SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

January 12, 2014

Sikap Salafush Shalih terhadap bid'ah dan peringatan terhadap bahayanya!

1). Ucapan Abdullah bin Mas'ud radiyallahanhu: "Mencukupkan diri dengan melakukan sunnah Nabi lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melakukan bid'ah." (a)
"Ikutilah sunnah dan janganlah berbuat bid'ah kerana sesungguhnya sunnah Nabi sudah cukup bagi kalian." (b)

2). Ucapan Abdullah bin Abbas radiyallahanhu: "Tidaklah datang satu masa kepada umat manusia, melainkan mereka akan membuat-buat bid'ah dan mematikan sunnah, hingga maraklah bid'ah dan pupuslah sunnah. (c)

3). Perkataan Mu'az bin Jabal radiyallahanhu: "Sesungguhnya di hadapan kalian akan muncul fitnah-fitnah, sedangkan pada saat itu harta melimpah ruah dan al-Quran pun di baca oleh orang Mukmin dan orang munafik, laki-laki dan perempuan, dewasa dan anak-anak, orang merdeka dan hamba sahaya. Hampir tiba masanya seseorang berkata, "Mengapa orang-orang tidak mau mengikutiku, padahal aku membaca al-Quran? Sungguh, mereka tidak akan mengikutiku, hingga aku mengada-adakan selain al-Quran untuk mereka.' Hati-hatilah kamu terhadap apa yang di ada-adakannya itu, kerana apa yang diada-adakannya itu merupakan kesesatan. Aku peringatkan kalian terhadap bahaya penyimpangan orang yang 'alim dari kebenaran. Sebab terkadang, syaitan mengucapkan kalimat kesesatan melalui lisan orang yang berilmu itu: begitu pun sebaliknya, terkadang pula orang munafik mengucapkan kalimat kebenaran." (d)

Demikianlah jelas dan nyatalah sikap ulama Salaf terhadap bid'ah, yaitu mereka berupaya memperingatkan umat Islam dari bahayanya dan berusaha sekuat tenaga berpegang teguh pada as-Sunnah. Kerana alasan inilah Sufyan at-Tsauri dan ulama lainnya, menegaskan bahwa 'BID'AH lebih di sukai Iblis daripada maksiat.' Sebab, seseorang sangat sulit untuk bertaubat dari bid'ahnya, sedangkan tidaklah sulit baginya untuk bertaubat dari maksiat." (e)
Allahul Musta'an 
Re: 
(a) Atsar riwayat al-Hakim dlm al-Mustradak (I/103), Kitab al-Ilmi. Al-Hakim berkata."Hadith ini bersambung sanadnya serta berdarjat shahih sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim. Hanya saja mereka tidak mengeluarkannya.
(b) Atsar ini diriwayatkan ad-Darimi dlm Sunan-nya (I/69), dan di cantumkan oleh al-Haitsami dalam Majmaauz Zawaa-id (I/181). Al-Haitsami berkata: "Atsar ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam al-Kabiir, dan para perawinya adalah orang-orang yang terdapat dalam kitab ash-Shahih."
(c) Al-Haitsami berkata dalam Majmaa'uz Zawaa-id (I/188): "Atsar ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam al-Kabiir, dan para perawinya adalah orang-orang yang dianggap tsiqah. Atsar ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Wadhah dalam al-Bida-u wan Nahyu'anhaa (hlm.38)."
(d) Atsar Abu Dawud dalam Sunan-nya (V/17), Kitab "as-Sunnah", secara mauquf (sanadnya sampai kepada para sahabat) hingga ke Mu'az. 
(e) Thabaqaat Ibnu Sa'ad (VI/371-374) dan Taqriibut Tahzib. (I/311, no. 312).

No comments:

Post a Comment