SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

June 19, 2012

Sumber Kesesatan


Sesungguhnya Allah subhanawa ta’ala telah memancangkan satu jalan yang lurus bagi para hamba-Nya iaitu Al- Islam. Inilah agama yang diturunkan Allah subhanawa ta’ala dan dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul-Nya. Akan tetapi setan yang terlaknat telah bersumpah di hadapan Rabb-nya untuk menyesatkan seluruh anak cucu Adam alaihisalam kecuali sedikit di antara mereka yang berpengang teguh kepada wahyu.

Setelah dikeluarkan dari surga dan dilaknat oleh Allah subhanawa ta’ala, iblis berikrar:

“ Kerana Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari arah muka dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati banyak yang bersyukur. “  (QS al- A’raf: 16-17 )

Iblis-lah yang telah merusak fithrah manusia dan menyesatkan anak cucu Adam alaihisalam. Padahal fithrah tesebut asalnya baik dan mencitai kebenaran serta tauhid.

Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi-Nya :

“ Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada yang haq dan berpaling dari yang batil), semuanya demikian. Dan sesungguhnya para setan kemudian mendatangi mereka lalu menyesatkan mereka dari agama mereka yang haq. Para setan itu juga mengharamkan bagi apa-apa yang Aku halalkan serta menyuruh mereka menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak pernah menutunkan keterangan tentang itu.”

(HR. Muslim)

Kebenaran atau al-Haq itu adalah apa yang diwahyukan Allah subhanawa ta’ala kepada Rasul-Nya berupa al-Qur’an dan as-Sunnah yang di fahami dengan cara pemahaman para salafus sholeh. 

Setelah mengetahui itu, tidak kalah pentingnya pula kita merambah belantara kesesatan untuk mengetahui secara jelas sumber-sumber kebatilan dan mata air kesengsaraan agar kita tidak terkecoh dengannya dan mereguk airnya.

Di antara sumber sumber kesesatan adalah :

1..   Kasyaf dan Ilham

Yang dimaksudkan dengan kasyaf ialah tersingkapnya tabir ghoib yang menghalangi manusia dari melihat sesuatu sebag aiman a hakikatnya.  Dengan tersingkapnya kasyaf, seorang dapat melihat kebenaran dengan terang dan jelas.

Sebagian penganut tasawwuf yang ekstrim mengaku bahwa pintu kasyaf terbuka bagi para wali sehingga mereka dapat melihat kebenaran dengan terang benderang, lebih tinggi tingkatannya daripada apa yang tampak bagi para ulama shariah, yang mengambil ilmu mereka dari lewat belajar, membaca dan menghafal.

Sebagian tokoh tasawwuf berkata, ”Para Nabi dan wali dapat meraih kasyaf dan dalam hati mereka bers ina r cahaya kebenaran. Hal tersebut mereka peroleh bukan dengan pelajaran tetapi kerana zuhud terhadap dunia dan berlepas diri dengan semua yang terkait dengan dunia, mengosongkan hati dan ber-khalwat (bersunyi) di sebuah tempat yang gelap sambil berzikir memanggil Allah, Allah, Allah dengan menumpukan sepenuh hati, fikiran hingga sampai pada keadaan ia membiarkan lidahnya berjalan sendiri seolah olah kalimat itu mengalir pada lidahnya.  Jika tidak ada tempat yang gelap, mereka menutupi kepalanya dengan jubahnya atau menyelimuti wajahnya dengan mantelnya.

