SUARAKAN YANG HAQ UNTUK MENEGAKKAN YANG HAQ! KERANA YANG ADA HANYALAH YANG HAQ SEMATA ....

February 28, 2015

"Hadith shahih sudah kecukupan, kita tidak butuh hadith Dhaif apalagi munkar."

Hadith merupakan rujukan yang kedua setelah al-Quran. Dalam posisi dan fungsinya sebagai salah satu rujukan utama umat Islam, maka keshahihan, kemurniannya sangat menjadi tuntutan. 
Namun hadith-hadith Dhaif (lemah), munkar, (maudhu) sering digunakan atas alasan 'jika matannya baik apa salahnya.' 

Menggunakan hadith Dhaif atau munkar berarti telah berdusta atas nama Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 

Seorang ahli (pakar) hadith, Syaikh al Albani rahimahullah berkata; "Perlu di ketahui, bahwa permasalahan pembahasan ini adalah rusaknya akhlak manusia sekarang dan permusuhan mereka yang sengit terhadap Ahli-Sunnah, termasuk para pembela dan penyerunya."

"Pada hadith yang shahih sudah dapat kecukupan, kita tidak butuh lagi kepada hadith yang Dhaif apalagi hadith munkar."

"Apabila setiap amalan yang kita lakukan dilandaskan pada petunjuk dan bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang tertuang dalam riwayat dan hadith-hadith shahih, maka seketika itu akan jernih lah jiwa kita. Lubuk hati dan benak kita pun akan bersinar. Kita akan terbebas dari segala bentuk penyakit yang tersembunyi yang pernah membuat kita menderita. Penyakit yang diakibatkan oleh hadith-hadith palsu dan Dha'if yang meracuni peribadahan atau bahkan akidah serta pemikiran dan amalan dalam kehidupan kita."

Selain itu, kita harus selalu waspada dan menjaga pendidikan jiwa kita, dengan membiasakan dan menerapkan dalam kehidupan ini pendidikan dan akhlak islamiyah yang benar, yaitu akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang mulia. Janganlah memberi peluang pada hati dan jiwa kita untuk menerima atau dipengaruhi lainnya, baik yang berasal dari Barat ataupun Timur. 

'Dirikanlah wilayah Islam dalam hati kalian, maka kelak akan terwujud di bumi kalian.' 

Semoga Allah Subhanahu Wata'ala merahmati penulis, pengarang buku Sisilah Hadith Dhai'f dan Maudhu' .... Muhammad Nashiruddin al-Albani .. Rahimahullah ..

No comments:

Post a Comment