SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

June 9, 2012

Menggengam Al-Qur'an Dan As-Sunnah

Al-Qur'an merupakan petunjuk Allah Subhana wata'ala yang sangat sempurna dan rahmat-Nya yang sangat agung. Dengannya umat manusia dikeluarkan dari kegelapan menuju cahaya, jalan keselamatan dunia dan akhirat. Ia adalah wahyu Ilahi yang bersih dari kesalahan, tali Allah Subhana wata,ala yang kukuh dan jalanNya yang lurus. Barangsiapa yang berpaling darinya, maka ia pasti tersesat.

Demikian juga dengan as-Sunnah sebagai sumber kedua dalam Islam, ia merupakan penjelas al-Qur'an. Dengan berpegang teguh pada keduanya, maka umat manusia akan berada di atas kebenaran dan selamat dari kesesatan. Sebagaimana nasihat Rasulullah sallallahu alaihiwassalam 

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama-lamanya jika kalian berpegang teguh dengan keduanya: Kitabullah dan Sunnahku. Keduanya mendatangiku di telaga (al-Kautsar)." (HR. al-Hakim dan Malik; dishahihkan al_Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi).

Kesempurnaan al-Qur'an dan as-Sunnah

Seluruh permasalahan agama mulai dari yang ushul (pokok) sampai furu' (cabang), demikian juga semua hal yang diperlukan oleh seorang hamba dalam kehidupan dunia dan akhirat, maka syari'at telah datang untuk menjelaskan itu semuanya. Ini adalah bagian dari rahmat Allah subhana wata'ala kepada hambanya. 

"Dan telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."  QS. an-Nahl : 89

Sebelum Rasulullah sallallahu alaihiwassalam wafat, Allah Subhana wata'ala telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dia berfirman,

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan bagi kalian nikmat-Ku, serta telah Ku redho bagi kalian Islam sebagai agama." QSal-Maidah :3

Kewajiban Mengamalkan al-Qur'an dan as-Sunnah

Mengamalkan al-Qur'an dan as-Sunnah merupakan sumber hidayah, kunci keselamatan, dan penjaga dari kesesatan. Hampir tidak terhitung banyaknya dalil-dalil dari al-Qur'an dan as-Sunnah yang mewajibkan para mukallaf (setiap orang yang berakal sehat dan dewasa) untuk mengamalkannya.

"Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dar Rabb kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selian-Nya. Amat sedikitlah pelajaran (daripadanya) "  QS.al-A'raf :3

Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut dengan: "Apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian" adalah al-Qur'an dan juga as Sunnah yang menjelaskan isi kandung al-Qur'an. 

Allah subhana wata'ala berfirman: 

"Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kalian (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul," niscaya kamu lihat orang orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu." QS. an-Nisa' : 61

Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang ketika diseru untuk mengamalkan al-Qur'an dan as-Suunah ia merasa enggan dan menghalang-halangi manusia dari mengikuti keduanya, maka ia termasuk dalam golongan orang-orang munafik. Karena, yang menjadi 'ibroh (pelajaran) dalam ayat tersebut adalah keumuman lafazhnya, bukan sebab turunnya yang khusus.

Allah Subhana wata'ala juga mengaitkan sikap mengembalikan permasalahan kepada Allah dan rasulNya ketika terjadi perselisihan, dengan keimanan, sebagaimana firman-Nya;

"Jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir." QS. an-Nisa' :59

Dengan demikian dapat difahami, apabila seseorang mengembalikan perselisihan kepada selain Allah Subhana wata'ala dan Rasul-Nya berarti orang tersebut belum beriman kepada Allah dan hari akhir.

Tidak di ragukan lagi bahwa al-Qur'an adalah sebaik baik apa yang diturunkan Allah subhana wata'ala kepada kita, "Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepada kalian dari rabb kalian sebelum datang kepada kalian azab dengan tiba-tiba, sedang kalian tidak menyedarinya." 
QS. Az-Zumar:55

Sedangkan as-sunnah menjelaskan isi kandungan al-Qur'an tersebut. Allah subhana wata'ala mengancam siapa saja yang enggan mengikuti sebaik baik apa yang telah diturunkan kepada kita dengan firman-Nya

....."sebelum datang kepada kalian adzab dengan tiba tiba, sedang kalian tidak menyedarinya." 
QS. Az-Zumar :18

"Apa saja yang diberikan Rasul kepada kalian terimalah. Dan apa yang dilarangnya dari kalian maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumanNya."
QS. Al-Hasyr : 7

Firman Allah subhana wata'ala ,"Sesungguhnya Allah amat keras hukumanNya," mengandung ancaman keras terhadap orang-orang yang tidak mengamalkan sunnah Rasulullah sallallahualaihi wassalam.
Apalagi jika ia menganggap bahwa pendapat seseorang lebih baik daripada sunnah beliau.