Syaikhul Islam berkata dalam kitab Majmu’ Fatawa nya :

Siapapun yang termasuk dalam ahli kalam, bisikan dan kasyaf, tidak akan lebih afdal daripada Umar bin al-Khathab ra. Maka mereka semua harus menempuh seperti apa yang di tempur oleh Umar ra. dalam berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasul bukan menjadikan apa yang dibawa Rasul mengikuti apa yang datang kepadanya (berupa ilham dan kasyaf)

Kenapa tidak ada ahli kasyaf yang lebih afdal dari Umar? Kerana Rasulullah salallahualaihi wassalam telah bersabda:

Sesungguhnya pada umat-umat sebelum kalian ada orang-orang yang mendapat ilham. Kalau pada umatku ini ada orang yang seperti mereka tentulah ia ‘Umar bin al-Khathab.  ( HR al-Bukhari dan Muslim )

Seorang tokoh Sufi, al-Jiili, berkata dalam kitabnya, al-Insan al-Kamil, bahwa telah dibukakan baginya tabir sehingga ia dapat melihat alam bagian bawah dan atasnya, ia dapat melihat malaikat seluruhnya, dan ia dipindah-pindah dari satu langit ke langit yang lainnya. Dia berkata:
“Para masyhad (maqam) ini berkumpullah para nabi dan wali, aku berdiri ditempat itu, maka aku lihat semua para Rasul dan nabi nabi,para wali dan malaikat yang tinggi dan malaikat muqarrabin (yang dekat dengan Allah) juga malaikat taskhir (bertugas mengatur alam), dan telah dibukakan bagiku hakekat yang sangat banyak dari sejak zaman azali hingga akhir zaman.”

Pernyataan tersebut mengandung kebohongan dan kebatilan yang besar. Sebab, itu artinya telah dibukakan baginya perkara-perkara ghaib yang belum pernah diraih oleh manusia-manusia terbaik setelah para nabi yaitu para sahabat Rasulullah sallallahualaihi wassalam.



2..   Mimpi

Walaupun memang ada mimpi yang benar dan bermakna ( ru’yah shodiqah) akan tetapi mimpi tetap tidak boleh dijadikan sebagai sumber dalil atau hujjah dalam beragama.

Sebagian orang yang tidak mengenal aqidah dengan benar menjadikan mimpi sebagai dalil dan landasan hukum. Mereka mengira bahwa mimpi itu adalah petunjuk yang datang dari Allah subhanawa ta’ala.

Agama sudah disempurnakan dan Nabi sallallahualaihi wassalam sudah sampaikan semua selok belok agama yang murni ini, tidak ada sedikit pun yang tertinggal baik sekecil sayap nyamok skalipun. Jika ada yang mengatakan ada sheikh atau gurunya bermimpi telah diajarkan sesuatu amalan , itu  adalah batil sebab tidak ada yang tertinggal yang hendak di tambahkan lagi.



3.. Taklid Buta

Islam sangat mencela sikap taklid ini, bahkan inilah salah satu penghalang utama seseorang mengikuti kebenaran dan tetap bersikukuh dalam kebatilan. Karena taklid kepada ajaran leluhur, maka orang-ornag sebelum kita dakwah tauhid yang diserukan oleh para Rasul.

Allah subhanawa ta’ala berfirman:

”Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan dalam suatu negeri, melainkan orangt-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata : ” Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Rasul itu) berkata: ”Apakah (kalian akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untuk kalian (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kalian dapati bapak-bapak kalian menganutnya?.” Mereka menjawab:
”Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kalian diutus untuk menyampaikannya.” ( QS. Az- Zukhruf: 23-24)

Sikap taklid buta merupakan tradisi orang-orang Nashrani yang membuat mereka tersesat dari jalan Allah subhanawa ta’ala yang lurus. Allah berfirman tentang mereka:

”Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh meyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”  (QS at-Taubah : 31)

Terdapat penjelasan dari hadits Rasulullah sallallahualaihi wassalam tentang tafsir ayat ini. Adi bin Hatim ( yang ketika itu maseh beragama Nashrani) berkata :

” Aku mendatangi Rasulullah sallallahualaihi wassalam sementara pada leherku terdapat senuah salib dari emas. Lalu aku mendengar beliau membaca sebuah ayat dalam surat Baro’ah ini. ”Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juag mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam, maka aku pun berkata,” Wahai Rasulullah, kami dahulu tidak pernah menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan kami.” Rasulullah sallallahualaihi wassalam bersabda, ”Ya, bukan-kah jika mereka menghalalkan kepada kalian apa yang diharamkan Allah atas kalian, maka kalian juga menghalalkannya dan jika mengharamkan apa yang dihalalkan atas kalian, maka kalian akan mengharamkannya ?” Adi berkata, ”Ya.” Rasulullah  bersabda, ”itulah bentuk peribadatan kepada mereka.”
(HR.  Al-Baihaqi dan at-Tirmidzi; dihasankan al-Albani.)

