SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

December 27, 2013

Tata cara shalawat kepada Nabi .

Dari Abdurrahman bin Abi dia berkata, Kaab bin Ujrah bertemu denganku lalu berkata, "Maukah saya hadiahkan padamu suatu hadiah? Sungguh Nabi shallallahu alaihi wa sallaam keluar kepada kami, lalu kami berkata, 

'Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bershalawat atasmu?"  Beliau bersabda, 'Ucapkanlah oleh kalian;
" Allahumma shallialaa Muhammad wa alaa aali Muhammad, kamaa shallaita alaa aali Ibrahim, innaka hamiidun majid, wa baarik alaa Muhammad wa alaa aali Muhammad kama barakta alaa aali Ibrahim, innaka hamiidun majid."
(Ya Allah limpahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad  sebagaimana  Engkau beri shalawat kepada Ibrahim, sungguh Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung, dan berkahilah atas Muhammad dan keluarga Muhammad , sebagaimana Engkau  memberkahi keluarga Ibrahim, sungguh Engkau Maha Terpuji lagi Maha  Agung.)

1) Generasi terdahulu sangat menempatkan ilmu syariat pada tempat tinggi. Masalah yang diajarkan antara mereka termasuk pemberian paling berharga yang di hadiahkan padanya.

2) Shalawat paling utama adalah yang dinukil melalui jalur shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bukan yang di reka-reka dan di ada-adakan oleh mereka yang suka mengada-adakan sesudahnya. 

3) Menunjukkan keutamaan Nabi Ibrahim alaihissalam. 

4) Pensyariatan menutup doa dengan pujian kepada Allah azza wajalla sesuai dengan permintaan.

5) Para sahabat dan pendahulu umat sangat berantusiasik terhadap ilmu syariat. 

Hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian hadith ini terhadap kitab shalat, bahwa ketika shalat adalah tempat untuk memberi salam yang diketahui para sahabat tata caranya, maka ia juga menjadi tempat bagi shalawat yang di tanyakan para sahabat tentang tata caranya. 

Mendukung hal itu adalah apa yang diriwayatkan para penulis kitab As-Sunan dari hadith Abu Mas'ud Al-Badari radiyallahuanhu dengan lafaz, "Bagaimana kami shalawat atasmu ketika kami berselawat atasmu dalam shalat kami." Muhammad bin Ishak menyendiri dalam meriwayatkan tambahan ini. Hanya saja beliau menegaskan telah diceritakan oleh gurunya kepadanya. Dengan demikian hilanglah kekhawatiran adanya tadlis (pengkaburan riwayat). 

Suntikan Syarah; Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Penjelasan Hadith-Hadith Hukum; (Dari Kitab Umdatul Ahkam, karya Abdul Ghani bin Abdul Wahab al-Maqdisi.)

No comments:

Post a Comment