SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

March 31, 2015

"Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah....

"Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan."
(HR. ad-Darimi dari Tsauban) 

Yakni, para pemimpin, para 'ulama' dan para ahli ibadah, mereka menetapkan hukum terhadap manusia tanpa landasan ilmu, sehingga mereka menyesatkan kebanyakkan manusia, sebagaimana Allah Tabaraka wa Taala berfirman; 

"Dan mereka berkata, 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).'"  
[QS. Al-Ahzab: 76]
Dalam Qurrah Al-Uyun, "Sebagaimana firman Allah Ta'ala;
"Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui orang-orang yang melampaui batas."  [QS. Al-An'am: 119]

"Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka sebagian besar dari orang-orang yang dahulu."  [QS. Ash-Shaffat: 71]

Allah Tabaraka Taala telah menjelaskan jalanNya yang lurus dimana ia adalah jalan orang-orang yang beriman.
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikit lah kamu mengambil pelajaran darinya."  [QS. Al-A'raf: 3]
Dinukil dari Fathul Majid hal.623; bab Menyembah Berhala

"Yang menghancurkan Islam adalah ..."


Umar Radiyallahuanhu berkata; 

"Yang menghancurkan Islam adalah kekeliruan seorang ulama, penentangan orang munafik dengan alQur'an dan hukum para pemimpin yang menyesatkan."

(Ad-Darimi meriwayatkan dari Ziyad bin Hudair)
Dinukil dari Fathul Majid hal.623; bab Menyembah Berhala.

March 30, 2015

Ghuluw terhadap orang salih saja dilarang, bagaimana pula ghuluw terhadap orang kafir

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 
"Jauhilah ghuluw (sikap berlebihan), kerana yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah sikap ghuluw."  [HR. Ahmad no.3238; an-Nasa'i no.3059; Ibnu Majah 3029]

"Celakalah orang-orang yang berlebih-lebihan x 3" [HR. Muslim no.2670]

Syirik pertama yang terjadi dimuka bumi  ialah mengagungkan orang-orang salih. Ini menunjukkan kewajiban mewaspadai sikap ghuluw dan berhati-hati dari sarana-sarana syirik, walaupun mungkin maksud-nya adalah baik. Kerana syaitan berhasil menjerumuskan manusia kedalam syirik melalui pintu ghuluw pada orang-orang salih dan berlebih-lebihan dalam memuja mereka sebagaimana hal seperti terjadi pada umat ini.

Imam an-Nawawi berkata; "Di dalamnya (hadith ini) terdapat larangan berlebih-lebihan dalam berbicara, tentang membaguskan-baguskan dan memfasih-fasihkan ucapan, menggunakan bahasa yang tidak popular dan i'rah yang tersembunyi dalam berbicara kepada orang-orang awam dan yang seperti mereka." (Fathul Majid Syarh Kitab at-tauhid penulis Syaikh Abdurrahman bin Hassan Alu asy-Syaikh)

Jika ghuluw terhadap orang-orang salih saja dilarang, bagaimana pula ghuluw terhadap orang kafir?
Allahul Musta'an

March 29, 2015

Kesyirikan kini lebih parah daripada Kesyirikan kaum Nabi Nuh.

Awal perbuatan kesyirikan dikalangan manusia terjadi pada kaum Nabi Nuh alaihissalam. Ketika orang-orang salih dari kaum itu meninggal dunia, syaitan pun membisikkan kepada kaumnya agar mereka membuatkan patung-patung mereka, sekaligus diberikan dengan nama orang salih itu. Akhirnya generasi berikutnya, kerana ilmu mula terkikis, mereka jadikan patung-patung itu sebagai sembahan. Sebagaimana firman Allah Taala;
"Dan mereka berkata; "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr."  [QS. Nuh: 23].

Itu lah nama orang-orang salih yang ada pada kaum Nabi Nuh alaihissalam. (Tafsir Ibnu Katsir)

Jelaslah perbedaan antara kesyirikan zaman beliau dengan kesyirikan orang-orang dizaman ini yang lebih parah! 
Kaum Nuh membuat patung-patung orang-orang SALIH mereka yang kemudian dijadikan sesembahan generasi berikutnya. Tetapi masyarakat kini menjadikan orang KAFIR, sebagai satu sosok pengagungan, pemujaan, penyembahan..Na'uzubillah...