Taklid dan fanatik buta terhadap pemikiran seorang tokoh akan memisahkan antara seorang muslim dari dalil dan haq. Inilah keadaan orang-orang yang fanatik buta pada zaman kita sekarang ini, kebanyakan mereka terdiri dari pengikut sebagian mazhab-mazhab, tarekat sufiyyah dan quburiyyun  (para pengkeramat kuburan), yang apabila mereka diseru untuk mengikuti al-Kitab dan as-Sunnah, mereka menolaknya. Dan mereka juga menolak apa-apa yang menyelisihi pendapat mereka. Mereka berhujjan dengan mazhab mazhab, perkataan para syaikh dan kiyai mereka. Inilah adalah pintu dari sekian pintu pintu masuknya bid’ah ke dalam agama Islam ini.

Ini bukan berarti kita melarang kaum Muslimin yang awam untuk mengikuti salah satu mazhab dari mazhab yang empat. Kerana keempat mazhab tersebut adalah hasil ijtihad para imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Kita mengakui dengan penuh kerendahan hati bahwa ilmu mereka jauh diatas kita. Pendapat mereka jauh lebih baik daripada pendapat kita. Akan tetapi, imam manapun yang kita jadikan panutan, ia tidaklah ma’shum dari kesalahan. Oleh kerana itu, apabila pendapat imam tersebut menyelisihi dalil yang shahih, maka kita tinggalkan pendapatnya dengan tanpa mengurangi rasa hormat kita kepadanya.


4.. Kebodohan (al-jahl) tentang agama

Apabila ilmu dan ulama telah tiada kerana wafatnya mereka, maka bid’ah akan mendapat tempat dan berpeluan besar untuk muncul dan berjaya serta tokoh-tokoh bid’ah akan bertebaran menyeret umat manusia
ke jalan sesat.

Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami berkata:

“ Kebodohanlah yang menjadikan sebab kesesatan makhluk seluruhnya.
  Juga sebab semua kesengsaraan dan kezaliman mereka.
 Sedangkan ilmu itu sebab petunjuk mereka bersama kebahagian mereka.
 Maka tiada kesesatan dan kesengsaraan bagi orang yang berilmu. “

Kebodohan adalah sebab kesesatan makhluk secara keseluruhan. Demikian pula penyebab sesatnya bebagai macam firqah firqah dhallah (kelompok kelompok yang sesat) adalah kebodohan mereka tentang cara beragama yang benar. Sebagai contoh adalah firqah menyimpang yang muncul pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib. Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan berkata: “Yang demikian itu disebabkan kebodohan mereka tentang agama Islam meskipun disertai dengan sifat wara’, ibadah dan kesungguhan mereka. Namun tatkala semua itu tidak berdasarkan ilmu yang benar akhirnya menjadi bencana bagi mereka.”  Di samping itu mereka juga enggan untuk mengambil pemahaman para sahabat dalam memahami masaalah masaal agama ini sehingga terjerumuslah mereka ke dalam kesesatan.

Kesimpulanya, jika pemahaman yang benar tidak terwujud, yang ada ialah kebodohan, maka tidaklah bermanfaat ketika itu kesungguhan dalam beribadah, sifat wara’ dan hati hati dari dosa, zuhud dan semua sifat sifat mulia lainnya.


5.. Akal


Dalam syariat Islam akal adalah sandaran taklif (terkenanya seseorang dengan kewajiban-kewajiban), dan yang dimaksudkan dengan akal disini adalah kemampuan berfikir dengan sehat serta tidak terganggunya kesadaran seseorang.

