maksiat akan menghalangi seseorang merasakan kemanisan iman.

4.  Maksiat Mendatangkan Kesulitan.
Orang yang tidak bertakwah akan mendapatkan kesukaran dalam setiap urusan. Sulit dapat jalan keluar.

5.  Maksiat Menimbulkan Kegelapan dalam Hati.
Kegelapan dalam hati akan dirasakan oleh seseorang seperti gelapnya malam. Bila ia diberi petunjuk, kegelapan maksiat masuk menutupi hatinya, seperti kegelapan perasaan menutupi penglihatannya. Keta'atan ibarat cahaya. Setiap kali kegelapan menguat, makin bingung lah ia hingga jatuh kedalam bid'ah, kesesatan, dan hal hal yang membinasakan dimana ia sendiri tidak merasakannya.

6.  Maksiat Melemahkan Hati dan Badan
Bayangkan kekuatan fisik orang-orang Persia dan Romawi dapat mengelabui mereka, namun mereka dihancurkan oleh orang-orang yang beriman dengan kekuatan hati.

7.  Maksiat Mengurangi Umur dan Mengikis Berkah.

8.  Maksiat Melemahkan Hati untuk Berbuat Kebajikan.

9.  Terkumpulnya Maksiat.
Apabila sudah sering berbuat maksiat hingga hati tidak terasa, maka maksiat itu jadi kebiasaan baginya. Maksiat yang satu mengundang maksiat yang lain, sehingga bertumpuk-tumpuk.

10. Kemaksiatan Merusak Akal.
Akal adalah cahaya dan kemaksiatan mematikan sinar tersebut. Seorang salaf berkata, "Tiada seorang pun yang melanggar perintah Allah kecuali akalnya berkurang."

11. Bila Telah Menumpuk, Dosa Akan Tercap pada Hati Pelakunya.

12. Maksiat Menghilangkan Malu.
Banyak pelaku maksiat sekarang ini bermaksiat terangan terangan kerana hilang rasa malu.

13. Kemaksiatan Membuat Lupa pada Allah Subhanahu Wata'ala

14. Maksiat Menghalau Sikap Ihsan dari pelakunya.

15. Maksiat Melemahkan Aktiviti Pengangunan Allah dalam Hati.

16. Maksiat mewariskan kehinaan....
Dan seterusnya...diringkaskan dari Terapi Penyakit Hati oleh Ibnu Qayyim ..

Akibat Dosa dan Bekas-Bekas Maksiat Pada Hati

Tinggalkan dan menjauhilah dosa-dosa, sebab dampak darinya, hati akan tertutup, juga pendengaran dan matanya sehingga hatinya terkucil dan kalbunya tersumbat kerana dipenuhi kotoran yang berkarat. Lalu Allah membalikkan hati dari kesedarannya, menetapkan jarak antara diri dengan hatinya.

Allah akan membuatnya lupa berzikir dan membuatnya lupa pada dirinya sendiri. Itulah akibat dari meninggalkan yang berkehendak agar manusia senantiasa membersihkan hatinya. Tapi manusia membangkang sehingga dadanya terasa sempit dan sukar bernafas sebagai akibat jika mereka menyingkirkan hati dari kebenaran dan menambah penyakit dengan penyakit.

Seperti yang diterangkan oleh Imam Ahmad, dari Hudzaifah radiyallahu, ia berkata hati itu ada empat keadaan:-

1.   Hati yang bersih yang padanya terdapat lampu yang bersinar terang. Itulah hati orang Mukmin.
2.   Hati yang tertutup, yang terdapat pada hati orang kafir.

3.   Hati yang terbalik, yaitu hati orang munafik.

4.   Hati yang telah ditunjang oleh dua bahan, yaitu bahan keimanan dan bahan nifak (plin-plan atau hipokrit).  Hati semacam ini yang banyak menguasai manusia.