Ibnu Taimiyyah mengatakan; "Dimanakah orang-orang yang hatinya dapat memahami hal tersebut? Kebanyakkan manusia lalai memperhatikan hal ini dan mereka tidak bisa membedakan antara kebenaran dengan kebatilan. Mereka menyangka yang batil itu benar. Sebaliknya, mereka menyangka yang benar itu batil.. Allahul Musta'an.
Red: Syarah 'Kasyfu Syubuhat, membongkar akar Kesyirikan' oleh Syaikh al-Utsaimin.

March 26, 2015

Bentuk-bentuk iman yang tidak benar..

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata;
"Kebanyakan kaum Muslimin, bahkan mungkin seluruhnya, mengaku beriman. Namun sebagian besar manusia tidak beriman, meskipun Anda sangat menginginkannya. Sedangkan sebagian besar antara yang beriman, mereka hanya memiliki keimanan global. Adapun keimanan terinci adalah keimanan yang dibawa Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang berisikan makrifat, keilmuan, pernyataan, kecintaan serta pengetahuan terhadap lawan hal tersebut. Keimanan ini adalah keimanan kelompok khusus dari umat ini dan keimanan Nabi yang khusus serta keimanan Abu Bakar ash-Shiddiq radiyallahanhu dan kelompoknya."

Antara bentuk-bentuk iman yang tidak benar :-
1) Secara umum, kebanyakan kaum Muslimin hanya mampu beriman berupa pernyataan tentang adanya Pencipta yang mencipta langit, bumi dan segala yang ada diantara keduanya. Para penyembah patung dari kelompok Quraish juga menyatakan keimanan yang sama.

2) Menyatakan dua kalimah shahadah, baik disertai mengerjakan amal perbuatan yang diwajibkan kepadanya atau tidak, baik ucapannya sesuai dengan hatinya atau tidak.

3) Mereka mengaku beriman, tetapi mereka mengingkari sifat-sifat Allah, Zat-zatNya. Sebagaimana imam Ahmad mengatakan, " Mereka berselisih pendapat tentang alQur'an, menentang alQur'an dan akhirnya sepakat untuk meninggalkannya." (Mereka mentakwil, menafsirkannya mengikut pendapat, hawa nafsu mereka.)

4) Mereka berpendapat bahwa iman adalah sekadar berupa akhlak baik, bergaul dengan baik, wajah ceria, berprasangka baik kepada setiap orang dan pemaaf.

6) Memiliki keimanan dan menyembah Allah, tetapi sekadar mengikuti perasaan dan keinginan yang mereka tentukan sendiri. Keimanan dan ibadah mereka tidak berdasarkan apa yang dibawa oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

7)  Beriman sesuai dengan apa yang secara kebetulan mereka warisi dari nenek moyang mereka apapun itu, bahkan keimanan mereka didasari oleh dua fondasi; 1.pendapat nenek moyang mereka, 2. bahwa apa yang mereka katakan itulah kebenaran (bukan menurut nas).

8) Berpendapat bahwa iman adalah melepaskan diri dari dunia, mengosongkan hati darinya dan berzuhud. Jika mereka melihat seseorang seperti itu, maka mereka mengangkatnya sebagai pemimpin walaupun pengetahuan dan perbuatannya jauh dari iman.

Lebih parah lagi mereka menjadikan iman sekedar ilmu, tanpa amal. Mereka mengaku beriman tapi menentang iman. Mereka beriman tetapi menetapkan syarat-syarat yang bertentangan dengan iman itu sendiri yang sama sekali tidak termasuk iman.. Allahul Musta'an 
' Al-Fawaid oleh Ibnu Qayyim '

March 22, 2015

Bagaikan Kantong Pasir

"Perbuatan yang dilakukan tanpa keikhlasan dan tanpa mengikuti jejak Nabi, bagaikan seorang musafir yang memenuhi kantongnya dengan pasir, sehingga memberatkan dirinya, namun tidak memberikan manfaat apa-apa."  
Al-Fawa'id, Ibnu Qayyim

Sunnah seperti perahu Nabi Nuh.

Imam Malik rahimahumullah berkata;
"Sunnah seperti perahu Nabi Nuh, barang siapa yang naik, maka dia selamat, barangsiapa tertinggal, dia binasa."

Ini benar, kerana orang yang naik perahu Nuh hanyalah orang-orang yang membenarkan dan mengikuti para Rasul, sebaliknya orang yang tidak naik berarti mendustakan para Rasul. Mengikuti sunnah adalah mengikuti risalah yang datang dari sisi Allah, orang yang mengikutinya seperti orang yang naik bersama Nuh dalam perahu lahir dan batin, sedangkan yang tertinggal dengan tidak mengikuti risalah adalah seperti orang yang tertinggal dari perahu Nuh.