Perumpamaan yang sangat bagus dalam kedudukan akal dengan wahyu adalah sesungguhnya akal ibarat mata dan wahyu ibarat cahaya. Jika tidak ada cahaya, maka mata tidak dapat melihat apapun selamanya, sehingga disaat itu mata tidak berguna sama sekali. Begitu juga jika tidak ada mata, maka cahaya tidak dapat digunakan sama sekali.

Walaupun peranan akal sangat penting, tetaoi peranan dan kemampuannya sangat terbatas. Ketika akal diberi peranan lebih dari batas untuk memahami dan mentadabburi nash nash al-Qur’an dan as-Sunnah, bahkan dibebaskan untuk membuat bentuk-bentuk yang menyaingi wahyu, maka sesatlah akal tersebut.

Imam Shafi’e pernah berkata, “ Sesungguhnya akal itu memiliki batas akhir seperti penglihatan yang juga memiliki batas akhir.”

Akal tidak boleh dijadikan sumber pengambilan ilmu tanpa wahyu, tidak boleh mendahulukan akal daripada nash nash yang qatie.


6.. Kaidah-Kaidah Filasafat

Diantara musibah terbesar yang menimpa kaum muslimin adalah tersebarnya kaidah-kaidah filsafat yang sangat dipengaruhi oleh ilmu manthiq dan logika (cara berfikir) orang-orang Yunani. Para ahli kalam lebih suka bermain dengan logika dibandingkan mengimani nash-nash yang telah jelas dari al-Qur’an da as-Sunnah, mereka memahami Islam tidak dari sumbernya, namu melalui ilmu manthiq dan filsafat.

Padahal Rasulullah sallallahualaihi wassalam dan para sahabat yang jelas-jelas memeperjuangkan Islam dan paling tahu tentang Islam tidak pernah menggunakan filsafat sebagai sarana untuk memahami Islam.Bahkan beliau dengan tegas melarang kaum Muslimin menelaah dan mengikuti ajaran di luar Islam. Suatu ketika Rasulullah sallallahualaihi wassalam melihat Umar radiyallahanhu memegang lembaran-lembaran dari kitab Taurat, maka beliau bersabda :

“Apakah kamu maseh kebingunan juga wahai putra al-Khattab? Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh aku telah membawa agama yang putih lagi bersih. Janganlah engkau bertanya kepada mereka tentang sesuatu kerana boleh jadi mereka mengkabarkan kepadamu dengan sesuatu yang benar lalu engkau mendustakannya. Atau boleh jadi mereka mengkabarkan sesuatu yang batil lalu engkau membernarkannya. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya Musa alaihisallam masih hidup maka tdak boleh tidak, pasti ia akan mengikutiku.”   (HR. Ahmad dihasankan al-Albani)

Jika Umar, imannya yang begitu kental dan ketaatannya pada Nabi sallallahualaihi wassalam begitu kuat, di larang membaca selembar dari Taurat, apalagi kita sekarang ini Ilsamnya sudah cair, tetapi beriya iya mahu lintasan agama, interfaith dialogue, padahal Islamnya pun banyak belum di ketahui. Oleh sebab itu lah lahirnya ramai Islam Liberal, pemikir Islam, Islam kontemporer ,mereka cepat terpengaruh dengan ideologi ideologi barat. Kebanyak mereka hasil dari pembelajaran dari instituisi atau Madrasah Orientalis.