Bila hati manusia dalam keadaan beriman yang tercampur nifak berhenti dari keta'atan, lalu mengabaikannya maka hati akan menjadi tuli, tidak dapat mendengar, tidak bisa bicara, dan tidak bisa melihat. Terjadilah hati yang tidak memberi manfaat kepadanya, serupa telinga orang tuli yang tak mampu mendengar suara, orang buta yang tak dapat melihat warna-warna dan orang bisu yang tak memahami kata-kata. Hakikatnya, kebutaan, ketulian, dan kebisuan hati adalah seperti buta, tuli, dan bisunya anggota badan. Firman Allah ,

"Kerana sesungguhnya bukanlah mata yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada."   [QS.  Al-Hajj:46]

Jarak antara dirinya dengan hatinya dijauhkan oleh dosa. Padahal, sebenarnya mereka dapat sampai ke alam kesedaran hakiki, dapat melihat sesuatu yang memperbaiki dan menyucikan dan dapat mengerti hal yang merusak dan menghinakan dirinya. Tetapi oleh kerana dosa dosa yang dilakukan terciptalah hijab antara ia dengan Tuhannya.

Petikan ringkas dari Terapi Penyakit Hati oleh Ibnu Qayyim al-Jauzi.

Elakkan kemungkaran dalam ber-Eidul Fitri


Kita berharap agar ibadah kita di bulan Ramadhan diterima dan keluar Ramadhan dalam keadaan terampun dosa dan penuh dengan karunia serta rahmat ilahi. Semoga hari hari yang mendatang akan membawa kita menuju kehidupan yang lebih mulia dan meninggalkan beberapa kemungkaran adat adat yang memberatkan yang terjadi pada hari raya Eidul Fitri.
Di antara kemungkaran dalam hari raya adalah terjadinya ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan wanita), bersalam-salaman dengan yang bukan mahram, tabarruj, terutama kaum wanita dengan beragam jenis model baju dan tudung, malahan hari Id seperti hari tunjuk fesen, membuka aurat.
Mendengarkan musik, menonton TV yang beraneka acara dan ragam.
Berlebih-lebihan dalam melakukan hal yang tidak ada faedahnya dan semacamnya .. 
Pengkhususan ziarah kubur di hari Id yang tidak di shariatkan bahkan ini menyelisihi apa yang disyariatkan dalam hari raya berupa kebahagian dan kegembiraan.
Pengkhususan malam Id untuk melakukan ritual ibadah tertentu dalam rangka menghidupkan malam eid.
Menziarahi sanak saudara sambil bermaaf-maafan, yang demikian itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabatnya.
Silaturrahmi mengkhususkan menziarahi dan berkeyakinan hari raya itu selama bulan shawal belum berakhir.
Wallahu a'alam...

August 7, 2013

Silaturrahmi Ba'da Ied


Tanya:
Saya ingin menanyakan tentang perayaan idul fitr yang ada di negeri ini, yaitu apa hukumnya mengunjungi atau bertemu dengan sanak famili, tetangga, teman, dan lain-lain pada hari tersebut? Mulai tanggal 1, 2 dan seterusnya selama suasana lebaran dengan mengucapkan “mohon maaf lahir dan batin” sambil berjabatan tangan?

Jawab:
Ma’asyaral ikhwah rahimakumullah
Saling berziarah, saling kunjung-mengunjungi, itu tidak dikhususkan pada lebaran. Dan tidak ada tuntunan dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhususkan saling ziarah pada saat lebaran, namun kapan saja. Kapan ada kesempatan, kapan hal yang memungkinkan seorang mengunjungi berziarah. Atau mengunjungi seorang dalam keadaan sakit, maka itu merupakan hal yang sunnah. Baik diwaktu ‘ied atau diluar ‘ied.
Mengkhususkan hanya pada saat hari raya saja, ini menyelisihi sunnah rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun mungkin ada sebagian tidak punya kesempatan, karena diluar hari-hari tesebut mereka dalam keadaan sibuk. Atau ada hal-hal yang lain, sehingga hanya menyempatkan pada saat itu. Memungkinkan bagi mereka untuk bertemu, berziarah, dalam kondisi sekian lama mereka mungkin tidak bertemu.
Maka tidak mengapa, yang penting jangan dia mengkhususkan. Dia tidak mengkhususkan bahwa ziarah itu pada saat lebaran saja. Adapun mengucapkan, tidak mengapa. Mengucapkan تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّ وَ مِنْكُمْ taqabalallahu minna wa minkum (Semoga Allah Subhanahu wata’ala menerima amal shaleh dari kami dan dari kalian). Atau masing-masing negeri punya kebiasaan sendiri dalam menyampaikan rasa kegembiraan mereka.
Para ulama menganggap bahwa ini kembali kepada tradisi yang ada di sebuah negeri. Masing-masing mengucapkan, seperti di jawa misalnya, lain lagi, “sugeng riyadi”. Atau yang seperti itu, mungkin di daerah yang lain, lain lagi bahasanya, cara menyampaikan mengungkapkan kebahagiaan yang dia rasakan pada idul fitr. Tapi jika dia mengucapkan seperti yang diucapkan para sahabat, itu baik, taqabalallahu minna wa minkum.
Sumber: darussalaf.or.id