Begitulah  jika seorang Mukmin yang berilmu merenungkan ucapan-ucapan para filosof dan umat lain yang berisi kesesatan dan kekufuran, niscaya dia mendapatkan bahwa alQur'an dan as-Sunnah telah membongkar keadaan mereka, menjelaskan hak mereka, membedakan antara yang hak dan yang batil. Para sahabat adalah orang-orang yang paling mengetahui hal itu, sebagaimana mereka adalah orang-orang yang paling gigih dalam berjihad melawan orang-orang kafir dan munafik. 
Ibnu Mas'ud menyatakan bahwa mereka sempurna kebaikan hatinya, sempurna kedalaman ilmunya dan ini sedikit pada orang-orang muta'akhirin. 
Sungguh bagus ucapan imam Ahmad, "Ushul sunnah bagi kami adalah berpegang kepada apa yang dipegang oleh sahabat-sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam." (Musnad Imam Ahmad)
Ref: 'Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah' oleh Al-Imam Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi

March 21, 2015

Waktu keberkahan, pembagian rezki dan pencernaan makanan.

Disebutkan dalam Sunnah bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar memberkahi umatnya di waktu pagi. [Sunan Abu Daud, 2606; dan Sunan At-Tirmidzi, 1212]

"Ya Allah, berkahilah untuk umatku di pagi hari mereka."  

Mengingatkan pentingnya waktu ini, besarnya keberkahannya dan banyaknya kebaikan, maka para salaf, tidak menyukai tidur pada waktu ini dan menyia-nyiakannya dengan kemalasan atau kelemahan. Ibnu Qayyim rahimahullah, berkata ;  "Termasuk perkara yang makhruh bagi mereka, yakni salaf rahimahullah, adalah tidur diantara shalat subuh hingga matahari terbit. Sungguh ia adalah waktu keberuntungan. Untuk berjalan pada waktu itu bagi orang-orang yang menempuh perjalanan memiliki keistimewaan yang besar.  Hingga sekiranya jika mereka berjalan sepanjang malam, maka mereka tetap memanfaatkan waktu itu hingga matahari terbit. 
Sungguh ia adalah waktu awal siang dan pembukanya. Waktu turunnya rezki-rezki, saat pembagiannya, datangnya berkah, dan darinya bermula siang. Hukum seluruh hari akan diarahkan kepada hukum waktu itu. Maka sudah sepatutnya jika tidur pada waktu tersebut adalah seperti tidurnya orang yang terpaksa. (Madarij As-Salikin, 1/459 )
Bahkan sesiapa memelihara dzikir pada waktu ini akan memberikannya berupa tekad, kekuatan, dan semangat pada sepanjang hari itu. Barangsiapa pada masa muda terbiasa dengan sesuatu niscaya dia akan terbiasa dengannya hingga beruban. Oleh kerana itu apa yang berlaku atas seseorang di pagi hari dan awalnya, niscaya akan berlangsung terus atasnya disisa harinya. Jika giat maka akan terus giat, bila malas maka akan terus malas. Barangsiapa memegang kendali hari (awalnya), maka akan selamat seluruh harinya dengan izin Allah Ta'ala, dan diberi pertolongan untuk mendapatkan kebaikan, serta diberkahi untuknya padanya.

Diantara atsar-atsar salaf, diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, Radiyallahuanhu, berkata pada anaknya, ketika melihat dia tidur di waktu subuh, "Bangunlah, apakah engkau tidur di waktu pembagian rezki?" (Disebutkan Ibnu Qayyim dalam Zaadul Ma'ad, 4/241).

Ibnu Qayyim berkata; "Tidur waktu pagi hari menghalangi rezki, kerana itu adalah waktu dimana ciptaan mencari rezki-rezki mereka, dan ia adalah waktu pembagian rezki. Maka tidur di waktu tersebut menghalangi rezki kecuali kerana fakta tertentu atau darurat. Tidur di waktu ini juga sangat membahayakan badan kerana melemaskannya. Merusakkan badan kerana ada sisa-sisa dzat yang mesti diurai dengan menggerakkan badan (olah raga). Sehingga mengakibatkan kerusakan, kedunguan dan kelemahan. Apabila dilakukan sebelum buang air besar, sebelum menggerak-gerakkan badan, dan sebelum mengisi perut dengan sesuatu, maka ini adalah penyakit yang berbahaya, akan lahir darinya berbagai jenis penyakit lainnya. (Zaadul Ma'ad, 4/242)
Dari: 'Fiqh Doa & Dzikir' oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr.