7.. Hawa Nafsu yang Diikuti

Yaitu menjadikan hawa nafsu atau kecendurungan jiwa sebagai penafsir nash-nash dengan menyeret dalil dalil al-Qur’an dan as-Sunnah untuk mendukungnya, dali-dalil tersebut dihukumi dengan hawa nafsunya.
Ini adalah salah satu penyebab kesesatan yang sangat berbahaya.
Allah subhanawa ta’ala berfirman tentang orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai kayu ukur kebenaran:

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hati-nya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memeberinya pentunjuk sesudah Allah (membiarkan sesat) . Maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?”  (QS. Al-Jatsiyah :23)

Ada sebagian orang yang tersesat bukan kerana ketidaktahuan mereka tentang kebenaran, tapi kesesatan mereka disebabkan karena mereka lari dari kebenaran yang sudah mereka ketahui demi memenuhi keing ina n hawa nafsu. Ketika seorang sudah lari dari kebenaran, maka ia akan berusaha menganut paham kebatilan untuk menggantikan kebenaran yang ia hindari dan terus berupaya keras membuat dirinya dan orang lain menerima kebatilan itu hingga ahkirnya dianggap sebagai kebaikan.

Ia melakukan hal ini karena aqidah yang lurus iru akan menghalangi dirinya untuk mengikuti hawa nafsu, maka ia berusaha menggantinya dengan pemikiran dan aqidah yang sesat agar tidak terjadi kontradiksi atau perang batin antara hawa nafsu dengan prinsip hidupnya. Sehingga hawa nafsu yang ditunggangi oleh setan itu menghiasi perbuatanbutuknya agar terlihat baik, dengan mencari-cari alasan pembenaran meskipun amat jauh, sampai keburukan itu betul betul diterima sepenuhnya oleh jiwa dan tanpa memikirkan perdebatan lagi.


8.. Sikap Ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama

Islam ada lah jalan yang lurus yang telah digariskan oleh Allah subhanawa ta’ala dan rasul-Nya. Tidak ada hak bagi manusia untuk menambah ataupun menguranginya.

Sepanjang sejarah kaum Muslimin, sikap ghuluw atau berlebih lebihan dalam menerapkan agama selalu munculkan kesesatan –kesesatan.

Sebagai contoh adalah firqoh Khawarij, Murji’ah dan Syi’ah.  Adapun Syi’ah mereka ghuluw dalam mencitai dan menyangjung ahlul bait sehingga sampai pada darjat menuhankan mereka dan mencela para sahabat.

Demikian pula halnya para penganut paham sufi yang ekstrim (Shufiyah). Mereka ghuluw dalam menyanjung Rasulullah sallallahualaihi wassalam. Sebagian mereka menyakini bahwa beliau memiliki beberapa sifat ketuhanan (rububiyah) sehingga berhak diminta pertolongannya untuk menyembuhkan orang yang sakit, melimpahkan keberkahan dan sebagainya.


9.. Mengaku bertemu Rasulullah sallallahualaihi wassalam dalam keadaan sedar.

Keyak ina n ini mereka ambil berdasarkan hikayat-hikayat dustan yang berasal dari tokoh-tokoh tarekat Shufiyah. Sebagai contoh, asy-Sya’rani menyatakan bahwa Abul Mawaahib asy Syadzali berkata: “ Aku pernah melihat  Rasulullah sallallahualaihi wassalam lalu beliau berkata kepadaku tentang diri beliau, ‘Aku sebenarnya tidaklah  mati. Kematian ku  (sekarang ini) hanyalah sebagai persembunyianku dari orang-orang yang tidak mengerti tentang Allah subhanawa ta’ala . ‘ Maka akupun melihat beliau dan beliau pun melihat aku .”  (Thobaqatul Kubro 1/69 karya asy-sya’rani)

Bahkan dengan tegas Abul Mawaahib membawakan sabda Nabi sallallahualaihi wassalam dnegan dusta bahwa barangsiapa yang tidak percaya dengan pertemuan dirinya dengan beliau, kemudian dia mati, maka dia mati dalam keadaan sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi . (Thobaqatul Kubro 2/67)

Sebagian murid Khaujili bin Abdirrahman (seorang tokoh Sufi zaman ini) menceritakan bahwa gurunya ini pernah melihat Rasulullah sallallahualaihi wassalam sebanyak 24 kali dalam sehari sedangkan dia dalam deadaan sadar. ( Thobaqot Ibni Dhoifillah hlm 190)