Allah subhana wata'ala berfirman:

"Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya." 
QS. An-Nisa' : 65
Dalam ayat ini Allah subhana wata'ala bersumpah bahwa beriman sehingga mereka menjadikan Nabi sallallahu alaihiwassalam sebagai hakim dalam segala urusan yang mereka perselisihkan. 

Siapa saja yang tidak mahu tunduk kepada hukum Rasulullah sallallahu alaihiwassalam berarti ia telah mengikuti hawa nafsunya dan ia pasti tersesat. 

Memenuhi seruan Rasulullah sallallahu alaihiwassalam, setelah wafatnya adalah dengan kembali kepada sunnahNya yang merupakan penjelasan terhadap isi kandungan Al-Quran. Dalam Al-Quran disebutkan bahawa Nabi sallallahu alaihiwassalam tidak mengikuti sesuatu pun kecuali wahyu yang diturunkan kepadanya. Allah berfirman:

"Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepada kalian, bahawa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku." 
QS. Al-An'am: 50

Apabila kita telah mengetahui bahawa jalan yang ditempuh Rasulullah sallallahu alaihiwassalam  adalah mengikuti wahyu, maka ketahuilah bahawa Al-Quran menegaskan, barangsiapa menta'ati beliau, bererti dia telah menta'ati Allah subhana wata'ala sebagaimana firmanNya:

"Barangsiapa yang menta'ati Rasul, sesungguhnya dia telah menta'ati Allah."
QS. An-Nisa': 80

"Katakanlah: Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasul), nescaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian."
QS. Ali-Imran: 31

Allah subhana wata'ala tidak memberi jaminan kepada seorang pun supaya tidak tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat kecuali bagi orang yang mengikuti wahyu semata. Allah subhana wata'ala berfirman: "Maka jika datang kepada kalian petunjuk dariKu, lalu barangsiapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." QS. Taha: 103. Ayat dalam surah ini menunjukkan bahawa seseorang tidak akan tersesat dan celaka apabila mengikuti wahyu. Sementara ayat dalam surah Al-Baqarah menyebutkan bahwa seorang yang mengikuti wahyu tidak akan pernah takut dan sedih, iaitu dalam firmanNya "Maka barangsiapa yang mengikuti petunjunkKu nescaya tidak ada kekhuatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih." QS. Al-Baqarah:38

Tidak diragukan lagi bahwa penyadaan kesesatan, kesengsaraan, ketakutan dan kesedihan dari orang yang mengikuti wahyu, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, tidak berlaku bagi orang yang bertaqlid kepada seorang ulama' yang tidak mak'sum (terjaga dari kesalahan), yang tidak ia ketahui apakah orang yang diikutinya tersebut benar atau salah. Sementara, dalam waktu yang sama, ia berpaling dari kitabullah dan sunnah RasulNya. 

Apalagi jika menganggap bahwa pendapat-pendapat seorang ulama' yang diikutinya itu sudah memadai sehingga tidak butuh lagi keterangan dari Al-Quran dan sunnah RasulNya.

Ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan kewajiban mengikuti wahyu dan mengamalkannya, hampir tak terhitung jumlahnya. Demikian juga, hadith-hadith Nabi sallallahu alaihiwassalam yang menunjukkan kewajiban mengamalkan Al-Quran dan sunnah Rasulullah sallallahu alaihiwassalam hampir tak terhitung jumlahnya. Sebab, menta'ati RasulNya bererti menta'ati Allah subhana wata'ala. 

Keharusan Mendahulukan Hadith Daripada Perkataan Para Imam

Suatu prinsip yang telah disepakati di kalangan para ulama' ahlussunnahwaljamaah adalah bahwa tidak halal bagi seseorang untuk mendahulukan perkataan manusia, siapapun orangnya dan bagaimanapun kedudukannya di depan perkataan Allah subhana wata'ala dan RasulNya.

Dipetik dari cetakan "Menggengam Al-Quran dan Sunnah" -Lajnah Ilmiah HASMI
Lembaga Buku Kecil Islami (LBKI)


No comments:

Post a Comment