March 20, 2015

'Mata Air Hikmah' Ibnu Qayyim

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata;

"Orang yang bertawakkal tidak akan meminta pertolongan kepada selain Allah, tidak menentang Allah, dan tidak akan menyimpan sesuatu bersama Allah."

Redha adalah kerelaan hati berada dibawah hukum Allah.

Manusia didunia disiksa tergantung seberapa besar keinginan mereka terhadapnya."

Dari 'Mata Air Hikmah' Ibnu Qayyim

March 19, 2015

Solusi Segala Kesusahan.

Syaikh Abdurrazaq berkata; "Seagung-agung solusi kesusahan adalah memperbaharui iman, dan mengulang-ulang kalimat tauhid laa ilaaha illallah. Hal ini kerana tidak ada yang melenyapkan dari seseorang kesulitan, tidak pula menghilangkan darinya kerisauan dan kesusahan, seperti halnya mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan agama kepada-Nya, serta merealisasikan ibadah yang hamba diciptakan kerananya. Sebab hati ketika dipenuhi tauhid dan ikhlas, serta disibukkan dengan urusan agung ini, yang merupakan sebesar-besar urusan secara mutlak, niscaya akan hilang darinya kesusahan, kesulitan dan kerisauan, lalu merasakan puncak kebahagiaan."

Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan selainnya, dari Asma binti Umais radiyallahuanha, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku, "Maukah aku ajarkan padamu kalimat-kalimat yang engkau ucapkan ketika kesusahan?"..
                     الله الله ربب لا أشر ك به شيا 
'Allah ... Allah.. Rabbku, aku tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu.'
(Sunan Abu Daud, 1525, Sunan Ibnu Majah, 3882, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih At-Targhib, 1824)

Dan juga doa' Nabi Yunus alaihissalam ketika berada didalam perut ikan;

           لا اله اله انت سبحانك اني كنت من الظا لمين
'Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang dzalim.'

'Ini diantara kalimat yang disebutkan, ialah kalimat-kalimat tauhid, ikhlas kepada Allah Ta'ala dan jauh daripada syirik. Maka disini petunjuk paling jelas, tidak ada yang menolak kesulitan dunia seperti tauhid. Oleh kerana itu doa kesusahan adalah tauhid. Begitu juga tidak ada yang mencampakkan dalam kesusahan yang besar kecuali syirik dan tidak ada yang menyelamatkan darinya kecuali tauhid. Ia adalah tempat bernaung bagi ciptaan, tempat berlindung, benteng dan puncaknya. Wabillahi taufik.' (Al-Fawa'id oleh Ibnu Qayyim) 
Sumber: 'Fiqh Do'a & Dzikir' oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Ak-Badr 

March 18, 2015

Mereka menjadikan persepsi, pendapatnya sebagai nas-nas.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang ertinya;

"Bahwasanya siapa saja diantara kalian yang hidup setelah (kematian)ku, maka ia akan melihat pertentangan yang banyak."
(HR. Tirmidzi Kitab 'Ilmin,  Abu Dawud Kitab Sannatin, Ibn Majah Muqadimah, Imam Ahmad)

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata hadith ini merupakan kecaman terhadap orang yang terjebak dalam perselisihan dan peringatan dari mengikuti jalan mereka. Sesungguhnya banyaknya kontradiktif dan memuncaknya persoalan disebabkan sikap taklid dan pengikutnya. Mereka adalah orang-orang yang mencerai-beraikan agama dan menjadikan para pengikutnya kedalam beberapa golongan. Setiap pemimpin golongannya menyeru kepadanya dan mencela pihak yang bertentangan dengannya. 
Mereka pun tidak mengerjakan amal dengan dasar perkataan mereka sehingga seakan-akan mereka memeluk agama yang lain selain agama mereka. Mereka menolak dan bersikap keras dalam penolakan mereka dan berkata: 
"Bagi mereka kitab-kitab mereka, dan bagi kami kitab kami, bagi mereka imam-imam mereka bagi kami imam kami, bagi mereka madzhab mereka dan bagi kami madzhab kami." Semua mengaku dari Ahlul Sunnah wal Jamaah, tetapi mereka menjadikan persepsi-persepsi, pendapat-pendapatnya sebagai nas-nas.