10.. Tasyabbuh dengan Orang-orang Kafir

Tasyabbuh (menyerupai) kaum kafir adalah salah satu sebab terjatuhnya seseorang ke dalam kesesatan. Hal ini pulalah yang terjadi dizaman kita sekarang ini. Kerana ramai dari kalangan kaum Msulimin telah ber-taqlid kepada kaum kafir pada amal-amal bid’ah dan syirik. Di antaranya ialah merayakan hari-hari besar yang tidak ada dalam Islam seperti; perayaan malam tahun baru, Valentine Day, hari ulang tahun seseorang, hari ibu, hari bapa dan sebagainya. Begitu juga cara berfikir yang sekuler, yaitu memisahkan antara agama dan urusan-urusan dunia. Seolah olah Islam itu diturunkan hanya untuk mengatur urusan peribadatan saja, tidak ada hak bagi Islam untuk mengatur masalah-masalah ekonomi, politik, kebijakan pendidikan dan sebagainya.

Rasulullah sallallahualaihi wassalam telah mengingatkan kita;

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk ke dalam golongan mereka.”  (HR Abu Dawud)

Selain sumber-sumber klasik di atas, kita dapati pula sumber-sumber kontemporer yang menyediakan racun-racun penyesat bagi keislaman seorang Muslim di zaman ini, zaman dimana peradaban Barat yang materialistic dan ateis sedang berkibar megah. Di antaranya ialah :

11..   HAM ( Hak Asasi Manusia)

Tidak sedikit dari kaum muslimin yang menimba filosofi kehidupannya dari pemahaman-pemahaman HAM yang sering kali sampai kepada penuhankan manusia. Bahkan HAM juga dijadikan senagai pelindung kemurtadan. Mereka sangat lantang menyuarakan HAM seraya melupakan hak-hak Allah keatas manusia. Mereka menolak tuntutan hukum-hukum Allah subhanawa ta’ala atas manusia dengan alasan tuntutan hukum hukum tersebut bertentangan dengan HAM. Mereka berteriak nyaring jika ada pelanggaran terhadap HAM, tetapi bersikap dingin jika ada pelanggaran hak Allah subhanawa ta’ala .


12..  Tafsir Liberal

Dewasa ini mula muncul cara menafsirkan al-Qur’an dan nash nash syari’i dengan tafsir yang tidak memiliki metologi yang jelas. Tafsir ini tidak mempunyai standard tertentu, ia tidak lain hanyalah pemanjaan terhadap hawa nafsu sahaja. Kemana hawa nafsu mengarah, maka kesana lah tafsir tersebut mengarah. Dalam tafsir para penganut aliran ini, sedikit pun kita tidak menemukan keharuman nama ulama ulama Islam. Pakar pakar mereka berkiblat kepada yahudi dan nasrani, serta berguru kepada tokoh tokoh kedua umat sesat tersebut.

Anehnya mereka menamakan kekacauan tafsir mereka itu dengan ijtihad.

13.. Media, khususnya television

Keterbelakangan ini , media TV banyak sekali menayangkan program acara dan drama sinitron yang sangat bertentangan dengan aqidah, namun dikemas kini dengan kemasan ‘Islam”. Banyak sekali isi dari sajian sajian sesat tersebut yang kemudian menjadi bagian aqidah orang Muslim.

Sementara media akhbar pula banyak menggembar gemburkan rencana  hiburan unislamic, pakaian yang terdedah aurat, cerita cerita sensasi yang merusak aqidah remaja.

Ini lah beberapa sumber-sumber kesesatan yang wajib diketahui dan diwaspadai. Semoga Allah subhanawa ta’ala menjauhkan kita dari semua sumber-sumber kesesatan tersebut, menjaga kita dari berbagai fitnah (cobaan) yang menggelincirkan dan membimbing kita semua untuk berpegang teguh atas jalan-Nya yang lurus.

Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha mengabulkan doa.


Petikan dari : Lajnah Ilmiah HASMI ( LBKI)

No comments:

Post a Comment