SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

December 19, 2014

Kesan keburukan nyanyian dalam alQur'an.

"Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis. Sedang kamu melengahkan(nya). " 
[QS. An-Najm; 53:61-62]
Menurut Ibnu Abbas radiyallahanhu  maksud ayat ini ; "Lagu (nyanyian) sangat menjadikan kami lengah." (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Juga dalam Tafsir Ath-Thabari dikatakan dari Ibnu Abbas "Sedang kamu melengahkan(nya)" yaitu "Maksudnya adalah nyanyian-nyanyian, kerana setiap kali mereka mendengar ayat-ayat alQur'an di lantunkan, maka mereka bernyanyi-nyanyi dan bermain-main. Kata saamiduun ini adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Yamen, ketika mereka mengatakan usmud "bernyanyi lah". {Abdurrazzaq dlm tafsir (3/256), Al Baghawi dlm Ma'alim At-Tanzil (5/258) dan Asy-Syaukani dlm Fath Al Qadir (5/119)}

Dari Ikrimah, beliau mengatakan, Ibnu Abbas berkata, "Maknanya adalah nyanyian. Kata ini berasal dari bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat Yamen, seperti, 'usmud lanaa' yang artinya bernyanyi lah untuk kami." {Ibnu Hajar dlm Fathul Bahri (8/695) dan Ibnu Athiyah dlm Al Muharrar Al Wajiz (4/322), Ibnu Al-Jauzi dlm Zad Al Masir (8/86)}

Ibnu Abbas, yang telah di doakan oleh baginda shallallahu alaihi wa sallam, "Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu," (Shahih Bukhari)... Maka masehkah adakah orang-orang yang liat menerima tafsiran para sahabat? Oleh kerana itu Allah Azza wa Jalla berfirman; 
"Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" [QS. Qamar; 54:17]

Jika musik, nyanyian itu baik dan boleh dijadikan sarana mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) maka para sahabat, ulama-ulama salaf, para imam-imam besar, telah pun mendahului kita. Namun terdapat banyak hadith, atsar-atsar tentang larangan musik. 
Malangnya ramai manusia yang maseh  mempromosikan musik, nyanyian yang dibalut dengan bermacam nama hanya untuk mengiyakan, men-sunnahkan dan menghalalkannya... Fitnah lebih merusak apabila yang membuatnya adalah para dai', penceramah. Mereka pun menginovasi berjenis-jenis cara peribadahan dengan diberi bumbu rentak lagu (irama) supaya kedengaran lebih sedap lagi.. 
Allahul Musta'an..
Ref: Tafsir Ibnu Katsir & Tafsir Ath-Thabari.

No comments:

Post a Comment