Subhanallah! Tidak akan ada dimuka bumi kelompok yang lebih banyak bersepakat dan sedikit kontradiksi dari mereka yang fondasinya berdasarkan alQur'an dan as Sunnah. Jika tidak membangun atas fondasi ini, setiap kelompok semakin jauh dari ajaran yang asli, tentu kontradiksi dalam diri mereka semakin keras dan banyak. Kerana sesungguhnya orang yang menolak kebenaran ia membiarkan perkaranya dalam kerusakan, bercampur baur, dan kebenaran jadi samar atasnya sehingga ia tidak mengetahui yang manakah madzhabnya, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta'ala; 

"Sebenarnya mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau."  [QS. Qaaf: 5]
Allahul Musta'an 
Sumber bacaan: 'Risalah Taklid' oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah.

March 16, 2015

Penghuni Neraka yang Kekal di dalamnya.

Para penghuni Neraka yang tidak akan keluar dari sana dan tidak akan binasa adalah orang-orang kafir dan musyrik.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Tetapi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itulah penghuni Neraka; mereka KEKAL didalamnya."  [QS. Al-A'raf:36]

"Seandainya (berhala-berhala) itu tuhan, tentu mereka tidak akan memasukinya (Neraka). Tetapi semuanya akan KEKAL di dalamnya."  [QS. Al-Anbiya' : 99]

"Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni Neraka. Mereka KEKAL didalamnya. ". [QS. Al-Baqarah: 39]

"Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya, mereka KEKAL didalamnya (laknat), tidak akan diringankan adzabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan."  [QS. Al-Baqarah: 161-162].

"Tidakkah mereka (orang munafik) mengetahui bahwa barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Neraka Jahanamlah baginya, dia KEKAL didalamnya. Itulah kehinaan yang besar."  [QS. At-Taubah :63]

"Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid-masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Maka sia-sia amalnya, dan mereka KEKAL didalam Neraka." [QS. Al-Ma'idah: 37]
Di petik dari serial akidah & rukun iman bab 'Surga & Neraka',  Berdasarkan alQur'an dan as-Sunnah, oleh Dr, Umar Sulaiman al-Asyqar; terbitan Pustaka Imam Asy-Syaf'i.

March 13, 2015

Yang Paling Tegas Menegakkan Agama Allah!

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

"Umatku yang paling penyanyang adalah Abu Bakar dan yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar."
(HR. Ahmad, at-Tirmidzi di shahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Hadith ash-Shahihah, 1224)

Karamah Sahabat Nabi....

Al-Ala' bin al-Hadhrami adalah satu dari sekian banyak sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang senior dan termasuk orang yang berilmu, banyak beribadah dan mustajab doanya.

Diriwayatkan dalam satu peperangan, ketika Al-Ala' dan pasukan nya berhenti di Dahna' (1)(sebuah padang pasir antara Najed dan al-Ahsa'), sebelum sempat mereka berhenti dengan sempurna, tiba-tiba unta-unta mereka beringas dan lari dengan membawa seluruh perbekalan tentera, kemah, makanan dan minuman.Yang tinggal hanya pakaian yang melekat di badan saja.

Kejadian itu terjadi dimalam hari. Tidak seekor unta yang dapat mereka kejar, sehingga mereka ditimpa perasaan gelisah dan sedih tidak terperi, sampai ada yang mulai berwasiat kepada yang lainnya menunggu ajal menjemput. Melihat kondisi itu, al-Ala' pun berbicara, "Wahai hadirin sekalian, bukankah kalian orang Islam? Bukankah kalian sedang berperang dijalan Allah? Bukankah kalian penolong agama Allah?"
Mereka menjawab, "Ya Benar!" Al-Ala' melanjutkan lagi, "Demi Allah bergembiralah, Dia tidak akan menghinakan kalian dalam keadaan seperti ini." 

Ketika terbit fajar, adzan Subuh pun dikumandangkan, dan al-Ala' shalat bersama seluruh pasukannya. Selesai shalat dia pun bersimpuh dengan kedua lututnya dan orang-orang pun mengikutinya. Dia pun berdoa sambil mengangkat tangannya, diikuti oleh pasukannya, masing-masing berdoa, hingga matahari terbit. Bila cahaya matahari semakin terang, tiba-tiba disamping mereka terdapat kolam air yang besar. Maka Al-Ala' dan pasukannya pun minum dan mandi sepuasnya, dan ketika siang mulai meninggi, tiba-tiba semua unta-unta mereka kembali lengkap dengan perbekalan yang ada di atas punggungnya. Tidak seorang pun merasa kehilangan walaupun hanya seutas tali. Mereka pun segera memberi minum unta-unta mereka sepuas-puasnya. 

