SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

June 25, 2013

Nabi tak dapat memberi hidayah, kecuali dengan kehendak Allah


Firman Allah Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :
“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah  lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendakiNya, dan Allah  lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al Qashash :56)
Diriwayatkan dalam shahih Bukhori, dari Ibnul Musayyab, bahwa bapaknya berkata : “Ketika Abu Thalib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasululloh, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada disisinya, lalu Rasululloh bersabda kepadanya :
“Wahai pamanku, ucapkanlah “la ilaha illAlloh” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah”.
          Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Thalib : “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib ?”, kemudian Rasululloh mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Thalib  adalah : bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Mutholib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat la ilah illAlloh, kemudian Rasululloh bersabda : “sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah , selama aku tidak dilarang”, lalu Allah  menurunkan firmanNya :
“Tidak layak bagi seorang Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang- orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni Neraka Jahanam.
(QS. At -Taubah; [9:113] )
 
          Dan berkaitan dengan Abu Tholib, Allah  menurunkan firmanNya :
“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tak sanggup memberikan hidayahpetunjuk) kepada orang-orang yang kamu cintai, akan tetapi Alloh lah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya” (QS. Al Qashash: 57)
        Kandungan bab ini :
  1. Penjelasan tentang ayat 57 surat Al Qashash ([2]).
  2. Penjelasan tentang ayat 113 surat Al Bara’ah ([3]).
  3. Masalah yang sangat penting, yaitu penjelasan tentang sabda Nabi ShallAllohu’alaihi wa Sallam : “Ucapkanlah kalimat la ilaha illAlloh”, berbeda dengan apa yang difahami oleh orang-orang yang mengaku dirinya berilmu ([4]).
  4. Abu Jahal dan kawan-kawannya mengerti maksud Rasululloh ketika beliau masuk dan berkata kepada pamannya : “Ucapkanlah kalimat la ilah illAlloh”, oleh karena itu, celakalah orang yang pemahamannya tentang asas utama Islam ini lebih rendah dari pada Abu Jahal.
  5. Kesungguhan Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam dalam berupaya untuk mengislamkan pamannya.
  6. Bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa Abdul Mutholib dan leluhurnya itu beragama Islam.
  7. Permintaan ampun Rasululloh untuk Abu Thalib  tidak dikabulkan, ia tidak diampuni, bahkan beliau dilarang memintakan ampun untuknya.
  8. Bahayanya Berkawan dengan orang-orang berpikiran dan berprilaku jahat.
  9. Bahayanya mengagung-agungkan para leluhur dan orang-orang terkemuka.
  10. “Nama besar” mereka inilah yang dijadikan oleh orang-orang jahiliyah sebagai tolok ukur kebenaran yang mesti dianut.
  11. Hadits diatas mengandung bukti bahwa amal seseorang itu yang dianggap adalah di akhir hidupnya, sebab jika Abu Thalib  mau mengucapkan kalimat tauhid, maka pasti akan berguna bagi dirinya di hadapan Allah .
  12. Perlu direnungkan, betapa beratnya hati orang-orang yang sesat itu untuk menerima tauhid, karena dianggap sebagai sesuatu yang tak bisa diterima oleh akal pikiran mereka, sebab dalam kisah diatas disebutkan bahwa mereka tidak menyerang Abu Thalib kecuali supaya menolak untuk mengucapkan kalimat tauhid, padahal NabiShallAllohu’alaihi wa Sallam sudah berusaha semaksimal mungkin, dan berulang kali memintanya untuk mengucapkannya. Dan karena kalimat tauhid itu memiliki makna yang jelas dan konsekuensi yang besar, maka cukuplah bagi mereka dengan menolak untuk mengucapkannya.
    **************
    ([1])   Bab ini merupakan bukti adanya kewajiban bertauhid kepada Allah . Karena apabila Nabi Muhammad sebagai makhluk termulia dan yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah , tidak dapat memberi hidayah kepada siapapun yang beliau inginkan, maka tidak ada sembahan yang haq melainkan Allah , yang bisa memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
([2])   Ayat ini menunjukkan bahwa hidayah (petunjuk) untuk masuk Islam itu hanyalah di Tangan Allah  saja, tidak ada seorangpun yang dapat menjadikan seseorang menapaki jalan yang lurus ini kecuali dengan kehendakNya, dan mengandung bantahan terhadap orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa para nabi dan wali itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudhorat, sehingga diminta untuk memberikan ampunan, menyelamatkan diri dari kesulitan, dan untuk kepentingan-kepentingan lainnya.
([3])  Ayat ini menunjukkan tentang haramnya memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, dan haram pula berwala’ (mencintai, memihak dan membela) kepada mereka.
([5])  Penjelasannya ialah : diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan apa yang menjadi konsekuensinya, yaitu : memurnikan ibadah hanya kepada Allah, dan membersihkan diri dari ibadah kepada selainNya, seperti : malaikat, nabi, wali , kuburan, batu, pohon, dan lain lain.

Sumber: al-mamujuwy.com

No comments:

Post a Comment