August 4, 2013

Kisah kesabaran para Sahabat dan Generasi sesudah mereka....

Abu Bakar radiyallahanhu  ketika menderita sakit, para sahabat yang menjenguk beliau bertanya," Bagaimana kalau kami mengundang dokter?" Beliau menjawab, " Aku sudah diperiksa 'dokter'."  Mereka tanyakan, " Apa yang dia katakan?". Beliau menjawab, " Dia, (Allah) menyatakan, " Sungguh Aku Maha melakukan terhadap apa yang Aku kehendaki  (Inni fa'alun lima urid.)"
[Imam Ahmad berkata dari Waki' dari Malik ibn Mighwal, dari  Safar.]

Umar ibn al-Khattab radiyallahanhu berkata, "Kehidupan prima yang kami dapakan adalah dengan kesabaran. Andaikata kesabaran berwujud manusia maka dia merupakan manusia mulia." "Kami menemukan kehidupan yang baik adalah dengan kesabaran."
[Imam Ahmad berkata, "Abu Mu'awaiyah meriwayatkan dari Al A'masy dari Mujahid.]

Ali ibn Abu Thalib radiyallahanhu berkata," Ingat, kesabaran sebagai nilai keimanan adalah bagai kepala dalam jasad. Apabila kepala terputus maka jasad tidak bermakna."  Lalu Ali dengan suara keras mengatakan, " Ingat, sungguh tiada iman bagi orang yang tiada berkesabaran."  Ali juga mengatakan, " Kesabaran ialah tunggangan yang tidak akan terperosok."

Al-Hassan berkata, " Kesabaran adalah gudang kebaikan, yang Allah berikan hanya kepada hamba mulia disisi-Nya."

Umar ibn Abd al-Aziz berkata," Tidak lah Allah berikan suatu kenikmatan kepada seorang hamba, lalu dicabut-Nya dan diganti kesabaran, melainkan penggantinya adalah lebih baik daripada kenikmatan yang dicabut."

Maimun ibn Mahran berkata, " seseorang tidaklah mendapatkan madunya (nikmat) kebaikan -atau dibawahnya- selain kesabaran."

Sulaiman ibn Qasim berkata," Setiap amal dapat diketahui pahalanya selain pahala kesabaran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;

"Sungguh hanya orang-orang yang bersabar-lah yang dipenuhi pahala mereka tanpa batas."
[QS. Al-Zumar :10]

Sa'id ibn Jubair berkata," Sabar ialah merupakan pengakuan hamba sebagai milik Allah terhadap musibah yang diterimanya, dan sikap mencari pahala di sisi Allah serta berharap didapatkan pahala. Terkadang manusia mengeluh, dalam keadaannya bersikeras dan tidak terlihat selain kesabaran."
"Merunduk termasuk mengeluh. Mengeluh (berkeluh kesah) merupakan tanda bahwa seseorang tidak sabar."
Semoga kita semua diberikan sifat sabar dalam apapun situasi dan redha dengan takdir Allah.

Mengungkap Rahsia dibalik Keutamaan Sabar dan Syukur oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.