Inilah merupakan karamah yang disaksikan oleh banyak orang sekaligus merupakan tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi pasukan ini. Mereka adalah kaum yang ta'at pada Nabi-Nya, bertauhid dan bertawakkal hanya pada-Nya, suci dari pernodaan kesyirikan walau apapun. Inilah karamah yang benar-benar karamah yang membezakan antara wali Allah dan wali syaitan... Allahu Akbar.
Sumber: 'Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung' oleh Ibnu Katsir 
(1) Thabaqat Ibnu Sa'ad, 3/363

March 8, 2015

5 bentuk dzikir

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata;
Selalu mengingat adalah sebab kelastarian cinta. Bagi hati dzikir laksana air bagi tanaman. Bahkan seperti air bagi ikan yang tak dapat hidup kecuali dengan keberadaan nya.

Dzikir ada beberapa macam:- 
1) Berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, dan sanjungan pada-Nya.
2) Dengan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan pengagungan pada Allah. Pengertian inilah yang biasa dimaksudkan dalam penggunaan kata dzikir di kalangan generasi akhir. 
3) Berdzikir dengan melaksanakan hukum-hukum-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ini dzikir orang berilmu. Bahkan ketiga-tiga dzikir ini menjadi dzikir mereka pada Rabb.
4) Termasuk dzikir yang paling afdal adalah berdzikir pada Allah dengan membaca firman-Nya. Allah berfirman, "Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hati Kiamat dalam keadaan buta."  [QS. Thaaha: 124].  Peringatan-Ku disini maksudnya adalah firman-Nya yang diturunkan pada Rasul-Nya.
5) Allah Ta'ala juga berfirman; "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati jadi tenteram."  [QS. Ar-Ra'd : 28]. Di antara manifestasi mengingat Allah adalah berdoa, memohon ampun, dan merendah kepada-Nya.  Jadi inilah 5 bentuk dzikir.

Oleh sebab itu, selawat, dzikir ahlu ilmi yang mengetahui Sunnah dan petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam serta mengikuti beliau berbeda dengan dzikir, selawat kaum awam yang hanya bermodal menggerak-gerakkan tubuh dan suara keras. 
Para pengikut beliau yang mengetahui Sunnahnya, lagi memahami ajaran yang beliau bawa, selawat mereka juga berbeda. Semakin mereka mengerti ajaran beliau shallallahu alaihi wa salam, semakin mereka bertambah cinta dan memahami hakikat selawat yang di mohonkan untuk beliau pada Allah.

Demikian pula dzikir pada Allah Ta'ala. Semakin seorang hamba mengenal, patuh, dan mencintai Allah, dzikirnya berbeda dengan dzikir orang-orang yang lalai. Perkara seperti ini hanya bisa dimengerti dengan pengalaman keseorangan bukan dengan beramai-ramai di majlis-majlis " selawat" atau "dzikir" dengan nyanyian-nyanyian, bergendang-gendang. Perkara ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ataupun para sahabat dan Tabi'in.
Allahul Musta'an ...
Sumber: 'Keutamaan Selawat Nabi' judul asli 'Jala'ul Afham' oleh Ibnu Qayyim 

March 7, 2015

Bersikap wala' kepada orang zalim, salah satu penyebab manusia masuk Neraka.

Bersikap loyal (wala) atau cenderung kepada orang-orang yang zhalim adalah salah satu penyebab manusia masuk Neraka. Orang-orang zhalim ini adalah musuh-Nya. Allah Ta'ala berfirman:

"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zhalim yang menyebabkan kamu di sentuh api Neraka."  [QS. Huud; 11:113].

Di petik dari serial akidah & rukun iman bab 'Surga & Neraka',  Berdasarkan alQur'an dan as-Sunnah, oleh Dr, Umar Sulaiman al-Asyqar; terbitan Pustaka Imam Asy-Syaf'i.

Dalil mengatasi pendapat

Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa;
Dalil-dalil dari alQur'an dan Sunnah tidak dapat disanggah dengan pendapat yang berbeda. Masuk akalkah bila pendapat kalian yang bebeda terkait satu masalah yang dalilnya berpihak pada lawan, kalian mampu membatalkan dalil shahih yang tidak ada penentangnya dalam masalah ini?
Ini jelas bertolak belakang dengan metode ahlu ilmi. Sesungguhnya dalilnya yang menggugurkan pendapat-pendapat yang menyelisihinya dan digunakan menyanggah orang yang menolak konsekuensinya. Sehingga dalil-dalil di menangkan atas setiap pendapat yang melawanya. Bukan malah pendapat yang mujtahid yang di konfrontasikan dengan dalil, mampu menggugurkan konsekuensi hukumnya dan lebih di utamakan lebih daripada dalil.

