SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

March 14, 2014

Doa' antara Sunnah dan Bid'ah

Doa' adalah ibadah, hak murni Allah تعالى . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحيم هلا berkata;
"Tidak diragukan lagi, dzikir-dzikir dan doa'-doa' termasuk ibadah yang paling utama, sedangkan ibadah dibangunkan diatas tauqif (wahyu) dan ittiba' (mengikuti Nabi صلى الله عليه وسل), bukan diatas hawa nafsu dan bid'ah, doa'-doa' dan dzikir-dzikir lainnya. Orang yang menempuhnya berada dijalan aman dan selamat. Adapun dzikir-dzikir selainnya bisa saja hukumnya haram atau minimal makruh (dibenci). Terkadang ia mengandung kesyirikan meski tidak diketahui oleh kebanyakan manusia." 
{Majmu'' Fatawa oleh Ibnu Taimiyyah, 22/510-511}

Ketahuilah doa-doa yang dinukil dari Nabi صلى الله عليه وسل  mengandung kebaikan, kesempurnaan urusan, puncak tujuan yang tinggi, semulia-mulia tuntutan yang benar, akan tetapi Anda mendapati kebanyakan manusia berpaling darinya dan lebih menyukai selainnya. Bahkan kadang mereka lebih mengutamakan selain doa-doa Nabawi. Mereka menjadikan wirid yang di ucapkan oleh sebagian syaikh, sebagai wirid khusus untuk dirinya. Sungguh ini manusia paling bengkok dari yang seharusnya.

Manakah yang lebih baik atas segala kebaikan, lebih afdal daripada petunjuk Rasul yang tidak berbicara dengan hawa nafsunya tapi mengikuti wahyu? 
Bukankah Nabi صلى الله عليه وسل telah menjelaskan kepada umatnya apa yang patut mereka ucapkan berupa dzikir dan doa di pagi dan petang, dalam shalat-shalat dan sesudahnya, ketika masuk masjid, ketika hendak tidur, bangun tidur, saat bangun dengan terkejut, ketika menaiki kenderaan, ketika safar, ketika hendak makan dan sesudahnya, ketika ditimpa musibah, saat gundah dan sedih atau selain itu dari keadaan seorang Muslim dan waktu-waktu yang berbeda-beda.
Berkata Al-Allamah Al-Mu'allimi rahimahullah ..."alangkah ruginya perdagangan mereka meninggalkan doa-doa yang tercantum dalam kita Allah Wata'ala atau dalam sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dimana hampir-hampir dia tidak berdoa menggunakannya, kemudian dia menyengaje kepada selainnya, memilihnya serta konsisten mengerjakannya, bukankah ini termasuk kedzaliman dan permusuhan?"
[Kitab Al-Ibadah karya Al-Mu'allimi, hal 524, naskah tulisan tangan.

Berkata Imam Abu Al-Qasim Ath-Thabrani رحيم هلا dalam muqadimah kitabnya Ad-Du'a, "Kitab yang aku tulis ini mengumpulkan doa-doa Rasulullah صلى الله عليه وسل . Perkara yang mendorongku untuk itu, bahwa aku lihat ramai manusia telah berpegang kepada doa-doa yang mirip puisi, dan doa-doa yang dibuat sesuai jumlah hari-hari, yang mana doa-doa itu dibuat-buat oleh para warraq (mereka yang menulis serampangan) dan tidak dinukil dari Rasulullah 
صلى الله عليه وسل , tidak pula dari salah seorang sahabat, serta tidak juga dari seseorang yang mengikuti para sahabat dengan baik (Tabi'in). Padahal telah diriwayatkan dari Rasulullah صلى الله عليه وسل , pernyataan tentang tidak disukai Nya bersajak dalam berdoa serta melampaui batasan padanya...." hingga akhir kata beliau. {Ad-Du'a karya Ath-Thabrani, 2/785}

Jika itu semasa Imam Ath-Thabrani pada pertengahan abad 300 hijrah bagaimana pula dengan zaman kita? 
Yangmana doa di nyanyi-nyanyikan, nama-nama Allah di lagu-lagukan, dzikir ditari-tarikan, bergoyang-goyang, berpusing-pusing, berlompat-lompat..... Allahul Musta'an .
Dari kitab, Fiqih Do'a & Dzikir oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr.

No comments:

Post a Comment