SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

February 16, 2014

Mengapa Hewan Turun Gunung Sebelum Terjadi Letupan Berapi?

Sebuah fenomena alam, terjadi beberapa saat sebelum meletusnya Gunung Kelud. Harimau, kera, rusa, hingga ular tampak berbondong-bondong turun dari gunung yang kemudian mengalami letusan berapi.
Mengapa hewan-hewan itu seakan memberikan pertanda bahwa sebuah Gunung akan meletus sebentar lagi? 

http://www.tribunnews.com/nasional/2014/02/14/ular-harimau-turun-sebelum-gunung-kelud-meletus

Mengungkap keterangan kepala sebuah reset Pusat Volcanic dan Bencana Geologi, yang mengatakan fenomena ini dapat di jelaskan secara ilmiah.  ”Sebelum gunung meletus, ada tekanan cairan (berupa gas, uap air, atau magma) yang mendorong sumbat gunung." Dorongan tekanan tinggi yang membentur sumbat gunung itulah yang memunculkan frekuensi tinggi yang suara bisingnya hanya dapat didengar hewan-hewan. 

”Pada saat itulah hewan-hewan yang tak tahan suara bising ini berlarian turun dari gunung."

Suara dengan frekuensi tinggi ini tidak dapat didengar oleh manusia yang hanya mampu mendengar dengan frekuensi 20 Hz- 20 kHz. Berbeda dengan binatang, misalnya kelelawar atau lebah, yang bisa menangkap suara dengan frekuensi hingga di atas 100 kHz. 

Memang benar ada bunyian yang mana manusia dan jin tidak dapat mendengarnya, seperti terdapat dalam beberapa hadith mengenai siksa kubur,  Nabi shallallahu alaihi wassalam mengatakan jeritan orang yang disiksa itu dapat didengar oleh makhluk lain selain jin dan manusia. 
".....kemudian ia dipukul dengan sekali pukulan, dibagian antara kedua telinganya, hingga ia menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh makhluk lain selain jin dan manusia."
[Hadith Shahih dari Sunan an-Nasa'i no.2051,yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Abu Ubaidullah dari Anas.]

Inilah kasih sayang Allah Ta'ala kepada makhluknya. Gunung dan hewan-hewan yang membentuk ekosistem di atasnya adalah sama-sama makhluk Allah. Mereka memiliki kesamaan yakni tunduk kepada Allah, namun berbeda dalam cara ketundukannya. Mereka juga sama-sama “menolak” amanah dari Allah dengan alasan tidak sanggup menjalankannya. 

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia...” [QS. Al-Ahzab : 72]

Gunung yang tidak sanggup menerima amanah tersebut, mendapatkan amanah lain sebagai penyeimbang bumi. 

“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” [QS. Luqman : 10]

Sebagaimana manusia dan makhluk hidup lain yang bisa sakit dan mati, gunung juga memiliki ajal dan takdir. Kapan ia meletus dan kapan ia berubah dari gunung berapi aktif menjadi separuh aktif, juga dari separuh aktif menjadi mati.

Saat gunung akan mengalami erupsi, Allah memberikan rahmatNya kepada makhlukNya yang lain diantaranya dengan mengirim frekuensi tinggi yang membuat hewan-hewan merasa terancam bahaya dan turun menjauh dari pusat letusan.

“Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkanNya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaih)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."  [QS. Ali 'Imran;3:190]
Wallahu 'alam.
Sumber: : Dari pos midpoint, Sabtu, 15 Februari 2014 | 12.53 WIB dengan sedikit penambahan yang tidak merubah isinya.

No comments:

Post a Comment