Semoga Allah Tabaraka wa Ta'ala beri hidayah pada orang-orang yang membuat, mereka-reka perkara-perkara baru (dalam urusan agama) atas dasar pendapat mereka, manakala sudah ada dalil yang jelas dari baginda shallallahu alaihi wa sallam  ... Allahul Musta'an.
Petikan dari: 'Keutamaan Shalawat Nabi' judul asli 'Jala'ul Afham' oleh Ibnu Qayyim

March 6, 2015

Jangan sia-siakan amalammu.. Ikuti Sunnah

"Barangsiapa yang benci dengan Sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku."
(HR. Muttafaq 'Alaih) 

"Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan (agama) kami ini, yang bukan darinya, maka hal itu tertolak." 
(HR. Muttafaq 'Alaih)

"Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka hal itu tertolak." (HR. Muslim) Dan

"Barangsiapa yang membuat suatu perkara yang tidak ada perintahnya dari kami, maka hal itu tertolak." (HR. Abu Daud)

Semua perbuatan, amalan yang bukan dari Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, perkara-perkara bid'ah,tertolak, sia-sia saja, tidak dapat pahala. Allahul Musta'an.
Petikan: Targhib wa Tarhib; Ibnu Hajar al-Asqalani di syarahkan Sariyah Abdul Karim Ar-Rifa'i

Nabi shallallahu alaihi wa sallam berlepas diri dari perbuatan mereka!

Bagaimana mungkin manusia mengadu dan meminta tolong pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bila beliau tidak ada kuasa atas dirinya sendiri?
"Katakanlah, 'Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah."  [QS. Al-A'raf: 188]

Sebab itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam, berlepas diri daripada apa yang mereka buat, yakni  majlis-majlis 'cinta' sambil menyeru meminta sesuatu yang mustahil terkabul. Allah juga berfirman kepada beliau,
"Katakanlah, 'Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat."  [QS. Al-An'am: 50]

Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri tidak ada seorang pun yang dapat melindungi beliau dari azab Allah mana mungkin beliau menolong mereka...
"Katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan suatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan'. Katakanlah, 'Sesungguhnya aku sendiri sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungi diriku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dariNya. Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalahNya."  [QS. Jin: 21-23].

Tugas beliau hanya menyampaikan saja, bila demikian keadaannya, maka orang selain beliau, seperti wali-wali, adalah lebih jauh lagi dapat memberi pertolongan... Allahul Musta'an.
Sumber bacaan: "Ulasan Lengkap Tawassul oleh Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz

March 5, 2015

Allah perintah kita berselawat untuk Nabi-Nya, Tapi selawat yang macam mana?

"Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari Kiamat adalah mereka yang paling banyak berselawat kepadaku." (HR. At-Tirmidzi 484, di nilai shahih oleh Ibnu Hibban 911)

Seutama-utama manusia untuk mendapatkan syafa'atnya dan yang paling berhak untuk mendapatkan tempat terdekat dari beliau adalah mereka yang paling banyak berselawat kepadanya didunia.

Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitabnya, Jala Al Afham fi Ash-Shalati wa As Salami'ala Khairi Al Anam mengatakan seseorang yang berselawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam berarti ia telah melaksanakan perintah Allah Ta'ala dengan firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, berselawat lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."  [QS. Al-Ahzaab :56].

Adapun selawat yang dimaksudkan ialah yang dibaca setelah tasyahud didalam shalat, yakni selawat 'Ibrahimiyah', sebagaimana yang di ajarkan oleh Nabi-Nya, bukan dengan berbagai jenis selawat terdapat hari ini.
Dari itu bagaimana layak bagi seorang Muslim mengaku "cinta Nabi" yang mengetahui keutamaan kedudukannya, dan nasehatnya bagi umat, kemudian bersamaan itu dia meninggalkan petunjuk Nabinya yang agung lagi berkah, lalu memilih selawat-selawat rekaan manusia yang tidak sebanding dengan beliau shallallahu alaihi wa sallam.

