SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

March 8, 2015

5 bentuk dzikir

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata;
Selalu mengingat adalah sebab kelastarian cinta. Bagi hati dzikir laksana air bagi tanaman. Bahkan seperti air bagi ikan yang tak dapat hidup kecuali dengan keberadaan nya.

Dzikir ada beberapa macam:- 
1) Berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, dan sanjungan pada-Nya.
2) Dengan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan pengagungan pada Allah. Pengertian inilah yang biasa dimaksudkan dalam penggunaan kata dzikir di kalangan generasi akhir. 
3) Berdzikir dengan melaksanakan hukum-hukum-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ini dzikir orang berilmu. Bahkan ketiga-tiga dzikir ini menjadi dzikir mereka pada Rabb.
4) Termasuk dzikir yang paling afdal adalah berdzikir pada Allah dengan membaca firman-Nya. Allah berfirman, "Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hati Kiamat dalam keadaan buta."  [QS. Thaaha: 124].  Peringatan-Ku disini maksudnya adalah firman-Nya yang diturunkan pada Rasul-Nya.
5) Allah Ta'ala juga berfirman; "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati jadi tenteram."  [QS. Ar-Ra'd : 28]. Di antara manifestasi mengingat Allah adalah berdoa, memohon ampun, dan merendah kepada-Nya.  Jadi inilah 5 bentuk dzikir.

Oleh sebab itu, selawat, dzikir ahlu ilmi yang mengetahui Sunnah dan petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam serta mengikuti beliau berbeda dengan dzikir, selawat kaum awam yang hanya bermodal menggerak-gerakkan tubuh dan suara keras. 
Para pengikut beliau yang mengetahui Sunnahnya, lagi memahami ajaran yang beliau bawa, selawat mereka juga berbeda. Semakin mereka mengerti ajaran beliau shallallahu alaihi wa salam, semakin mereka bertambah cinta dan memahami hakikat selawat yang di mohonkan untuk beliau pada Allah.

Demikian pula dzikir pada Allah Ta'ala. Semakin seorang hamba mengenal, patuh, dan mencintai Allah, dzikirnya berbeda dengan dzikir orang-orang yang lalai. Perkara seperti ini hanya bisa dimengerti dengan pengalaman keseorangan bukan dengan beramai-ramai di majlis-majlis " selawat" atau "dzikir" dengan nyanyian-nyanyian, bergendang-gendang. Perkara ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ataupun para sahabat dan Tabi'in.
Allahul Musta'an ...
Sumber: 'Keutamaan Selawat Nabi' judul asli 'Jala'ul Afham' oleh Ibnu Qayyim 

No comments:

Post a Comment