SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

February 10, 2013

Cinta dan Islam bukan Valentine







Sangat baik jika masjid setempat dapat menganjurkan ceramah bertema " Cinta dalam Islam" dengan rangkaian kisah kecintaan dan pengorbanan generasi dahulu, kisah wanita wanita soleha sebagai teladan. Dan lebih bermanfaat jika dapat di infakkan sebuah buku kecil (poket size) sebagai ' door gifts' daripada memberi setangkai mawar sebagai lambang perayaan Valentine's Day. Bunga akan layu dan mati, tetapi buku itu sebagai teman sejati.
Mengungkap perkataan cinta, tidak di larang dalam Islam asalkan di salurkan dalam jalan yang halal. Islam adalah agama yang menjunjung cinta pada tingkat tertinggi. Bahkan cinta menjadi dasar keimanan seorang Muslim, sebab belum sempurna keimanan seseorang jika keluarga dan hartanya lebih di cintai daripada Allah dan juga daripada Nabi shallallahu alaihiwassalam. 
Sabda Nabi, “Tidak beriman seseorang hingga ia mencitai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”  (HR. Bukhari-Muslim). Begitu pula ketika seseorang datang kepada Nabi Muhammad melaporkan bahwa ia mencintai  saudaranya tapi belum mengungkapkannya. Maka Nabi-pun menyuruhnya agar mengatakan kepada saudaranya itu bahwa ia mencitainya. Islam juga menganjurkan umatnya untuk saling memberi hadiah agar rasa cinta bertumbuh dan berkembang di dalam hati, tanpa batasan masa.
Ketika tiba di Madinah, dalam peristiwa hijrah, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, terlebih dahulu mempersaudarakan orang-orang muhajirin dari Mekah dan orang-orang Ansar yang merupakan penduduk asli Madinah. Begitu kuatnya cinta di antara mereka hingga Sa’ad bin Rabi’ dari kalangan Ansar berkata kepada saudaranya dari kalangan Muhajirin, Abdurrahman bin ‘Auf, “Ambillah separuh hartaku. Aku juga mempunyai dua istri. Maka pilihlah yang engkau mau, agar aku dapat menceraikannya. Jika masa iddahnya telah habis, maka kawinilah ia!”
 Terasa takjub, terharu, heran bila kita mendengar ucapan Sa’ad. Boleh dikatakan, hari dipersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansar inilah hari kasih sayang yang sesungguhnya. Cinta Sa’ad yang sangat besar pada saudaranya hingga menawarkan salah seorang dari istrinya. Hal yang sangat sulit dilakukan oleh siapapun. Tapi, itulah cinta dan kasih sayang yang sangat besar pada saudaranya karena Allah. Demikian Islam mengajarkan cinta dan kasih sayang.
Islam sangat memahami cinta. Karena itu Islam menganjurkan pernikahan. Bahkan hingga ketahap wajib bagi yang sudah mampu. Itu adalah fitrah dan Islam tidaklah bertentangan dengan fitrah manusia. Ia bukanlah ajaran yang mengharamkan cinta dalam bingkai pernikahan seperti kependetaan dalam kekristenan. [abangdani.wordpress]
Yang di larang ialah ketika 14Februari, rasa cinta di lafaskan seolah-olah merayakan, mengagungkan cinta yang sudah ada di hati selama ini, dengan ungkapan  "happy valentine’s day” dengan memberi hadiah dari setangkai mawar hingga ke hotel yang mewah. Sangat parah bila momentum ini di rai'kan oleh sepasang kekasih yang belum bernikah. 
Lagipun Valentine tidak ada sejarah yang tertentu. Baru baru ini ada Gereja yang menolak perayaan ini. Sebuah situs media Kristen telah menulis "Gereja Ortodox Rusia Restui Larangan Perayaan Valentine (2011). Reuters juga menulis, Gereja Ortodox Rusia melarang perayaan Valentine. Pemerintah Rusia propinsi Belgorod menyerukan agar institusi pendidikan dan institusi pemerintahan untuk tidak melakukan perayaan hari kasih sayang (Valentine)
Republika Online menulis, “Gereja: Valentine salah arah.”  Gereja Katolik Roma Inggris menasihati orang lajang mengidamkan hubungan asmara agar mengarahkan doa permintaan asmara pada 14 Feb kepada St Raphel, bukannya St. Valentine. [voa-Islam.com]
Menurut Gereja Katholik Inggris, bertahun-tahun, St Valentine telah keliru diasosiasikan dengan upaya mendapatkan cinta. Bukan St.Valentine tapi seharusnya St.Raphael. Riwayat St.Valentine dinilai tidak jelas. Bahkan, para arkeologis telah meneliti sebuah gereja kuno yang dipersembahkan untuk seseorang dengan nama tersebut, namun riwayat St.Valentine tidak ditemukan. Yang beredar hanya kisah-kisah mitos belaka. Kelihaian Misionaris, Valentine Day kemudian dimasyarakatkan secara Internasional hingga saat ini. [voa-Islam.com]
Islam sebagai satu agama yang sudah sempurna, sangat tidak menginginkan umatnya meniru budaya buruk yang lahir dari luar Islam. Apalagi budaya ini sudah dipertikaikan oleh pendeta Kristen sendiri.
Seharusnya Islam lah yang memberi contoh dan menjadi teladan bagi budaya lain. 
Ketika kiblat umat Islam masih menghadap ke Baitul Maqdis yang juga merupakan kiblat umat Yahudi, Nabi Muhammad selalu berdo’a kepada Allah agar umat Islam memiliki kiblat sendiri. Allah lalu mengabulkannya dan memindahkan kiblat ke Masjidil Haram di Mekah. Juga pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari Asyura, Rasulullah memerintahkan umat Islam berpuasa pada tanggal 9 atau 11 Muharram, hal itu dilakukan tidak lain agar umat Islam berbeda dengan umat Yahudi yang juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram sebagai rasa syukur diselamatkannya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya di Laut Merah. 
Demikian pula ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat orang-orang Madinah bermain dan bersuka ria pada dua hari yang dahulu di masa jahiliyah mereka juga bersuka cita di dua hari itu. Melihat hal tersebut, Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian: Iedul Adha dan Iedul Fithri.” (HR. Abu Dawud)
Sikap Nabi shallallahu alaihi wa sallam di atas adalah berlawanan terhadap tradisi dan budaya orang-orang di luar Islam. Ia menginginkan umat Islam memiliki identiti dan budaya sendiri, tidak latah dan mengekor pada umat lain yang memiliki nilai yang berantakan dengan nilai Islam.


Cukuplah Islam sebagai identiti dan budaya kita!

   

No comments:

Post a Comment