Telah berlalu bersama kita perkataan Mu'adz bin Jabal radiyallahuanhu;
"Sesungguhnya di belakang kamu fitnah-fitnah, akan banyak padanya harta, dibuka kan padanya alQur'an, hingga diambil oleh orang Mukmin dan munafik, laki-laki dan perempuan, kecil dan dewasa serta budak dan orang merdeka. Hampir-hampir seseorang berkata! 'Ada apa dengan manusia tidak mau mengikutiku sementara aku telah membaca alQur'an? Tidaklah mereka mau mengikutiku hingga aku mengadakan untuk mereka selainnya, maka berhati-hatilah kamu dari apa-apa yang diada-adakan, sungguh apa yang diada-adakan adalah bid'ah."
(Sunan Abu Daud, 4611, Asy-Syari'ah. Di shahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Sunan Abu Daud, no3855)
Maksudnya jika pengajian berdasarkan alQur'an dan Sunnah sahaja tidak ada pengikutnya, ataupun sedikit,tetapi bila di masukkan (introduce) berbagai perkara bid'ah orang-orang akan ikutinya. Sungguh benar, jika dilihat keadaan manusia saat ini, mereka berbondong-bondong ke majlis-majlis yang diada-adakan, tetapi ke majlis ilmu yang syar'i hanya segelintir yang hadir atau mendengarkannya... Allalhul Musta'an.

Berkomitmentlah dengan sunnah dan ikut jalan para ahlinya. Sungguh pada yang demikian itu terdapat keselamatan dan keberuntungan.
Sumber: 'Fiqh Doa &'Dzikir' oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr;  Syarah Bulughul Maram oleh Abdullah bin Abdurrahman al Bassam.

March 3, 2015

6 Golongan yang Allah melaknat mereka dan juga Nabi-Nya melaknat mereka.

Dari Aisyah (Radhiyallahu 'anha), bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

"Enam golongan yang aku melaknat mereka dan Allah pun melaknat mereka, serta setiap Nabi yang dikabulkan doanya: -  
1. Orang yang menambah didalam Kitabullah 
2. Orang yang mendustakan takdir Allah 
3. Orang yang menguasai umatku dengan pemaksaan untuk menghina orang yang Allah muliakan dan memuliakan orang yang Allah hinakan, 
4. Orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah 
5. Orang yang meminta kehalalan dari kaum kerabatku sesuatu yang diharamkan oleh Allah 
6. Orang yang meninggalkan as-Sunnah.

(HR. Ath-Thabrani) Dinilai shahih oleh Ibnu Ibnu Hibban dan Al-Hakim. 
Syaikh Imarah mengatakan, "Itrati" ertinya mereka adalah keluarga ku dan orang-orang yang mengikuti Sunnahku serta mengamalkan syari'at ku sampai hari Kiamat.
Petikan: Targhib wa Tarhib; Ibnu Hajar al-Asqalani di syarahkan Sariyah Abdul Karim Ar-Rifa'i

March 1, 2015

Berdoa kepada selain Allah, termasuk orang-orang yang zalim.

"Dan Rabbmu berfirman, "Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."  [QS.Al-Mukmin: 60]

Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh hamba-hambaNya berdoa kepada-Nya langsung, tidak boleh melalui perantaran apa-apa atau sesiapa pun. Allah Maha Mendengar dan Dia dekat dengan hamba-hambaNya. 

"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengkabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu." [QS.Al-Baqarah: 186].

Allah Azza wa Jalla mengingkari atas sesiapa yang mengatakan boleh berdo'a atau meminta pertolongan melalui wali-wali, hatta, Nabi-Nya sekalipun, sebagaimana FirmanNya;

"Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim." [QS. Yunus: 106].

"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadaNya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah dibumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?"  [QS. An-Naml: 62]

Allah Azza wa Jalla berfirman, 
"Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain disamping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab."  [QS. Asy-Syu'ara': 213]

Dan FirmanNya lagi,
"Dan barangsiapa berdoa (menyembah) Tuhan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung." [QS. Al-Mu'minun:117].

Yang jelas adalah bahwa sesiapa yang berdoa kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setelah wafatnya beliau, apalagi selainnya orang-orang yang telah meninggal dunia untuk menolak bahaya atau mencari kemaslahatan maka ia telah melakukan syirik besar yang mengeluarkan dirinya dari Agama Islam. 

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun."  [QS. Al-Ma'idah:72]

Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar memberikan hidayah-Nya kepada kita semua kepada jalanNya yang lurus. 
Sumber bacaan: 'Ulasan Lengkap Tawassul' penulis Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, 'Pembatal Islam' Syaikh Saleh bin Fawzan al Fawzan.