SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

July 23, 2013

Siapa Yang Berhak Menerima Zakat

"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan."
[QS. At-Taubah: 60]

Di dalam ayat ini Allah Subhanahuwataala telah menjelaskan orang orang yang berhak mendapatkan zakat, mereka terdiri dari delapan golongan sebagai berikut:-

1.) Orang-orang Fakir dan Miskin
   Para ulama telah berbeda pendapat dalam membedakan antara lafazh fakir dan miskin, ringkasnya bahwa adalah orang yang tidak mempunyai harta dan usaha, demikian pula orang yang mempunyai harta dan usaha akan tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhannya dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah telah menyebutkan dari kitab ar-Raudh sebuah permasalahan yang penting: seseorang yang mampu berusaha, akan tetapi dia tidak mempunyai harta, dan dia ingin tidak bekerja dalam rangka untuk berkonsentrasi menuntut ilmu, beliau berkata, " Maka dia berhak diberi zakat."  [Asy-Syarhul Mumti' 6/221-222.]
Lalu beliau menyebutkan masalah yang lainnya: "Jika ada seseorang yang mampu berusaha akan tetapi dia senang beribadah....maka kita tidak memberinya, kerana ibadah hanya terbatas kepada hamba tersebut saja, berbeda dengan ilmu." [ Idem.]

2.) Pengurus  Zakat
   Disyaratkan untuk menjadi amil zakat seorang Muslim, mukallaf, dipercayai, ahli terhadap urusan yang di pegang dan mengetahui seluk belum hukum zakat.

3.) Mu'allaf   (Orang-orang yang dilunakkan hatinya)
   Mereka adalah orang yang diharapkan keislamannya atau dikhawatirkan keburukan dari mereka atau diharapkan kuatnya iman mereka dengan adanya pemberian tersebut.
[Asy-Syarhul Mumti' 6/225].
Maksud pemberian ini adalah untuk memperkuat kekokohan Islam dan menjaga kedudukannya. Boleh diberi kepada kaum kafir yang diharapkan mereka lunak terhadap Islam.
Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata, "Sebab pemberian itu adalah apabila diberi untuk menjaga badan dan kehidupannya maka pemberian untuk menjaga agama dan kehidupannya adalah lebih utama."

4.) Budak
   Ar-Riqaab bentuk jama' dari raqabah yaitu hamba atau budak. Bukan untuk seorang budak, tapi seorang hamba untuk membebaskannya dari perbudakan. Membeli para budak dan membebaskannya.  Pendapat yang rajih, demikian juga membebaskan tahanan Muslim, kerana jika pembebasan perbudakan itu dibolehkan, maka pembebasan tawanan itu lebih utama, kerana orang yang tertawan itu mengalami ujian yang berat.

5.) Ghaarim   (Orang-orang yang memiliki hutang).   (Debitor)
   Orang yang tidak mampu membayar hutangnya. Dari Mujahid dia berkata, "Tiga golongan yang termasuk ghaarimin (orang yang berhutang) : laki-laki yang hartanya habis kerana tertimpa banjir, dan orang yang tertimpa kebakaran sehingga hartanya habis, dan orang yang mempunyai keluarga sedangkan dia tidak mempunyai harta maka dia dihutangi untuk memberi nafkah kepada keluarganya."   Lihat tafsir ath-Thabari.
Bahawasanya orang yang berhutang tersebut bukan untuk kemaksiatan, sehingga tidak dibantu jika hutang tersebut dipakai untuk kemaksiatan kecuali jika dia bertaubat dan nampak kejujuran taubatnya.
Yang termasuk dalam makna ini yakni tidak diberi dari zakat orang yang berhutang untuk keperluan mubah namun berlebihan, kerana Allah berfirman," Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan."  [QS al-A'Araf:31]
Demikianlah dan tidak disyaratkan untuk memberikan langsung kepada orang yang berhutang, namun boleh memberikannya untuk melunasi hutangnya, dan boleh memberi langsung kepada orang yang memberi piutang, khususnya pabila kita mengkhuatirkan uang yang diberi tidak digunakan untuk melunasi hutangnya.

6.)  Fii Sabilillah
    Dalam rangka untuk jeehad, sehingga diberikan kepada kaum mujahidin dan untuk persenjataan meskipun ia orang yang kaya, sehingga yang termasuk dalam penyaluran ini adalah membeli persediaan amunisi, persenjataan, pendirian pangkalan militir, biaya upah orang yang menunjukkan kepada musuh dan ini adalah mazhab Shafi'e, Maliki, Hambali, hanya mazhab Shafie, dan Hambali mensharatkan bahwa orang tersebut termasuk sukarelawan dan tidak memiliki gaji dari Baitul maal.
Imam Ahmad, al-Hasan dan Ishaq bahwa haji termasuk fii sabilillah dan ini adalah mazhab Ibnu Umar dan Ibnu Abbas dan ini adalah pilihan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Berdasarkan hal ini maka tidak sah menyalurkan zakat untuk membangunkan masjid dan memperbaiki jalan, dan mencetak kitab bahkan penyaluran seperti dari dana yang lain seperti, wakaf, hibah, wasiat dan yang lain.

7.)  Ibnu Sabil
    Ia adalah musafir yang terputus bekal perjalanannya, baik kerana kehilangan, kehabisan bekal, dan ia butuh nafkah, maka orang ini diberi dari zakat sesuai dengan kadar yang bisa menyambung hajat nya dan kembali ke negrinya, meskipun seandainya ia adalah seorang yang kaya dan ia memiliki harta di negerinya.
Disyaratkan dalam safar tersebut harus dalam rangka sesuatu yang syar'i dan mubah bukan kemaksiatan.
Wallahu a'alam.
Ringkasan dari Tamammul Minnah, Shahih Fiqh Sunnah oleh Syaikh Abu Abdurrahman Adil bin Yusuf Al Azazy.

No comments:

Post a Comment